Bab 17

3.2K 305 20
                                    

Risa berlari mengejar Richard bahkan masih dengan pakaian tidurnya.

"Richard"

Richard menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Kamu ngapain turun ke bawah pakai baju tidur begini?"

Risa menyodorkan satu tas jinjing yang berisik kotak makan dan botol minum.

"Aku mau kamu bawa sarapan ini."

"Aku bisa sarapan di pesawat atau bandara"

Risa menggeleng "aku sudah bilang aku akan membuat mu terbiasa dengan masakan ku"

"Terserah kamu saja"

"Kamu juga kenapa harus pergi jam segini? Kenapa tidak pamit dengan ku?"

"Kita biasa seperti ini selama tiga tahun Risa." Jawab Richard

Risa menghela napasnya dan mengangguk. "Apa mulai nanti kamu bisa pamit dulu sebelum pergi?"

Richard menatap Risa yang kini nampak sedih.

"Akan aku pikirkan"

Risa berusaha untuk tersenyum.

"Aku pergi" ucap Richard namun Risa menahan tangan Richard.

"Apa kamu juga tidak akan membalas pesan ku nanti?"

Richard mengangguk, "jangan ganggu karna aku sibuk"

"Ehm.. oke" jawab Risa

Richard melepaskan tangannya dari Risa lalu meninggalkan Risa.

Richard mengepalkan tangannya, Ia tak boleh berbalik. Meski langkahnya terasa berat namun Ia tak akan berbalik sebelum Ia tau apa yang di rencanakan risa. Sebelum Ia tau siapa Risa yang sedang bersamanya itu.

Ya, Richard berbohong soal Ia yang selalu pergi tak pamit. Karna saat dengan Risa yang dulu berpamitan adalah salah satu permintaan Risa. Tetapi Risa yang saat ini hanya akan membenarkan apapun yang Ia katakan.

***
Mata Richard tak terlepas dari kotak makan yang di bawakan Risa. Ia masih belum memakannya meskipun sudah sampai di kantornya.

Seorang pria yang tak lain adalah Adij kandung dari Richard Mahendra. William Mahendra masuk ke dalam ruangan Richard.

Ia meletakan dokumen di atas meja Richard.

"Dia Risa mu. Sidik jarinya sama dengan Risa.  Ada apa sebenarnya?"

Richard menggeleng, Wanita itu tak mungkin wanita yang sama dengan kekasihnya. Terlalu banyak perbedaan di antara keduanya. Tapi apa? Apa sesuatu terjadi pada Risa atau ada sesuatu yang Risa rencanakan.

"Semuanya normal, hanya saja dia sempat pingsan lama karna meminum alkohol, ah satu lagi yang aneh. Beberapa minggu terakhir Risa tidak pernah berbelanja menggunakan kartu kreditnya. Dia bahkan tidak menemui dokter kecantikannya."

"Ada lagi?"

"Kualitas pekerjaan sedikit menurun.  Dari orang-orang kantor bilang Risa banyak berubah. Dia bahkan menyapa banyak orang dan sering tersenyum."

Richard mengangguk, Ia meletakan kedua tangannya di atas kepala.

"Ya dia terus tersenyum seperti orang bodoh. Bahkan menangis. Dia membuat keributan yang bahkan aku tetap membiarkannya"

"Senin lalu kau pulang untuk Risa"

"Aku nyaris Gila setiap kali mengingat itu" jawab Richard

"Wah.. apa kalian saling jatuh cinta beneran? Sudah ku bilang jangan begitu"

Turn (Never lose hope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang