29

35 11 0
                                    

Semua yang sedari tadi menunggu di depan UGD akhirnya lega. Dokter keluar dengan wajah yang membuat semuanya mengharapkan kabar baik.

"Ibu Zahra hanya kelelahan saja, terlalu banyak melakukan kegiatan yang berat." Semua tersenyum lega dan bersyukur dengan pernyataan itu.

"Terus gimana dok,udah boleh pulang sekarang?" Tanya Clarra antusias.

"Boleh,tapi ingat Bu Zahra harus di kontrol kegiatannya, tidak boleh melakukan aktivitas yang berat-berat. Usia kandungannya tiga bulan dan masih sangat muda." Dokter itu tersenyum ramah.

"Makasih ya dok." Ucap Sarah,dokter itu pun pergi setelah merespon Sarah.

Semuanya masuk ke ruang UGD untuk memastikan kondisi Zahra. Alan memang tidak begitu senang dengan mempunyai adik,tapi bagaimanapun ia tetap khawatir dengan kondisi mama nya,lain dengan Bara yang sangat senang menyambut kandungan mamanya,Bara bahkan jarang keluar rumah meninggalkan mama nya di rumah, karena mereka belum memiliki ART di rumah,sangat susah.

"Mama ngapain jalan-jalan ke mall?Kalo ada yang mau di beli kan bisa nyuruh Bara." Ucap Alan yang membuat Bara menatapnya sinis di akhir kalimatnya.

"Anak durhaka dasar." Ucap Bara.

"Lah kan Lo anak paling tua." Timpal Alan.

"Emang kenapa kalo gua anak paling tua?Lo bisa enak gitu? Apa-apa gue yang ngerjain,nggak ada sejarahnya kayak gitu." Clarra menatap keduanya jengah, lagi-lagi debat seperti anak kecil tidak tahu kondisi.

"Ih apa si Lo tuh ya berdua kalo mau ribut sana di lahan kosong jangan di sini,ini rumah sakit." Clarra yang geram. Sarah dan Zahra sebagai orang tua hanya menyimak dengan menggelengkan kepalanya.

"Berisik!" Ucap Bara dan Alan bersamaan, Clarra tersentak. Kenapa jadi dirinya yang di marahi?

**

Untung saja Alam membawa mobil jadi tidak repot-repot memesan Taksi online,tapi karena ini sudah hampir larut Clarra dan mama nya lah yang pulang dengan Taksi,Bara pulang sendiri dengan motor sport nya.

"Kamu jangan bilang-bilang papah ya sayang." Zahra yang akhirnya bersuara. Walaupun suaranya lemah.

"Harus bilang ma, supaya papah juga bisa jaga mama." Alan fokus dengan jalan.

"Mama nggak mau papah khawatir."

"Kalo papah nggak khawatir berarti papah nggak sayang dong sama mama,mama mau?" Alan yang membuka jalan pikiran mama nya yang mungkin masih merasakan was-was karena kejadian tadi.

"Ya nggak lah." Zahra akhirnya pasrah mengalah dan kembali diam sembari mengusap lembut perutnya.

20 menit....

Mereka sampai di rumah,Alan membukakan pintu untuk mama nya keluar dari mobil, mereka bersama-sama memasuki rumah, terdengar suara tv yang cukup keras sampai kedengaran ke ruang tamu. Mereka pun langsung berjalan ke ruang keluarga yang bersebelahan dengan ruang tamu, tidak terdapat pintu hanya terbatas dinding.

Zahra tidak percaya melihat adiknya yang ada di depan tv sedang merebahkan tubuhnya di sofa panjang,Alan pun menggelengkan kepalanya minat kelakuan tantenya.

"Jihan Fahira Astaghfirullah." Tegur Zahra dengan suara yang tidak kalah keras dengan suara tv,supaya kedengaran. Jihan pun kaget dan langsung duduk tegak menoleh ke belakang melihat siapa yang menegurnya.

"Eh kakak,itu DVD di rumah lagi rusak. Nggak papa kan numpang nonton Drakor,ini kaset baru kak sayang kalo harus nunggu DVD aku bener. Aku udah penasaran." Jihan yang ternyata adik Zahra itu mencium punggung tangan Zahra dan mencium pipi kanan Zahra sembari meminta izin seraya merayu.

SUDDENLY  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang