Bab 72

3.1K 429 56
                                    

Kedua keluarga besar Richard dan Lusi baru saja selesai melakukan makan malam bersama di salah satu restoran mewah yang ada di Jakarta.

Richard terlihat tampan dengan setelan jasnya begitupun Lusi yang nampak cantik dengan balutan gaun malamnya, sungguh mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Makan malam kali ini tidak di hadiri oleh Willy tentu saja karna Ia kecewa dengan keputusan kaka juga orang tuannya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan pikiran orang-orang dewasa itu.

"Willy kenapa ngga ikut tan?" Tanya Lusi

"Oh Willy masih ada pekerjaan di singapur" jawab Ibu Richard ramah kepada Lusi. Lusi pun mengangguk mengerti.

Makan malam tersebut pun menjadi media untuk membicarakan tentang rencana pernikahan Lusi dan Richard. Richard selalu menjawab semua pertanyaan yang di arahkan kepadanya tanpa terkecuali. Namun Lusi tetap dapat melihat bahwa Richard tidaklah bahagia dengan pernikahan ini.

Sepanjang makan malam Lusi terus memperhatikan Richard yang tidak sedikit pun menatap ke arahnya, Ia terus bertanya pada dirinya, apakah Ia yakin akan menikahi pria yang bahkan tidak sedikitpun tertarik menatapnya? Tetapi Ia juga mencintai Richard, Ia berharap cepat atau lambat Richard bisa mencintainya. Apakah mungkin?

Makan malam pun selesai mereka masih mengobrol ringan seputar pernikahan dan perkembangan perusahaan mereka. Lusi tiba-tiba saja menyela pembicaraan tersebut.

"Apa setelah ini kita bisa bicara berdua Rich?" Tanya Lusi

Richard menolehkan kepalanya kearah Lusi. Menganggukan kepalanya tanpa Ragu.

"Om Tante.. Setelah ini aku ingin bicara dengan Lusi. Aku akan mengantarnya pulang setelah selesai" ucap Richard

Suroso tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Baiklah kalau begitu ayo kita pulang saja..agar kalian tidak terlalu malam" Ucap Mahendra mengakhiri makan malam saat ini.

***
Richard memilih rooftop hotelnya sebagai tempat untuk dirinya bicara dengan Lusi.

Berulang kali Richard menghela napasnya. Menatap lurus pada gedung-gedung tinggi lain di hadapannya dan Lusi hanya memperhatikan wajah tampan tanpa ekpresi itu tanpa tau harus mengatakan apa.

Richard menoleh pada Lusi, "apa yang mau kamu katakan padaku?"

Lusi masih terdiam Ia sungguh tak tau harus memulai dari mana. Richard masih menatap Lusi,Ia membuka jas mahalnya lalu memberikannya pada Lusi yang tentu saja membuat Lusi terhenyak.

"Ambil dan pakailah di sini dingin" ucap Richard. Lusi masih hanya terdiam hingga Richard memilih memakaikan jasnya pada pundak Lusi. Lalu Ia kembali mengalihkan pandangannya.

"Kenapa kamu seperti ini?" Tanya Lusi. Richard menoleh lagi pada Lusi.

"Sebelumnya kamu sangat dingin dan kasar"

"Sebelumnya ada hati yang harus aku jaga."

"Sekarang?"

Richard kembali menatap Lusi, Ia menganggukan kepalanya. "Ada hatimu. "

Lusi tentu saja terkejut mendengar ucapan Richard.

"Maafkan aku sebelumnya. Seperti yang kamu tau aku pria brengsek. Tapi jika kamu menikah dengan ku aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak menyakiti mu." Ucap Richard dan terdiam sesaat sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku akan berusaha melakukan apapun yang kamu kecuali satu hal.."

"Mencintai ku?" Tanya Lusi dengan penuh terluka.

Turn (Never lose hope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang