18

39 10 0
                                    

"keren juga sohib gue,nah itu dia panjang umur." Alan yang baru saja memasuki apartemen nya.

"Sorry lama." Alan bertos ria dengan kedua sohibnya.

"Santai." Tara yang tersenyum.

"Kenapa si muka Lo ga enak bangat?" Dino yang sadar Alan tidak seperti biasanya,mood Alan yang sedang tidak baik itu akan mudah terlihat, karena Alan selalu ceria dengan teman-teman nya.

"Gak papa,Lo pada kalo laper pesen Go food aja ya,gue mau mandi dulu." Alan berjalan ke kamarnya.

Alan menghempas tubuhnya ke kasur,ia menghela nafasnya berat. Rekaman ingatannya soal kejadian hari ini yang membuat nya jelous terulang di pikiran nya.

"Susah bangat ya sayang sama orang,harus tersiksa gini sama cemburu." Gerutunya sendiri.

"Emang dasarnya cuek ya tetep cuek,masa iya dia nggak sadar gue cemburu,minta maaf kek apa kek." Alan mengacak rambutnya kasar.

Drtt...drtt

Terdapat getaran dalam saku celana Alan,Alan duduk tegak dan mengangkat telfon yang masuk ke ponselnya.

"Maaf kepencet." Tutttt.....

Alan menatap kesal ke handphone nya, bagaimana tidak belum sempat ia menjawab penelfon itu yang ternyata Clarra dengan mudahnya menutup telfon dengan bilang kalau 'kepencet'.

"Apaan si punya pacar ngeselin bangat, padahal gue udah berharap banyak kalo dia bakal minta maaf." Gerutu Alan sendiri yang melempar asal handphone nya ke kasur.

*****

"Gimana ini bagus nggak Ra?" Tanya Desi yang bergaun pengantin.

"Bagus kok." Clarra mengacungkan jempol nya.

"Yaudah mbak ini aja ya sama untuk pasangan cowok nya yang tadi udah saya pilih." Desi kembali masuk ke ruang ganti di ikuti karyawan butik.

Tidak lama Desi keluar menghampiri Clarra di sofa tempat tunggu.

"Gimana udah telfon Abang kamu?" Desi duduk di samping Clarra.

"Handphone Abang mati." Desi menatap Clarra mengingatkan sesuatu, "maaf kak maksudnya." Clarra tersenyum.

"Terus gimana,kita naik taksi aja ya?udah mau Maghrib juga takutnya mama sarah nanti khawatir lagi sama kamu." Desi.

Ponsel Clarra berdering, Clarra melihat layar ponselnya yang tertera nama 'mama'.

"Mama."

"Tuh kan,yaudah kamu angkat dulu."

"Kamu udah dimana,ini udah mau Maghrib,mama sudah di rumah nih sama mama nya Desi."
"Iya ini aku sama kak Desi udah selesai kok,cuma Abang nggak bisa jemput kita lagi bingung mau pulang gimana."
"Yaudah biar mama minta tolong Alan aja."
"Jangan ma,ma halo." Sarah lebih dulu mematikan telfonnya, padahal Clarra mau menjelaskan kalau mereka berdua sedang marahan.

Clarra meremas ponselnya kesal,Desi menatap Clarra bingung.

"Kenapa?" Tanya Desi yang penasaran dengan kelakuan Clarra setelah menerima telfon dari mamanya.

"Itu mama masa main ambil keputusan aja, padahal aku belum bilang iya." Jelasnya dengan nada bete. "Yaudah kak ayo buru cari taksi." Clarra menarik tangan Desi untuk keluar butik.

SUDDENLY  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang