Denis terus mendorong kursi roda monica di taman rumah sakit. Pandangan monica terfokus pada pasien anak-anak yang juga sedang duduk di kursi roda. Anak kecil itu nampak susah saat mengunyah makanan sebab struktur wajahnya yang tidak sempurna. Hati monica kembali mengilu, Ia menyentuh perutnya yang kini hanya menyimpan timbunan lemak saja bukan lagi calon anaknya dengan Richard. Monica kembali menjatuhkan air matanya tanpa di ketahui Denis. Ini baru satu hari tapi Ia sudah merasa sangat rindu dengan Calon anaknya. Keputusan ini sudahkah benar? Benarkah Ia melakukan semua ini demi anaknya? Atau demi dirinya sendiri yang mungkin tak siap menghadapi kenyataan? Bukankah saat ini Ia adalah seorang pembunuh? Ia benar-benar mentiadakan janin itu. Ia lebih buruk dari Risa.
Monica tak tahan Ia pun menutup wajahnya dan terisak , membuat Denis menghentikan kursi Roda itu dan mendekat pada Monica.
Monica bisa saja bertahan untuk tak mengenali Richard. Namun jika itu tentang anaknya Ia sungguh tak mampu. Ia tau Ia tak bisa selamanya menangis,tetapi saat inu masih sulit untuknya.
"Ca?" Tegur Denis lembut. Ia mengusap bahu Monica dan membuat monica menangis lebih kencang. Ia ingin kembali menjadi Risa, Ia ingin bersama anaknya. Ia ingin bersama Richard.
Namun berapa kalipun ia memanggil Esme, Esme tak pernah muncul kembali. Dunia penuh ke ajaibannya sudah benar-benar tinggal kenangan. Kini dirinya adalah monica yang hidup di dunia nyata namun terasa sangat asing baginya.
***
Monica sudah menenang, Ia duduk di kursi taman dengan memegang jus mangga dan Denis duduk di sebelahnya.
Monica terus menatap lurus entah pada apa.
"Ca.."
"Hmm.."ucap Monica tanpa mengalihkan pandangannya. Denis tersenyum miris. Ia tak jadi melanjutkan kalimatnya,membuat monica menoleh dan bertanya.
"Kenapa?"
Denis mengedikan bahunya, "kamu hanya koma satu minggu. Tapi entah mengapa aku merasa kamu menjadi asing. Ya, wujud mu seperti monica tapi aku merasa tidak sedang duduk dengan monica.
Monica menatap wajah tampan Denis lekat. Wajah yang selalu Ia kagumi dulu, wajah pria yang selalu menjadi prioritasnya.
"Apa bedanya?"
"Kamu selalu menoleh bahkan berlari untuk menemui ku setiap kali aku memanggil mu. Apapun yang kamu kerjakan kamu akan meninggalkannya, apapun kondisi hatimu kamu tetap akan menemui ku"
"Lalu?" Tanya Monica
"Barusan kamu bahkan tidak menoleh.. "
Monica terdiam sesaat, Ia tentu tidak lupa bagaimana Ia bersikap dulu. Hanya saja Ia tak menyadari bahwa Ia sudah benar-benar berubah.
"Kamu lebih pendiam dan tenang"
"Aku selalu begitu" ucap Monica
"Ya.. Di depan orang lain. Tapi tidak di hadapan ku. Kamu tidak pernah menutupi apapun dari ku"
"Kalau gitu kamu yang tidak terlalu mengenalku.. Banyak yang aku tutupi dari mu"
Denis tersenyum lagi tanpa melihat monica. Ia tak tau mengapa ia mendadak menjadi sangat sedih.
"Rasa cintamu padaku , yang kamu maksud?"
Monica tentu saja terkejut mendengarnya.
"Aku tau.. Tidak mungkin kamu melakukan semua itu hanya sebatas sayang. Kamu yang ambisius selalu mengalah jika itu tentang ku, kamu yang tegas selalu melunak dengan ku. Apalagi kalau bukan karna cinta? Persahabatan?" Tanya Denis dan menatap Monica lekat. Untuk sesaat monica terhanyut kesana. Ia tau bahwa Denis juga pernah mencintainya namun entah mengapa Ia merasa begitu takut saat. Ia justru takut bahwa pria yang di harapkan selama ini adalah Denis. Meski Ia adalah monica,baginya kisah dengan Denis telah usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Фэнтези"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...