Maurel kini tengah duduk sendirian di atas bangku ayunan yang menghadap langsung ke arah pantai. Ditangannya masih terdapat ponsel Hyunjin yang sudah ia cek semua isi pesan dari semua kontak keluarganya termasuk temannya juga.
Dan Maurel menemukan satu fakta yang mengejutkan sekaligus menyakitkan disaat yang bersamaan. Ternyata Hyunjin selama ini telah membohonginya, Hyunjin selama ini selalu menyembunyikan kabar dan juga keberadaannya dari orang-orang terdekatnya bahkan saat ia masih di Jakarta.
Pantas saja ponsel Maurel selama ini juga selalu diambil alih oleh Hyunjin. Pasti Hyunjin juga sudah memblokir kontak orang-orang terdekatnya, padahal awalnya Maurel kira selama ini mereka tidak pernah menghubunginya karena mereka sudah tidak peduli lagi padanya.
Sungguh sangat disayangkan sekali, kenapa Hyunjin tega melakukan ini padahal dirinya sudah menaruh kepercayaan yang teramat besar pada pemuda itu.
Tapi bagaimana pun juga, Hyunjin pasti memiliki alasan tersendiri kenapa dia tega melakukan ini terhadapnya.
Tapi apapun alasannya itu.. apa harus sampai setega ini?
Butiran bening kemudian mulai menetes dari kedua pelupuk mata Maurel. Ia marah dengan Hyunjin, ia kecewa pada pemuda itu, ia juga merasa sangat kesal karena selama ini Hyunjin sudah menyembunyikan banyak hal darinya.
Apa.. ia harus kembali pulang ke Jakarta? Tapi bagaimana dengan Hyunjin? Bukannya ia sudah saling berjanji dengan pemuda itu untuk tidak saling pergi lagi.
Dan juga Hyunjin telah menaruh harapan yang besar padanya, pemuda itu bahkan sudah berjanji akan melamarnya secepat mungkin. Apa ia sendiri tega jika harus mematahkan harapan besar Hyunjin tersebut?
Sebuah pelukan dari belakang kemudian memecah lamunan Maurel, "Kamu ngapain sayang duduk sendirian di luar panas-panas gini?"
Hyunjin lalu berbaring di samping Maurel dan meletakkan kepalanya di atas paha Maurel. Tangan Hyunjin lalu membawa tangan Maurel ke atas kepalanya. Kode minta dimanja.
Tangan Maurel lalu mulai mengusapi kening sampai rambut Hyunjin. Tapi pandangan gadis itu terus menatap kosong ke depan tanpa menatap ke sosok yang tengah berada di pangkuannya.
"Liat sini dong rel.." protes Hyunjin sambil mencolek dagu Maurel.
"Iya-iya!" Maurel lalu menatapi wajah Hyunjin yang kini tengah tersenyum-senyum kearahnya.
"Nanti malem kita jalan yuk rel, kamu pengen kemana? Kita kan belum keliling Bali lagi."
"Aku gak pengen kemana-mana, nanti malem pengen tidur aja."
"Loh kok gitu sih rel? Ayo kamu pengen kemana terus pengen beli apa gitu? Atau mau nonton? Udah lama kan kita gak nonton di bioskop lagi." ujar Hyunjin yang kini tengah memegangi dan terus menciumi tangan Maurel yang tadi mengelus-elus kepalanya.
"Aku pengennya.. pulang ke Jakarta." ujar Maurel yang membuat raut ceria Hyunjin seketika redup.
"Gak. Aku bercanda kok." ujar Maurel lagi lalu tertawa garing.
"Bercanda kamu itu sama sekali gak lucu rel." ujar Hyunjin datar lalu dirinya memutuskan untuk bangun dan kembali duduk tegak.
"Maaf.. kalo itu emang nyinggung perasaan kamu." Maurel kemudian bangkit dan berlari kecil memasuki villa meninggalkan Hyunjin yang masih terduduk di atas bangku.
Hyunjin merasa ada yang aneh dengan Maurel. Firasatnya kembali merasa tidak enak. Tadi itu Maurel kenapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD HABITS✔
Fanfiction"..kok bisa ada bekas lipstik dipipi kamu ya?" "I-ini.. tadi ada tante aku dateng buat jenguk, biasa kalo tante dateng mah suka cium cium pipi." ujar Hyunjin sambil mencoba menghapus bekas lipstik yang ada dipipinya. Gue mendekat ke arah Hyunjin, ta...