Chapter 31

2K 169 59
                                    

Hana mengambil kursi dari meja belajarnya, menaruhnya didekat jendela sambil memandangi hujan yang mulai turun. Derasnya menyejukkan hati yang sempat gundah, rintiknya membuat Hana memejamkan matanya, merasakan dirinya yang ikut membaur dengan rintikkan hujan diluar sana.

Kertas bertuliskan kata-kata indah didalamnya pemberian dari Valeron, ia simpan dalam sebuah kotak berwarna coklat diatas meja belajar. Sudah ada sekitar 22 surat yang ia baca. Dari banyak surat lainnya yang ia buang begitu saja.

Hana mengambil buku yang dibelakangnya tertulis sebuah ungkapan cemburu dari seseorang. Kalian masih ingatkan?

Hana kembali senyam-senyum sendiri, melihat liontin pemberian Valeron yang begitu indah terpasang dilehernya. "Liontin-nya bagus" gumamnya sambil tersenyum

"Gimana ceritanya, ya, kalau semisalnya gue nerima Valeron buat masuk ke kehidupan gue? Bakalan happy ending, atau berakhir kayak Athallah?"

Pikirannya mulai dipengaruhi oleh Valeron. Lambat laun, ia pasti akan menerima Valeron seutuhnya. Menjadi miliknya, dan ia milik Valeron.

Jika saja semua berjalan sesuai kemauannya, pasti tidak akan pernah serumit ini. Tidak perlu berusaha membuka hati, tidak perlu susah payah melupakan.

Hp-nya berdering, menampilkan sebuah nama yang ia tunggu-tunggu,

"Jangan keluar rumah, hujan. Udah malam, dingin, nanti sakit"

Hana tersenyum, "enggak keluar. Ini lagi di dalam kamar. Sambil ngeliat hujan"

"Hujannya jangan diliatin, nanti malu diliatin bidadari yang kesasar" gombal Valeron

"Gombal dih dianya"

"Senyum" suruh Valeron

"Udah" Hana kembali tersenyum, "besok udah bisa pulang?"

"Udah, tapi tangannya masih digips"

"Iyalah, makanya lain kali enggak usah bandel. Pake acara balapan lagi. Untung masih selamat. Kalau enggak?"

"Khawatir?"

"Takut aja"

"Han, coba liat ke langit deh" suruh Valeron

Hana mendongak ke luar jendela, "udah"

"Ada apa?"

"Enggak ada apa-apa"

"Oh, ya, udah"

"Ih, apa sih nggak jelas banget"

"Tidur, sudah malam. Nggak mau kamu ngantuk waktu dikelas"

"Masih jam sembilan. Justru lo yang harus tidur"

"Manggilnya aku-kamu aja boleh enggak?"

"Masih jam sembilan. Justru kamu yang harus tidur"

"Nanti enggak ada yang nemenin kamu, kamunya nanti kesepian"

"Udah, sana tidur"

"Besok aku sekolah"

"Iya..."

"Enggak usah bawain kue coklat"

"Kenapa? Tadi bukannya kamu minta?"

"Ya, setelah aku pikir-pikir lagi, itu cuma bikin kamu capek. Kalau ditoko ada, kenapa harus bikin?"

"Tapi, kan, kalau bikinan sendiri lebih enak"

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang