[2] : Rumah Sakit

1.6K 142 81
                                    

Maap banget nih ya klo ada typo atau penulisan kata yg kurang.

BUAT YG PAS, SEMANGAT YAA....
AKU MENDUKUNG KALIAN WKKW

**************

Valeron mendapat telepon tadi sore, bahwa Hana masuk rumah sakit.

Valeron tengah duduk kursi panjang tepat didepan ruangan Hana. Ditemani oleh ke empat sahabatnya.

"Lo kenapa sih, Han?" Tanya Valeron sambil menatap kosong ke arah depan, "jangan siksa diri lo sendiri," selanjutnya ia mengusap wajahnya kasar.

Marsel menepuk-nepuk pundak shabat kecilnya tersebut, "doain yang terbaik buat Hana," Marsel berusaha menenangkan Valeron.

Pintu ruangan Hana terbuka. Menampilkan seorang pria berjas putih dan stetoskop dilehernya--sedang berbicara dengan Tn. Hendra.

"Nanti Bapak bisa langsung menebus obatnya dilantai satu," ucap dokter tersebut.

"Baik, Dok,"

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin,"

Valeron beranjak, "gimana keadaan Hana, Dok?" Tanya Valeron spontan.

Dokter itu memandang Valeron heran, "Anda siapa, ya?"

"Saya pacarnya, Dok," jawab Valeron.

"Kalau begitu terima kasih, Dok," sahut Tn. Hendra berusaha mengalihkan topik.

Tn. Hendra bersalaman dengan dokter tersebut. Lalu dokter itu hanya tersenyum kepada Valeron sembari berkata, "pacar kamu akan baik-baik saja," Dokter tersebut menepuk-nepuk pundak Valeron, "kalau begitu saya permisi." Dokter itu berlalu meninggalkan Valeron dan Tn. Hendra.

"Gimana keadaan Hana, Om?" Tanya Valeron pada Tn. Hendra

"Hana baik-baik aja," Tn. Hendra ingin masuk ke dalam. Namun, dengan sigap Valeron menahan beliau.

"Saya boleh ngeliat Hana? Sekali aja, Om," Valeron memelas.

Tn. Hendra tau, bahwa putrinya sekarang sedang membutuhkan laki-laki yang sudah menyakiti hatinya ini. Karena dari kemarin malam, Hana terus menyebut nama Valeron dikala suhu tubuhnya tinggi.

"Tapi saya tidak ijinkan kamu menyakiti putri saya lagi," ucap Tn. Hendra membukakan pintu selebar-lebarnya. Membiarkan Valeron masuk ke dalam.

Valeron tersenyum penuh arti, "terima kasih, Om." Valeron lalu masuk ke dalam. Melihat perempuannya sedang tertidur lemah dengan selang infus ditangan kirinya. Matanya tertutup, wajahnya pucat dan tubuhnya mengurus. Rambutnya tergerai sedikit menutup bantal.

"Temui dia, tolong sadarkan dia. Dari semalam dia terus menyebut nama kamu," suruh Tn. Hendra.

Valeron berubah nelangsa. Maafkan laki-lakimu yang bajingan ini. Batin Valeron nelangsa

"Saya harus pulang untuk mengambil baju dan kebutuhan Hana selama disini," pamit Tn. Hendra.

Valeron mengangguk, "baik, Om,"

"Saya titip putri saya," Tn. Hendra berjalan keluar. Valeron mengantar Tn. Hendra sampai didepan lift.

Setelah mengantarkan Tn. Hendra sampai depan lift, Valeron kembali.

"Lo liat sendiri kondisi Hana, kan?" Tanya Diandra.

"Iya, gua liat, Ndra,"

"Tenangin dia, dia beneran sayang sama lo," ucap Marsel

"Iya."

Valeron masuk ke dalam. Menutup pintu lalu menyeret kakinya mendekat ke arah Hana.

Mengambil kursi untuk duduk disamping perempuan itu. Pandangannya tertuju pada kedua mata Hana yang tertutup. Waktu malam itu, saat terakhir kali ia melihat Hana, matanya basah akan air mata, wajahnya kelihatan sangat marah.

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang