Bab 41

3.7K 388 40
                                        

Sebua plastik yang berisi beberapa obat untuk luka lebam mendarat sedikit kasar di meja Monica. Tentu saja membuat Monica sedikit melonjak.

William meletakan kedua tangannya di atas meja untuk menyangga tubuhnya.

"Apa saya perlu memakaikannya di kening anda nona?" Tanya Willy sinis.

Bukannya kesal dengan ucapan Willy, Monica justru tersenyum lembut. Ia rindu sekali dengan adik super romantisnya itu. Yang bahkan lebih over protactive kepadanya di bandingkan dengan Richard sendiri.

"Terimakasih,ya.."

Willy tersenyum sinis, "ah..jadi kau tipe cewek-cewek naif? Kalau ingin mendapatkan hati kakak ku trik itu pasti gagal. Dia tidak suka cewek polos dan naif."

Monica tak menjawab hanya tersenyum lagi. William memang selalu memiliki cara untuk menyampaikan rasa sayangnya. Ya seperti saat ini, willy sedang mencova melindungi kakaknya dari wanita-wanita yang akan memanfaatkan Richard

"Ngga usah ke Geeran. Kaka ku memang baik dengan semua wanita. Apalagi kau adalah seketarisnya. Kau sangat jauh dari tipe wanitanya." Ucap Willy lagi dan akab pergi. Namun Monica memanggilnya.

"Pak Willy.."

Willy menaikan satu alisnya, pasalnya orang-orang selain keluarha dekatnya akan memanggilnya dengan sebutan William.

Monica memberikan 3 bungkus kecil marshmellow berbentuk bebek kepada Willy.

"Ucapan Terimakasih saya.. Karna bapak sudah repot-repot membelikan saya obat." Ucap Monica

Willy mengerling lagi, "apa menurut mu saya anak kecil?"

Monica menggeleng cepat, "saya hanya mempunyai ini di laci saya. Jadi hanya ini yang bisa saya kasih, oh tunggu atau ini.. " ucap Monica dan mengambil satu kotak susu uht rasa strawberry.

"Saya suka semua makanan dan minuman berwarna pink.. Jadi.."

"Saya tidak mau tau, dan tidak perlu tau. Saya membelikan mu obat bukan karna mau, tapi karna terpaksa. Ngerti?" Ucap Willy tak kalah jutek dengan Richard.

William sudah akan pergi namun Ia mengambil marshmellow itu dan barulah benar-benar pergi.
Diam-diam Monica tersenyum melihat William. Tentu saja dia curang, Ia tau kesukaan Willy dan memanfaatkannya.

"Aku ingin sekali bisa melakukan sesuatu untuk kamu wil.." Gumam Monica pelan.

"Kau akan terus berdiri dan memandangi punggung adik saya?" Tanya Richard dengan nada datar dan berjalan ke meja Monica.

Monica cepat-cepat menundukan kepalanya.

"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu.."

"Saya sudah mengecek hasil kerja mu. Untuk awalan lumayan. Setelah ini saya meminta semua data pekerja yang ada di hotel ini, semua tanpa tekecuali di Rekap versi mu. Format yang saya butuhkan adalah nama,tanggal lahir,alamat,jabatan dan lama bekerja. Saya beri waktu dua hari." Ucap Richard

"Baik pak"

Richard mengangguk dan menatap Monica yang tak mau menatapnya.

"Jadi mana yang benar, sejak awal kau mengincar adik saya ? atau kau merasa tidak mungkin mendapatkan saya jadi kau merubah incaran mu? Ah..atau menjadikan adik saya batu loncatan untuk mendekati saya?" Tanya Richard.

Monica mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan Richard. Kalau saja Ia tak kenal pria itu dan tak mencintai pria itu. Ia pasti sudah akan mengamuk di sebut seperti itu.

Kaka beradik itu benar-benar memiliki bakat menyakiti hati seseorang.

"Ah...ingin marah seperti wanita naif di drama-drama? Sudahlah, to the point saja dengan saya. Saya lebih suka wanita yang terang-terangan. Mau saya bantu mendapatkannya?" Tanya Richard

Turn (Never lose hope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang