[2] : Peluk Rindu

1.5K 162 68
                                    

Valeron menarik napas panjang. Ia sudah berdiri didepan pintu kedatangan bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Jantungnya tak henti berdebar. Rasanya, seperti pertama kali jatuh cinta. Manis.

Valeron menyeret kopernya, berjalan mencari taksi. "Mas?" Sapa seorang bapak sopir.

Valeron yang berjalan sambil fokus dengan hapenya, langsung menoleh, "nggeh, Pak?" Valeron langsung menunduk--melihat ke arah dalam jendela mobil yang terbuka sedikit, "Bapak?" Ucap Valeron.

"Masnya mau ke mana? Sudah selesai kuliahnya?" Tanya si bapak itu ramah. Tau, kan? Supir taksi waktu itu.

"Belum, Pak. Saya ke sini mau jenguk Mbak yang waktu itu sama Bunda saya,"

"Mari, Mas," si Supir itu membukakan pintu mobil sebelah supir. Mempersilahkan Valeron untuk masuk.

¤¤¤

"Terima kasih, Pak. Udah mau nganterin saya," Valeron memberikan uang kepada si supir.

"Nggeh, Mas. Wong itu sudah tugas saya sebagai supir taksi," si supir menerima uang dari Valeron.

"Ini sebagai bonusnya, Pak," Valeron memberikan uang lagi kepada si bapak.

"Ndak usah,"

"Enggak apa-apa, Pak," Valeron meraih tangan si supir taksi itu lalu meletakkan uang itu diatas telapak tangan si Bapak,  "bonus karena sudah anterin si Mbaknya kembali ke rumah dengan selamat. Makasih juga sudah belikan gulali. Si Mbaknya cerita ke saya sambil binggung, tapi seneng juga katanya,"

"Wah, ndak usah, Mas. Saya ikhlas nganterin si Mbaknya pulang. Toh, Mbaknya juga baik sama saya," Si Bapak memberikan kembali uang itu.

"Ya, sudah begini saja," Valeron mengambil hapenya, "saya minta nomor Bapak saja. Biar kalau saya mau balik ke bandara lagi, saya bisa langsung telepon Bapak,"

"Oh, nggeh, Mas," si Bapak mengetikkan nomornya dihape Valeron.

"Matur suwun, Pak,"

"Nggeh, Mas. Hati-hati,"

"Iya, Pak," Valeron berjalan memasuki area apartemen yang ia tinggali tahun lalu.

¤¤¤

Valeron datang ke rumah Hana sambil membawakan dua porsi gudeg dan dua botol milk shake vanilla. Valeron berhenti tepat didepan rumah Hana. Melepas helmnya, lalu main nyelonong masuk melewati pagar.

Helm dan masker wajah masih melekat, ia mengetuk pintu rumah Hana.

"Permisi," ucap Valeron.

"Iya, sebentar," itu suara Bi Ratih. Bi Ratih agak cengo saat melihat orang dengan masker berdiri didepan rumahnya, "kunaon, ya?"

Valeron melepas maskernya, "Hana ada, Bi?" Bisik Valeron.

Bi Ratih mengangguk semangat, "Ada, Den. Bibi panggilkan sebentar. Aden silahkan masuk,"

"Nggak usah, Bi. Saya diluar aja,"

Bi Ratih masuk memanggil Hana. Valeron lalu kembali memasang maskernya.

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang