twenty seven #S1

5.7K 649 23
                                    

3rd pov

"Karena selama ini gue cuman ngerasa kasihan ama lo doang."

Hyunjin dibuat sangat tertohok dengan perkataan Maurel barusan, apa katanya tadi? Hanya sebatas rasa kasihan?

"Kamu.. kamu gak serius ngomong gitu kan-"

"Gue serius." ujar Maurel sembari menarik tangannya dari genggaman Hyunjin.

Dan lagi Hyunjin dibuat tertohok, Hyunjin menelan salivanya. Tak menyangka jika Maurel akan seperti ini.

"Rel aku bener-bener minta maaf.. tolong maafin aku rel." Hyunjin memohon sembari terus memegang kedua tangan Maurel tapi dengan cepat Maurel langsung menarik tangannya kembali.

Hyunjin merasa tersentak dengan sikap Maurel sekarang, bahkan Hyunjin merasa ada yang berbeda dari tatapan Maurel sekarang.

"Brengsek kaya lo gak pantes buat dimaafin."

Dan kali ini Hyunjin menangis setelah mendengar ucapan menusuk Maurel barusan yang terdengar sangat dingin.

"Aku mohon rel.. tolong maafin aku.. aku janji aku bakalan terus berubah.."


Dalam hati Maurel panik bukan main saat melihat Hyunjin yang tengah menangis sambil berlutut ke arahnya. Maurel ingin memeluk Hyunjin erat, tapi kenapa tubuhnya seperti tidak ingin mengikuti intruksinya?


"Jangan tinggalin aku rel.. aku butuh kamu.. aku gak punya siapa-siapa lagi.. aku cuman punya kamu.." ujar Hyunjin disela-sela isakannya. Jujur Maurel sangat merasa sesak saat mendengar nada ucapan Hyunjin yang sangat terdengar pilu. Maurel ingin memeluk dan menenangkan Hyunjin sekarang, tapi kenapa instingnya malah menentangnya?

Bayangan Hyunjin dulu mulai bermunculan di benak Maurel, bayangan saat Hyunjin selalu mempermainkannya dan menyakitinya.

"Gue udah bilang kan kalo gue butuh waktu buat sendiri! Tolong jauhin gue mulai dari sekarang!"

Maurel lalu mendorong Hyunjin kasar, setelah itu Maurel berlari kencang meninggalkan Hyunjin yang kemudian meneriaki Maurel untuk berhenti. Hyunjin berlari menyusul Maurel, saat sudah bisa menyusul langkah Maurel, Hyunjin langsung menarik Maurel ke dalam pelukannya.

"Maafin aku.. tolong jangan pergi.." lirih Hyunjin yang membuat tangis Maurel pecah. Maurel kemudian balas memeluk Hyunjin erat.Dalam hati Maurel mengutuk sikap dan perkataannya barusan, sungguh itu sangat di luar kendali Maurel.

"Maafin gue jin, gue sama sekali gak bermaksud kayak tadi.. "

"Gapapa, aku malah seneng kok kamu gak jadi pergi." Hyunjin tambah mengeratkan pelukannya dan itu membuat Maurel menjadi lebih tenang sekarang.

"Gue maafin lo kok jin, gue percaya lo bakalan berubah."

Hyunjin mengembangkan senyumannya, ia lalu menangkup wajah Maurel dan memajukan wajahnya juga. Ia mengecup pelan bibir Maurel, lembut dan lama.

Hyunjin sangat bersyukur ia masih bisa memiliki Maurel sampai sekarang, pasalnya hanya Maurel yang bisa mengerti keadaaan Hyunjin. Keadaan Hyunjin yang benar-benar sangat rapuh.

Setelah mengantar Maurel pulang, seperti biasa Hyunjin akan berdiam diri di kamar almarhum kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengantar Maurel pulang, seperti biasa Hyunjin akan berdiam diri di kamar almarhum kakaknya.

"Kak.. maafin Hyunjin ya, kayaknya Hyunjin gak bisa nepatin janji Hyunjin buat kakak."

Hyunjin mengelus pelan potret kakaknya yang tengah tersenyum ke arahnya. Sungguh Hyunjin sangat merindukan kakaknya. Sebelum mengenal Maurel, sosok kakaknya lah yang paling bisa mengerti keadaan Hyunjin. Dulu kakaknya sangat merawat Hyunjin dengan baik. Meskipun sama-sama kurang perhatian dari orang tua, tapi kakaknya selalu memerhatikan dan menjaganya dengan baik.

Kakaknya adalah sosok malaikat bagi Hyunjin.

Drrtt.. Drrttt

Ponsel Hyunjin bergetar, ada panggilan masuk dari mamanya. Dalam hati Hyunjin kebingungan, tumben sekali mamanya meneleponnya.

"Halo sayang? Gimana kabar kamu Hyunjin?"

Hyunjin terdiam, sudah lama ia tidak mendengar suara mamanya. Mata Hyunjin memanas, ia tiba-tiba menjadi sangat emosional karena mendengar suara mamanya.

"Ma.. Hyunjin kangen mama. Mama kapan pulang?"

"Mama juga kangen banget sama kamu sayang, maafin mama ya jarang ngasih kabar ke kamu. Besok lusa mama sama papa bakalan pulang kok."

"Mama janji kan?"

"Iya sayang, mama janji besok lusa mama sama papa bakalan pulang."

"Papa mana? Hyunjin kangen sama papa."

"Papa kamu masih di kantor, dia pulangnya suka larut terus. Nanti mama sampein sama papa kamu kok kalo kamu kangen sama papa."

Setelah lama mengobrol, Hyunjin lalu mematikan panggilannya. Hyunjin tersenyum senang karena orang tuanya akan segera pulang. Ia harus segera memberi tahu kabar baik ini ke Maurel.

Baru saja Hyunjin akan menghubungi nomor Maurel,

"Hyunjin zheyenk, jangan lupa buat makan ya zheyenk, kalo nggak makan nanti aku tampol online loh zheyenk, makannya sambil mikirin aku ya zheyenk biar tambah lahap. Kan kata si bocah zheyenk juga kalo makan pake cinta itu pasti enak, jadinya makan yang banyak sambil mikirin aku ya zheyenk. Mwah mwah lop yu zheyenk."

Hyunjin dibuat tertawa setiap mendengar bunyi alarm pengingat makan yang dibuat Maurel. Hyunjin lalu turun ke bawah untuk pergi makan ke dapur. Biasanya ada orang suruhan mamanya yang selalu mengirimkan Hyunjin lauk pauk dan nasi.

Hyunjin lalu membuka rantang makanan yang terdapat di atas meja makan. Ia lalu mengambil piring dan sendok dan mulai menaruh makanan diatasnya.

Sedari tadi Hyunjin terus menghubungi kontak Maurel lewat video call, tapi anehnya tak kunjung Maurel angkat. Apa Maurel malah sudah tertidur jam segini?


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


kesambet apa gw jadi rajin up gini🙄

btw ada yg bisa nebak gak Maurel kenapa?:v

Jangan siders ya gaes nanti gue doain idungnya bolong dua lhoo

BAD HABITS✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang