[2] : Kekecewaan

1.6K 140 113
                                    

"Kenapa?"

Hana kembali mundur beberapa langkah. Bahunya bergetar, rambutnya yang tertiup angin malam membawa suasana menyedihkan.

"Lo nggak apa-apa, kan?" Tanya Valeron lagi, mendekat ke arah Hana.

"Jangan deket-deket gue," Hana menyuruh Valeron berhenti, "nggak usah deket-deket gue!"

"Kenapa? Hana kenapa?" Tanyanya lembut.

"Gue udah punya cowok baru," katanya sambil membuang muka.

Valeron hanya tersenyum singkat, "enggak apa-apa, dan... udah tau,"

"Bagusdeh. Mending sekarang lo pergi dari sini," usir Hana.

"Kita pulang sama-sama," rayu Valeron.

"Ngapain masih ke Jogja?" Hana baru berani menatap Valeron, "ngapain masih ke sini?!" Tanya dengan suara bergetar.

"Gue kangen sama lo,"

"Kata-kata lo sekarang udah gak ada artinya lagi. Bullshit!" Kata Hana.

"Kenapa?" Valeron berusaha mendekat.

"PULANG!" Bentak Hana tak kuasa menahan air matanya, "LO BUKAN VALERONNYA HANA! LO VALERON LAIN! VALERONNYA HANA BUKAN ELU!" Hana mendorong tubuh Valeron menjauh.

Valeron menunduk, tau kesalahannya dimana.

"Sekarang gue udah nggak percaya lagi sama lu. Gue kira lo dari awal bakal ngejaga hati. Buat sama-sama ngelindungin. Tapi nyatanya apa? Lo main cewek lain dibelakang gue, Eyoon," nadanya terdengar lirih, "sakit..."

"Maafin gue, Han,"

"Gue disini berusaha ngejaga hati gue buat selalu nyimpen nama yang sama. Berusaha buat ngeyakinin diri gue sendiri kalau lu bakal pulang, setelah dua tahun perpisahan kita waktu itu. Lo nggak taukan seberapa takutnya gue waktu itu? Lo nggak tau kan gue nangis setiap malam cuma gara-gara ngedenger penjelasan lo yang ragu-ragu itu?" Hana menangis, "GUE SAYANG SAMA LO TAPI KENAPA LO MALAH BERKHIANAT!"

Valeron hanya diam. Memberikan waktu pada perempuan dihadapannya ini untuk meluapkan segalanya.

"Gue sakit, Eyoon," suaranya bergetar, "gue binggung kenapa gue bertahan."

"Han, gue bisa jelasin,"

"Mau jelasin apalagi?" Ucapnya dengan suara pelan, "mau jelasin kalau lo punya hubungan spesial sama cewek itu? Mau jelasin kalau lu udah sayang sama dia?"

"Itu semua diluar kendali gue. Gue lagi mabuk dan ke bawa napsu,"

Hana tersenyum lalu menghapus air matanya, "gue enggak apa-apa kok. Gue enggak apa-apa kalau lu harus pergi ke Taiwan lagi. Gue udah ikhlasin elu sama dia. Gue udah..." Hana tidak mampu melanjutkan ucapannya lagi. Ia menhapus air matanya.

Valeron mendekat, "enggak boleh nangis," ucapnya ingin menghapus air mata Hana

Hana menepisnya, "seharusnya kalau emang lo udah nggak sayang sama gue, lu bilang, lu ngomong ke gua. Jangan malah kayak gini," suaranya kembali bergetar.

"Gue bener-bener minta maaf,"

Hana menggeleng kuat, "gue udah belajar ngikhlasin rencana elu, rencana gue, kalau nggak jadi kenyataan udah enggak apa-apa. Gue sebenernya capek nunggu, tapi gue enggak bisa apa-apa. Gue cuma bisa nangis sama ngeliat foto elu. Berdoa supaya rencana kita bakalan sama kayak rencana Tuhan. Tapi sekarang lo tenang aja, rencana Tuhan ternyata mengejutkan."

Valeron hanya diam, mulutnya bungkam ketika mendengar penjelasan dari perempuan dihadapannya ini.

"Kita enggak bisa sama-sama lagi," kata Hana sambil menahan air matanya, "takdir kita udah beda. Kita bukan lagi kita. Kita udah jadi aku dan kamu. Waktu sudah menjawab semuanya,"

"Gue akui gue salah," Valeron angkat bicara, "seharusnya gue nggak kayak gitu,"

"Nah itu tau,"

"Gue masih sayang sama lo, Han. Walaupun setelah gue tau lo udah punya pacar baru," kata Valeron, "enggak mengurangi sedikitpun perasaan gue ke lu. Gue ngelakuin itu karena gue kecewa sama diri gue sendiri. Bukan sama lo,"

"Mungkin, gue dan elu butuh waktu buat sendiri dulu. Udah nggak ada lagi yang perlu dibahas sekarang. Gue dan elu sama-sama buat kesalahan. Gue dan elu sama-sama mempermainkan diri sendiri. Gue rasa ini cukup, gue rasa ini jelas. Gue pergi," Hana pergi dari halte tersebut, menyetop taksi dan menaikinya. Valeron hanya diam, lalu duduk dihalte tersebut.

Tak lama sebuah mobil warna hitam datang. Dan keluarlah ke empat sahabatnya. Marselino, Alex, Diandra dan Cecen.

Mereka semua menatap Valeron kecewa. Pertama, Diandra yang maju, tiba-tiba ia menarik kerah baju Valeron lalu melayangkan satu pukulan tepat diwajah Valeron. Valeron langsung terjatuh, "BANGUN LO, BAJINGAN!" Diandra kembali menarik kerah baju Valeron, memaksanya untuk berdiri, "INI VALERON YANG GUE KENAL?! VALERON YANG BERANI NGEKHIANATIN ORANG YANG BENERAN SAYANG SAMA DIA? INI VALERON?!" Diandra mendorong Valeron.

Valeron memegang pipinya. Kini lebamnya semakin melebar, "enggak nyangka gue sama lu," kini giliran Marselino yang berbicara, "hebat lu sekarang. Mau lo kemanain si Hana?" Marselino menampar Valeron keras.

"Cecen nggak nyangka kalau Valeron bisa berbuat sejauh ini," Cecen maju memandangi wajah Valeron yang sudut bibirnya sudah pecah.

"Cecen?" Panggil Valeron.

"Iya, ini Cecen," jawab Cecen, "Cecen enggak nyangka sama yang Valeron lakuin. Cecen gak pernah berpikir kalau Valeron bertindak sejauh ini. Valeron udah nyakitin perasaan orang yang benar-benar sayang sama Valeron," bukan fisik yang tertampar, tapi kata-kata Cecen barusan langsung menampar perasaannya.

Kini giliran Alex ambil alih. Valeron menyandarkan tubuhnya ditiang halte. Tubuhnya rasanya remuk, "heh, pengecut!" Sapaan itu kurang mengenakkan ditelinga Valeron.

"MAKSUD LO SEMUA APA?!" ucap Valeron tidak terima ia dikeroyok oleh sahabat-sahabatnya sendiri.

"Lo tanya maksud kita apa?" Sahut Alex dingin.

Plaakkk!

Satu tamparan menambah luka lebam dipipi Valeron. Valeron memegangi pipinya yang terasa panas dan perih, "maksud lu apaan, Lex?!" Tanya Valeron tak terima.

"Udah sadar belum?" Tanya Alex.

"Sadar gimana?"

Bugh!

"LO UDAH SADAR BELUM?!" bentak Marselino.

"Gue enggak nger..."

BUGH!

Valeron merasa pengelihatannya mulai buram. Pendengarannya berdengung, "UDAH SADAR BELOM LO, ANJING!" Teriak Diandra murka.

Plaakkk!!

Satu tamparan lagi membuat Valeron mengerang kesakitan.

"Udah sadar belum lu?!"

Tiba-tiba pandangannya perlahan meredup. Gelap gulita.

¤¤¤

TAMAT.



































TAPI BOONG.

Kurang greget ya woi?
MUEHEHE WOKWOK

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang