Epilog

1.8K 137 55
                                    

Daun-daun berguguran. Bunga-bunga layu berterbangan saling bertubrukkan, membuat Sang Surya yang hampir tenggelam ikut merasakan. Wangi semerbak bunga berwarna kuning bercampur putih, tersebar. Ikut terhirup oleh manusia-manusia.

Seorang pria membawa sebuket bunga mawar merah segar berjalan mendahului. Senyumnya merekah kembali mendatangi rumah. Kerinduan menuntunnya kembali ke pelukan air mata. Kembali ke cinta yang sempat mendatangkan luka.

Tak ada penyesalan, tak ada jua kesedihan. Hanya ada sebuah kerinduan akan kenangan. Semua mengikhlaskan, sudah menerima bagaimana cara Tuhan memperlakukan mereka.

"Gue pulang..." ucapnya sambil tersenyum. Kalimat yang dirindukan, yang entah sudah berapa kali ia ucapkan. Sebuah tanda kembali mendatangkan luka. Ia berjongkok meletakkan bunga mawar merah yang sedari tadi ia bawa.

"Eyon bawa bunga buat Hana..." katanya lirih sambil mengusap sebuah tanda. Air matanya turun. Pria perkasa yang akhirnya juga menangis karena kehilangan perempuannya. Sudah lebih dari tujuh tahun, tapi kejadian menyakitkan itu belum juga hilang dari ingatan.

Sebuah kejadian membawa mereka pada sebuah garis Tuhan. Penantian akan sebuah pertanyaan yang akhirnya terjawabkan. Kelelahan berujung pada peristirahatan.

Pria itu memanjatkan doa sambil menutup mata. Sesekali menyeka air matanya. "Semua sudah berlalu tapi seakan-akan lo tetep ada. Lo tetep sama gue." Gumamnya sambil mengelus batu berukir sebuah nama disana. "Gue tau, lo cuma mau jagain gua. Lo nggak mau ada orang yang nyakitin gua. Gua paham, Han." Ucapnya.

Menikmati waktu berdua walau sudah beda dunia. Keheningan lingkungan sekitar seolah mendukung mereka berdua. Pria itu menghiasi rumah seorang perempuan dengan air bunga yang terdiri dari berbagai bunga yang menghiasi pusara.

"Rumah Hana sudah cantik. Sudah persis seperti orangnya." Katanya sambil tersenyum. Walau lembaran ceritanya sudah berakhir, tapi sebagian lain dari dirinya masih ingin menulis lembaran selanjutnya.

"Papa!" Teriak seorang anak laki-laki sambil berlari ke arah Valeron. Memeluk pria itu sampai badannya terhunyung ke depan. Anak laki-laki itu memeluk Valeron dari belakang. Valeron berbalik lalu mencium pipi gembul milik anak laki-laki itu.

Valeron berdiri lalu mengendongnya, "Papa lagi main ke rumah Tante Hana, ya?" Tanya anak laki-laki itu dalam gendongan Valeron.

Valeron kembali mencium pipi anak itu, "Papa cuma main sebentar sama bawain bunga." Balas Valeron.

"Papa, ayo pulang," ajak anak laki-laki itu sambil menarik kerah baju kemeja Valeron, "udah mau hampir malam, Papa."

Valeron tersenyum lalu menurunkan anak itu ke tanah, "pulang sama Mama dulu, Papa nyusul sebentar lagi." Ucapnya sambil memandang seorang wanita yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Oke, Pa." Anak itu berlari lalu memeluk kaki wanita yang ia panggil sebagai Mama. Mulai berjalan meninggalkan area pemakaman.

Valeron kembali menatap gundukkan tanah yang ada dihadapannya. Tersenyum lalu berkata, "gue pulang dulu. Sampai rumah gue kirim doa lagi."

Kemudian pria itu pergi menjauh, meninggalkan sebuah kuburan dengan batu nisan bertuliskan nama seorang perempuan yang amat ia cintai. Yang memiliki sifat judes namun aslinya sifatnya justru kekanak-kanakkan.

Selamat jalan, Hana Arfhadita...

Cerita lama yang kini berkembang menjadi cerita indah terpaksa harus diakhiri. Akhirnya tidak membahagiakan tapi setidaknya melegakan. Membuat pembacanya tenang dan bisa tertidur dengan lelap. Walau berakhir seperti ini, aku bersyukur karena akhirnya kita menemukan kebahagiaan kita yang selama ini diletakkan ditempat yang salah.

Aku berterima kasih kepada Tuhan karena sudah mempertemukanku dengan bidadari sebaik dirimu. Yang menguatkanku disaat lemah, dan membantuku berdiri saat terjatuh. Dan mengajakku berjalan walau hanya setengah dari perjalananmu yang panjang.

- Dari Eyon buat Hana.

-------------------- SELESAI --------------------

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang