Chapter 19

2.4K 174 61
                                    

"Ron?" Sapa Alya melihat Valeron yang sedang bermain bola di lapangan kompleks

Valeron menghentikan aktivitasnya sejenak, melihat Alya yang berlari kecil ke arahnya, "gue ikutan main dong" pinta Alya

"Ayolah" ucap Valeron mengiyakan

Mereka bermain sekitar sepuluh menit, beberapa kali Alya berhasil merebut bola dari kaki Valeron, namun dengan cepat Valeron mengambil kembali. Valeron merentangkan tangannya, mencegah Alya untuk mengambil bola dari belakang, "YON?" Teriak seseorang dari belakang, mereka berdua langsung sontak menoleh

Rupanya ada Marsel dan Nanda, dan yang tadi berteriak adalah, you knowlah.

"Gue ikut dong" Nanda berlari mendekat ke arah Valeron, "minggir" Nanda mendorong punggung Alya menjauh

"Biasa aja dong" balas Alya merasa mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari Nanda

Nanda tidak mengubris, ia menggiring bola walau dengan asal-asalan, "gue balik dulu" ucap Valeron

"Cepet amat lu mainnya?" Tanya Marsel yang duduk dibawah pohon

"Lo ikut gue ke rumah" ucap Valeron pada Marsel dan Marsel langsung mengiyakan,

¤¤¤

"Semalam gue abis nganterin Hana ke rumah Athallah" ucap Valeron sambil bersantai disofa. "Gue baru tau, sebesar apa rasa sayang Hana ke Athallah"

"Udah tau sakit, masih aja diterusin" sindir Marsel sambil mengganti stasiun TV yang akan ia putar, "bokap-nyokap lo gimana?"

"Bokap beli rumah baru, dan tinggal disana. Nyokap pulang malem terus, jadi gue juga nggak tau" Valeron meneguk coklat panas yang tadi dibuatkan Mbok Ipeh

"Bentar lagi udah ulangan kenaikan kelas, lo rencananya lanjut kuliah dimana?" Tanya Marsel masih fokus dengan TV, "lo itu aslinya pinter, Ron. Lu waktu SMP aja ikutan OSN (olimpiade sains nasional) IPA se-Jakarta. Juara satu, kan, lo?" Marsel menoleh

Valeron mengangguk, "salah satu dosen kontak gue lewat e-mail. Ngeliat prestasi gue waktu ikut OSN, dan ikut olimpiade lainnya. Dosennya kenal baik sama bokap gue"

"Dosen dari mana?"

"Kampus di Taiwan"

"Wah, bagus tuh, Ron. Udah didepan mata itu ibaratnya, udah, ambil disitu aja" Marsel terkagum-kagum dengan kecerdasan yang dimiliki sahabatnya ini, "lo harus tingkatin nilai lo, meskipun udah agak telat sih. Tapi setidak lo harus tingkatkan. Jangan bolos terus" omel Marsel

"Tapi gue nggak bisa ninggalin Hana"

Marsel langsung mendelik ke arah Valeron. Oke, mungkin ini masalah hati, "lo nggak mungkin ngorbanin yang udah ada, demi yang belum pasti"

"Gue enggak bisa ninggalin dia"

Marsel mendengus, "bucin tingkat dewa nih" sindir Marsel sambil mencomot cemilan yang ada ditangannya,

"Lo sendiri lanjut dimana, Sel?"

"Gue?" Marsel menunjuk dirinya sendiri, "gue mau kuliah jurusan Arsitektur, mau ngambil yang ada di Jakarta aja. Yang deket"

"Anak Arsi" sindir Valeron

"Entah kenapa gue suka banget sama yang namanya bangunan-bangunan"

"Ya, ya, ya"

"Eh, itu cewek yang main bola sama lo siapa?"

"Namanya Alya"

"Alya?"

Broken | Valeron [1] & [2] ʀᴇᴠɪsɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang