55

20 7 0
                                    

Clarra sudah sedikit tenang,air matanya pun sudah berhenti,dan isakannya mereda. Clarra kini sedang duduk di tepi kasur,ia meraih ponselnya yang ia dengan ada notifikasi masuk.

Feby
Gue lupa bilang kalo gue udh pindah lagi ke sini,gue tinggal di apartemen samping Fero,main² ya Ra kalo ada waktu.

Clarra enggan membalasnya,ia melempar kasar ponselnya tepat terbentur dengan dinding samping pintu kamarnya. Tidak lama dari itu pintu kamar Clarra ke buka.

Mengetahui siapa orang itu, Clarra pun langsung kr kamar mandi untuk mencuci mukanya. Ketika ia keluar dari kamar mandinya seseorang itu kini sudah duduk di kursi belajar Clarra.

"Kenapa?" Tanya Alan yang adalah orang yang membuka pintu kamar Clarra.

"Nggak." Clarra merasa baru mendingan dan masih tidak mau untuk menceritakan ke siapapun kecuali Reyhan tadi.

"Abang Lo nelfon gue, katanya Lo nangis abis ketemu sama Feby diluar." Clarra menghela nafasnya karena kelakuan abangnya.

"Gue nggak mau cerita sekarang." Ujar Clarra. Tiba-tiba matanya meneliti sesuatu yang terlihat beda pada Alan,ia berjalan mendekati Alan dan menyisir rambut Alan dengan tangannya.

"Apa-apaan sih lan kok rambut Lo warnai gitu." Alan dengan cepat menyingkirkan tangan Clarra dari rambutnya takut jika Clarra menjambak rambutnya yang baru itu.

"Keren kan? Kata Raisa juga gue tambah ganteng." Bukan kata Raisa,tapi kata dirinya sendiri. Memang dasar Alan jahil suka sekali buat Clarra kesal.

"Jelek lan ih,nggak suka gue." Cela Clarra pada rambut Alan itu yang sekarang berubah warna.

"Lo pikir gue suka sama rambut pendek Lo itu." Balas Alan yang menunjuk rambut Clarra dengan lirikan matanya.

"Oh maksud Lo,Lo bales dendam." Tepat sekali. Clarra menampar pipi kiri Alan pelan. Namun tetap saja terasa perih.

"Sakit sayang." Alan mengusap pipi kirinya yang malang itu.

Clarra menatap Alan tajam,jelas Clarra pasti sangat marah. "Jijik kan ah." Clarra berjalan ke kasurnya dan duduk di sana,masih dengan menatap Alan tidak percaya. "Mau tebar pesona Lo sama Raisa?" Tuduh Clarra pada Alan yang sekarang sedang tersenyum-senyum merasa menang.

"Itu Lo paham,nggak perlu gue jelasin lagi berarti." Alan yang tadinya duduk menghadap ke kasur Clarra kini berputar menghadap meja belajar Clarra,ia membelakangi Clarra yang masih menatapnya.

Alan membuka MacBook Clarra dan cek semua sosmed Clarra di sana.

"Alan nggak lucu sumpah,besok harus udah item lagi." Clarra masih berlanjut mempermasalahkan rambut Alan.

"Yaudah Lo juga,besok rambut Lo harus udah panjang." Balas Alan yang tetap menatap laptop Clarra. "Harus item lagi juga." Lanjutnya.

"Nggak ada otak dasar." Clarra dengan kesal melepas sepatunya,kaus kaki,dan jaket Levis nya.

"Widih ini line apa asrama cowok Ra?" Tanya Alan yang sedang membuka Line Clarra,di sana terlihat banyak laki-laki yang mengirimnya pesan. "Keren permainan basket lo." Alan yang membaca isi salah satu pesan.

"Seksi Ra kalo keringetan." Lanjut Alan yang membacanya lagi.

Alan menoleh ke Clarra ingin tahu kalau Clarra sedang memperhatikannya atau tida,dan ternyata tidak. Clarra tidak ada di sana, sepertinya Clarra sedang berganti pakaian di kamar mandi. Alan dengan cepat menghapus aplikasi Line dari laptop Clarra. Mendengar pintu kamar mandi terbuka Alan pun langsung menutup laptop Clarra.

"Udah kepo nya?" Tanya Clarra ketus saat Alan berjalan mengambil ponselnya di lantai.

"Nih handphone ancur Ra." Alan mendekat ke Clarra dan melempar ponsel Clarra ke kasur Clarra.

SUDDENLY  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang