Perang dingin pun di mulai, Richard menolak bicara pada Monica dan Monica pun tak repot-repot untuk membuat Richard berbicara. Lagi pula menurut Monica tidak pantas Richard bersikap seperti itu, Richard bukan lagi anak kecil.
"Bertengkar?" Tanya Willy
"Tidak, kakak mu saja berlebihan"
Willy menganggukan kepalanya. Tentu saja Ia setuju, sebagai orang yang sering kali di susahkan oleh Richard, Ia setuju kalau kakaknya itu mengesalkan dan berlebihan
"Kenapa sih?"
"Dia cemburu dengan sahabat ku!" Jawab Monica kesal yang justru membuat Willy tersenyum geli.
"Aku serius.."
"Aku percaya kok.. Cuma lucu saja. Saran ku teman mu itu harus berhati-hati. Seperti kata mu kaka ku suka sekali bersikap berlebihan."
Monica nampak berfikir, "tunggu mungkin ngga ya kalau dia bakal mecat Denis?"
"Dia karyawan kakak ku?"
Monica mengangguk..
"Ckck..kabari teman mu untuk bersiap mengucapkan selamat tinggal untuk pekerjaanya"
"Yah ..gimana dong?"
Willy mengedikan bahunya. "Aku hanya bisa bilang good luck" jawab Willy dan meletakan dua marshmallow di atas meja Monica dan berlalu pergi.
...
...Monica mondar mandir di depan ruangan Richard. Ia bimbang harus masuk atau tidak ke dalam ruangan Richard. Namun karna Monica yang sudah tak tahan lagi Ia pun masuk ke dalam ruangan Richard.
"Kami tidak akan memecat Denis kan?"
Richard tak menjawab,mengangkat kepalanya saja tidak.
"Rich.."
Richard masih hanya mengabaikan Monica.
Monica mendekat kepada meja Richard.
"Richard jawab aku.."
Mendapati masih di abaikan oleh Richard, Monica pun membentak Richard.
"Richard!"
"Apa kamu punya hak meneriaki saya seperti itu?" Tanya Richard dingin
Monica terkejut mendengar pertanyaan Richard.
"Siapa kamu? Ibu saya? Ayah saya? Siapa kamu sampa berani membentak saya seperti itu?"
Mata Monica kini sudah mulai berkaca-kaca. Rasa malu,marah dan tentu saja sakit menjadi satu di hatinya.
"Ini masih jam kerja mu.. Berilah saya sikap hormat yang sepantasnya." Jawab Richard.
Tangan Monica mengepal, Ia berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Keluarlah.. Jika ada yang kamu ingin bicarakan di luar urusan pekerjaan. Lakukan nanti saat jam kerja mu habis"
Dengan berat hati Monica pun keluar dari ruangannya. Richard benar Ia memang tidak tau diri. Tapi sungguh Ia tak menyangka Richard akan melakukan hal ini padanya.
...
Monica kembali ke mejanya. Air matanya terjatuh. Richard tidak membentaknya sedikit pun, yang Richard katakan pun benar. Namun mengapa ia merasa seperti Richard telah menyakitinya.
Ia pun terisak di tempatnya.Di lain tempat di balik pintu Richard berdiri di sana. Tangannya sudah memegang gagang pintu, Ia ingin sekali mengejar Monica dan meminta maaf. Namun egonya menahannya. Hatinya juga sakit, Ia juga merasa di permalukan dan Monica tak peduli pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Fantasy"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...