[2] : Kecupan perpisahan

1.7K 134 116
                                    

USAHAKAN BACA PART INI, DENGAN LAGU YANG MENURUT KALIAN PALING NYESEK DIHATI. USAHAKAN LAGU PERPISAHAN. BIAR FEELNYA DAPET BANGET. WKWK.

KLO GA DAPAT, YA MAAPIN GUA WKKW.

¤¤¤

Mereka minum kopi sebentar disalah satu kedai yang ada dibandara. Masih saling diam. Hana yang biasanya cerewet dan tidak mau diam itu, mendadak diam tak bersuara. Tatapannya pun kosong, mengisyaratkan dirinya sedang bertengkar hebat dengan isi kepalanya yang menolak untuk dikeluarkan.

"Kalau takdir nggak sesuai sama yg kita harapkan gimana?" Tanya Hana mulai bersuara.

"Itu sudah jalan-Nya," jawab Valeron

"Bisa nggak sih, kita minta ke Tuhan, buat ngebuat alur kehidupan sesuai sama rencana kita?"

Valeron menggeleng, "apapun takdir dari Tuhan, percaya, itu sudah yang terbaik buat kita,"

"Tapi gue masih sering ngerasa Tuhan itu nggak adil, buktinya, Tuhan ambil Mama secepat itu. Disaat orang lain cerita tentang kisah cintanya ke Mama mereka, gue cuma bisa cerita ke Papa. Papa pun sibuk sama urusan kerjaan. Nggak tau mau cerita ke siapa. Sedangkan elu, juga mau pergi. Nggak ada yang ngasih milk shake sama surat lagi. Nggak ada yang nemenin gua buat keliling Jogja lagi. Nggak ada yang mau nenangin kalau gue nangis," air mata Hana mulai bercucuran, "gue enggak tau sebenernya gue hidup ini buat siapa. Gue enggak ngerti sama jalan cerita yang Tuhan kasih buat gue. Semua yang indah Tuhan ambil,"

"Han, Tuhan punya jalan sendiri,"

"Tapi gue belum siap buat kehilangan semuanya!" Balas Hana marah--dengan air mata yang keluar dari pelupuknya, "Tuhan selalu ambil yang gue suka, yang gue sayang! Disaat gue belom ngerti gimana rasanya dicintai. Termasuk lu yang bentar lagi pergi. Gue enggak tau harus apa, gue binggung mau ngerespon apa. Gue... gue enggak tau..." Hana menangis. Ia menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangganya.

Dadanya terasa ditusuk-tusuk ketika melihat perempuannya menangis. Keinginannya untuk kuliah langsung goyah. Ia menatap lesu ke arah Hana, "Hana yang gue kenal nggak pernah secengeng ini. Hana yang gue kenal kuat,"

Hana menatap nanar Valeron, "gue cuma takut, ketika lo pergi, semuanya berubah. Ketika lo kembali, semuanya berubah. Entah itu elu atau gue. Gue udah cukup kehilangan. Gue takut," Hana memeluk Valeron, menangis dipundak laki-laki itu sambil mencengkarm jaket Valeron, "gue belum siap. Nanti nggak ada yang nemenin minum milk shake, nanti nggak ada yang nulisin surat, nanti nggak ada yang ngajak jalan-jalan, nanti enggak ada yang bisa bikin gue ketawa lagi. Gue takut,"

Ketakutan itu memuncak, sampai pada ujung paling tinggi.

Valeron balas memeluk Hana, "lu perempuan kuat. Gue yakin, lu bisa ngejalanin hari-hari lu tanpa gue. Gue yakin," Valeron sudah tidak tau harus berkata apa

"Gue takut, rencana kita enggak sesuai sama rencana Tuhan. Gue takut rencana Tuhan justru berbanding terbalik sama rencana kita," Hana melepaskan pelukan mereka, "lo enggak bakal paham rasanya,"

Valeron menghapus air mata Hana, "Han, ada beberapa hal didunia ini yang mutlak punya Tuhan. Dan emang enggak bisa diganti," Valeron menatap mata Hana yang berair, "salah satunya jodoh. Tuhan nggak bakal pernah salah kasih jodoh buat kita. Kalau lu memang jodoh gue, dan gue memang jodoh lu, gue yakin, pasti disatuin. Sebaliknya, kalau bukan jodoh, kita enggak bakal bisa ngerubah apa-apa," Valeron menghapus air mata Hana.

Hana memegang tangan Valeron yang ada di pipinya, menggeleng sambil terus menangis, "tapi..." Hana mulai senggukkan, "tapi, Tuhan enggak bakal pengen ngeliat makhluk ciptaannya sedihkan? Iya, kan? Iyakan, Eyon?"

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang