02.
ᴋ ᴇ ᴋ ᴀ s ɪ ʜ ᴍ ᴀ s ᴀ ʟ ᴀ ʟ ᴜ
"PEYON?"
"Nanda?"
Melihat Valeron dan siswi yang ia tabrak itu saling bertatapan, Hana tidak peduli. Ia meninggalkan mereka berdua. Toh, bukan urusannya juga.
"Kok lu di sini sih?"
"Elu ternyata sekolah di sini?"
"Iya, lo ngapain di sini?"
"Gue pindah sekolah."
"Pindah? Gak banget. Balik aja sana!"
"Emangnya elu yang punya sekolah? Kok ngelarang gue?"
"Pokoknya lu jangan sekolah di sini deh. Mending lu cari sekolah lain sana gih. Sekolah cowok yang lu bangga-banggain waktu itu." entah kenapa Valeron menjadi tidak tenang.
"Eh? Nanda?" sapa Marsel datang dari arah belakang Nanda, "kok lu bisa di sini?" ucap Marsel sambil menepuk lengan Nanda. Layaknya teman akrab yang lama tak bersua.
"Gue pindah ke sini, Sel. Ini gue mau masuk kelas."
"Bukannya lu dulu di Singapura, ya?" tanya Marsel.
Siswi yang disebut Nanda oleh Valeron dan Marsel itu mengangguk, "iya, dulu."
Valeron menghembuskan napas kasar. Tak nyaman. Hal yang dengan usaha mati-matian ia lupakan itu datang kembali, "lo apa-apaan sih, Sel?" Valeron menutup mulut Marsel dengan tangannya.
"Tangan lo bau njir!" Marsel menyingkirkan tangan Valeron dari mulutnya.
"Lo berdua masih sama kayak dulu." ucap Nanda sambil sedikit tersenyum.
"Kita mah emang begini dari dulu. Cuma lonnya aja yang nggak tau. Lonya aja yang terlalu sibuk sama orang yang katanya lebih baik dari gue. Terus? Sekarang di mana dia? Dia ninggalin lo, kan?" Kata Valeron sarkas, dan berakhir pergi.
"Maafin gue, Yon. Gue nggak bermaksud bikin lo sakit hati. Tapi gue nggak bisa bohongin perasaan gue sendiri. Gue lebih milih dia karena gue lebih sayang sama dia waktu itu. Gue nggak mau pura-pura sayang sama lo, Yon. Itu bakalan lebih sakit buat lo. Makanya gue lebih milih bilang saat itu juga." ucap Nanda sedikit berteriak, "Peyon!" panggilnya.
Valeron berbalik, "stop, panggil gue Peyon! Lo udah nggak pantes!" katanya dingin, lalu mulai berjalan pergi hingga benar-benar menghilang.
"Valeron kayaknya belum bisa berdamai sama masalalunya. Belum bisa berdamai sama lo. Lo pasti juga paham gimana sifatnya Valeron." sela Marsel. Nanda mengangguk seolah mengerti, "terus lo sama cowok lo itu gimana?" sambung Marsel.
"Gak baik. Gue sama Dimas berakhir gitu aja. Karena dia selalu nuntut yang macam-macam dari gue."
"Lu tau kondisi Valeron saat lo bilang ke dia bahwa lo lebih sayang sama Dimas. Lo tau gimana?" tanya Marsel
Nanda menggeleng.
"Dia langsung kayak orang yang nggak pengin hidup. Samsak yang ada di halaman belakang rumah dia, sampai rusak karena dia yang pengen ngelupain semua kekecewaanya. Dia marah, tapi bukan sama lo. Dia marah sama dirinya sendiri karena udah sayang sama lo yang notabenenya adalah sahabat dia. Dan lebih marahnya lagi, dia nggak berhasil buat lo untuk tetap bertahan sama dia. Dan lo lebih milih Dimas, si laki-laki bajingan itu. Dia khawatir sama lu, Nda." jelas Marsel dengan mimik wajah yang sangat serius, "dia juga nyesel udah ngijinin lo buat nyebut dia dengan nama Peyon. Nama itu berbekas di hatinya." sambungnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/196236662-288-k710926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪ
FanficFFT [FANFICITION TIMNAS] Bagian ketiga sudah dipublikasikan *** Warning! Ceritanya bisa bikin gregetan *** #1 Timnas (16-11-2019) #1 Valeron (16-11-2019) Sebuah kisah yang dirangkaikan dengan sangat hati-hati. Dengan kasih sayang dan cinta, walau pa...