[2] : Savika; romantis.

1.5K 119 32
                                    

"Saya kira kamu ke mana," ucap Savika panik sambil memperhatikan Valeron yang baru masuk.

Valeron selesai olahraga, "maaf, kalau bikin cemas," ucap Valeron.

"Seharusnya kamu izin dulu sama saya. Setidaknya ngomong. Saya takut kamu hilang tadi. Untung saya liat kamu dari jendela, lagi olahraga dibawah. Kalau enggak? Saya hampir telepon polisi tadi,"

Valeron hanya tersenyum, "ya, sudah. Sekarang saya sudah disini. Enggak perlu telepon polisi lagi, kan?" Valeron mengelap keringatnya menggunakan handuk.

"Lain kali kalau mau ke mana-mana bilang sama saya,"

"Savika," Savika menoleh, "saya ini bukan anak kecil lagi, Savika. Saya mahasiswa semester dua. Sebentar lagi semester tiga,"

"Saya yang paling tua disini. Saya enggak perduli sudah semester berapa kamu kuliah. Kalau mau nguji kuliah semester berapa, saya sudah semester enam," balas Savika.

"Saya sudah mulai paham daerah sini, jadi tidak perlu kamu antar,"

"Kamu tanggung jawab saya." Savika beranjak dari sofa depan TV. Beralih ke meja makan yang langsung menghadap ke Valeron, "kamu tinggal disini baru satu tahun,"

"Satu tahun kurang dua hari," ralat Valeron.

"Itu maksud saya," Savika membenarkan, "tapi saya lebih tau daerah sini dari pada kamu."

Valeron terpaksa mengalah, "iya, kamu menang." Ucapnya berjalan melewati Savika.

Savika menarik tangan Valeron, mata mereka saling beradu, "kamu bangun jam berapa tadi?" Tanya Savika dengan tautan tangan yang tak jua lepas dari tangan Valeron.

"Jam..." Valeron terlihat berfikir, "sekitar jam lima,"

Savika manggut-manggut, "saya benerin rambut kamu," Savika membenarkan rambut Valeron yang agak berantakkan serta basah terkena keringat, "kalau mau ke mana-mana, bilang sama saya. Walaupun saya nggak ikut sama kamu, tapi setidaknya saya tau kamu sedang ada dimana," Savika membenarkan posisi rambut Valeron, "kalau kamu pergi tanpa izin begitu, saya jadi cemas. Takut kamu hilang,"

"Saya bukan anak kecil lagi,"

"Siapa bilang kamu masih anak-anak?" Savika menatap mata Valeron, "kamu itu remaja yang beranjak dewasa," Savika selesai membenarkan rambut Valeron.

"Saya bisa urus diri saya sendiri,"

"Kamu itu kalau dibilangin ngeyel,"

"Kamu yang dibilangin gak denger,"

"Mending sekarang kamu mandi. Saya siapkan makan,"

"Sudah saya bilang berapa kali. Saya bisa masak sendiri,"

Savika beranjak, "yang perempuan disini siapa?"

"Kamu,"

"Nah, yang cowok diem." Savika pergi meninggalkan Valeron.

¤¤¤

"Woi!" Teriak David, "tungguin elah!" David mengejar Valeron yang baru saja datang.

"Lu persis kayak temen gue," ucap Valeron setelah David sudah sampai disampingnya.

"Ya, iyalah! Gue kan temen lu juga," balas David sambil membenarkan rambutnya.

"Temen-temen gue yang di Jakarta. Bukan elu,"

"Oh, iya, iya," David nyengir. "Eh?" David meyenggol lengan Valeron.

"Hm," jawab Valeron.

"Lo tinggal disini bareng sama siapa?"

"Savika,"

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang