[2] : Hana?

1.8K 130 85
                                    

Valeron POV

Gua datang ke rumah sakit tempat Hana dirawat. Gua tadi habis beliin dia bubur ayam kesukaan Hana yang ada didepan kompleks perumahan dia.

Gua memasuki rumah sakit dengan perasaan lebih lega dari hari kemarin. Semisal gua di hari kemarin masih diselimuti rasa penyesalan dan kesedihan, tapi sekarang rasa-rasa itu berangsur hilang dari perasaan gua.

Gua datang sambil sambil senyam-senyum seperti orang rada-rada gak waras. Bukan tanpa sebab, gua lagi mau menyambut perempuan kesayangan gua yang udah berapa hari ini masih diopname lantaran kondisinya belum kunjung membaik.

Masalah kuliah?

Emang sepenting apa sih? Santai aja. Gua ninggalin kuliah gua emang karena ada hal yang penting dari itu. Sa bodo, anying! Kampus masih banyak!

Gua membuka pintu ruangan Hana. Gue liat dia udah bangun sambil ada suster yang nyuapin bubur ke dia.

"Hana enggak lapar, Sus." Hana mendorong tangan suster itu menjauh dari mulutnya.

"Tapi disini saya ditugaskan untuk merawat Kakak..." suster itu kembali menyodorkan sesendok bubur ke arah Hana.

"Biar saya aja, Sus," Sahut gua sambil berjalan mendekat.

"Tapi saya takut Kakaknya enggak mau makan," balas Suster.

"Tenang aja, kalau saya yang suapin dia pasti mau,"

Suster itu berdiri dari duduknya, gue gantiin posisi suster tadi. Gue menempatkan bubur ayam itu ke atas nakas.

"Baik, Mas. Kalau begitu saya permisi." Pamit Suster itu lalu keluar dari ruangan Hana.

Gua natap Hana sebentar. Pipinya mengurus mulai menunjukkan tulang, pandangannya sayu, suaranya pun tidak seceria dulu lagi.

"Hana kenapa enggak mau makan?" Tanya gua lembut berusaha membuat Hana tidak merasa tertekan.

Hana cuma menggeleng pelan sambil meraih tangan gua yang ada diatas kasur, "Hana enggak laper," katanya pelan.

Gua mengelus-elus punggung tangan Hana yang jari-jarinya ikut mengurus, "Hana mau sembuh, kan? Makanya Hana harus makan," kata gua berusaha ngerayu dia buat makan. Gak tega gua ngeliat kondisi dia yang kayak gitu. Kalau bisa biar gua aja yang sakit, biar gua aja yang kurus, biar gua aja yang mulutnya pahit, jangan dia.

"Kata dokter, penyakit lambung bisa membunuh orang secara perlahan," gue gak tau ada angin apa, dia tiba-tiba ngomong gitu. Dan setetes cairan bening itu keluar dari mata Hana.

Gue berdiri lalu merengkuh tubuh kecil Hana dalam dekapan gua. Berusaha menenangkan dia. Dia memang cengeng, tapi biasanya nangisnya hanya sebentar.

Gua ngelus rambut dia yang tergerai, "ada Allah yang bisa nyembuhin Hana. Yang penting, Hana harus semangat, nurut kata dokter sama selalu berdoa,"

Dia nangis sengukkan dipundak gua, "Hana kangen sama Mama,"

"Dan Mama Hana, enggak mau ngeliat putrinya yang cantik ini patah semangat,"

Hana melepaskan pelukannya, gue menghapus air mata Hana yang ada di pipinya.

Gua kangen ngeliat senyum manisnya dia. Gua kangen ngeliat dia ketawa gara-gara hal konyol yang kita berdua lakuin. Gua kangen kebawelan dia waktu SMA yang selalu ngelarang gua ini dan itu. Gua kangen sifat kekanak-kanakkan dia. Gua kangen dia yang selalu ngajak gue jajan aromanis. Gua kangen dia yang pecicilan. Bukan yang pendiam kayak gini. Ini bukan Hana, ini cuma orang yang persis sama Hana.

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang