[2] : Bandara

1.5K 123 79
                                    

"Besok berangkat," ucap Valeron.

Hana yang sedari tadi fokus dengan bukunya, langsung mengangkat pandangannya. Melihat Valeron yang duduk didepannya sambil ditemani secangkir kopi hitam, "take off kapan?" Tanya Hana

"Jam setengah delapan," balas Valeron, "kalau semisalnya nggak mau ikut nganter nggak apa-apa,"

"Pasti gue anterin kok," Hana memasang senyumnya.

"Rencananya, Gue bakal pulang setahun sekali. Gue ambil semua mata kuliah, biar cepet dan bisa balik ke sini. Target gue, empat atau lima tahun udah lulus. Dan, pas acara wisuda, gue ngundang lo sama Bunda buat datang," Valeron memberitahu rencananya ke depan.

"Setahun sekali, ya?"

Valeron tidak tega melihat wajah murung Hana, "emang kenapa? Takut kangen?" Goda Valeron.

"Takut ada yang lain," ucap Hana lirih

Valeron tersenyum, "kalau itu, rencana Tuhan. Bukan rencana gue,"

"Nanti, pas kuliah nggak boleh nakal, ya, harus fokus sama kuliahnya. Biar bisa cepet balik ke sini," peringat Hana.

"Fokus kuliah, biar cepet balik. Rumah gue bukan disana, tapi disini."

¤¤¤

Hana menatap gusar pantulan dari dirinya dicermin. Sudah lengkap dengan piyama warna biru kesukaannya. Juga sebuah bando gambar doraemon. Ia berulang kali menghembuskan napasnya, belum siap melepaskan kepergian seseorang.

Ia meraih kertas origami warna hijau didepannya. Surat terakhir dari si pangeran milk shake. Surat tersebut belum ia buka dan belum ia baca. Takut akan semakin tidak rela melepaskan si pangeran itu.

"Pangeran pergi jauh, dan tuan putri sendirian." Gumam Hana.

Sudah jam tujuh, dan setengah jam lagi, Valeron akan menjemputnya, "enggak, gue belum siap," Hana mengusap wajahnya gusar, "nggak! Gue harus siap," Hana masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Bagian lain mengatakan bahwa, "sudah biarkan dia pergi," dan sebagian lain justru berusaha mencegah, "gue belum siap," Hana menghapus air matanya.

"Neng," panggil Bi Ratih

"Iya, Bi," balas Hana

"Ada Den Valeron didepan,"

Hana langsung beranjak, berjalan keluar kamar dan menemui Valeron sedang duduk disofa dan berbincang dengan Tn. Hendra. Hana diam didepan kamarnya yang langsung menghadap ruang tamu. Ia tidak bergeming. Penampilan Valeron meyakinkan dirinya bahwa Valeron akan benar-benar pergi.

Baju dalaman hitam dan jaket bomber warna cokelat, celana hitam juga sepatu converse.

"Kakak?" Panggil Tn. Hendra, "ayo, ke sini," ajak Tn. Hendra. Hana berjalan menuju Tn. Hendra. Lalu berdiri dibelakang beliau, "itu ada Valeron, Papa mau lanjut kerja," Tn. Hendra beranjak, "Nanti pulangnya jangan malam-malam," pesan Tn. Hendra lalu pergi dari ruang tamu.

Hana duduk ditempat duduk Tn. Hendra. Memandang dengan tatapan kosong, pikirannya kacau, "nggak ikut anterin?" Tanya Valeron membuyarkan lamunan Hana.

Hana masih diam, mencopot bando doraemonnya dan meletakkan benda berwarna biru tersebut diatas meja, "ikut," katanya pelan.

¤¤¤

Didalam taksi, mereka saling diam. Hana lebih memilih memandangi jalanan Yogyakarta. Sedangkan Valeron sibuk menyiapkan paspor dan tiketnya.

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang