Satu tangan Richard mengemudi, satu tangan lainnya Ia gunakan untuk menggenggamn tangan Monica. Monica tampak panik, Ia sangat gelisah, Ia ingin sesegera mungkin sampai tempat ibunya.
"All is well.." Ucap Richard
Monica menoleh menatap Richard, Ia sungguh tak tau lagi harus melakukan apa. Mungkinkah ini karna pilihannya. Tapi Ia tidak bisa berhenti sekarang. Ia tak bisa meminta Richard pergi.
Monica membalas genggaman Richard untuk saat ini hanya itu yang bisa Ia lakukan.
Monica dan Richard sudah sampai di rumah sakit. Mereka berdua berlari menuju ruangan Ibu Monica. Sesampainya di sana, dokter dan dua perawat sudah berkumpul,begitupun Denis juga Magisa.
"Mama.." Ucap Monica dan mendekat kepada Ibunya. Ibunya nampak sangat lemah namun masih bisa tersenyum.
"Magisa pasti membuat mu panik" ucap Ibu Monica dengan nada suara yang nampak sangat kesakitan.
Richard menarik salah satu dokter kenalannya.
"Bagaimana?" Tanya Richard
Dokter itu menatap sedih pada Richard lalu menggelengkan kepalanya perlahan. Tak terlalu banyak yang menyadari itu kecuali Richard dan Denis.
Richard mengerti, Ia pun tak bisa menuntut dokter di hadapannya tersebut. Bagaimanapun dokter itu hanya manusia. Richard memijat belakang lehernya. Kemudian menoleh kepada Monica yang sedang menggenggam erat tangan sang ibu dan juga menangis di sana.
Hatinya bimbang, Ia harus melakukan sesuatu untuk Monica dan itu harus di lakukan secepat mungkin. Hanya saja jika Ia melakukan ini di kondisi yang seperti ini akan banyak hati yang terluka.
Richard mendekat kepada Ibu Monica. Ibu Monica menoleh kepada Richard Ia juga tersenyum bahagia melihat Richard.
"Mah..Aku mencintai putri mu, aku tau ini bukan waktu yang tepat. Tapi aku ingin menikahi putri mu..hari ini. Saat ini juga.." Ucap Richard mantap.
Semua mata tentu saja menatap ke arahnya. Terutama Monica yang sangat amat terkejut mendengar pernyataan Richard.
Dokter teman Richard menahan tangan Richard meminta Richard untuk bicara dengannya di luar.
"Rich.."
Richard menampik tangan dokter itu. Ia justru semakin mendekat dan kemudia berlutut.
"Aku tau aku bukan pria yang baik, Aku tidak pantas untuk putri mama..tapi aku mencintainya. Meskipun aku bukan pria baik aku berjanji akan terus berubah menjadi lebih baik, aku akan menjaganya semampu ku. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk tak menyakitinya untuk tak membuatnya menangis. Di kedepannya aku tau ini akan sulit tapi aku akan berjuang bersamanya. Aku mohon berikan izin kepadaku.." Ucap Richard.
Air mata Ibu Monica terjatu. Ia tersenyum sangat bahagia. Meskipun rasa sakit terus menguasai dirinya.
Ibu Monica mengulurkan tangannya, meminta di genggam oleh Richard. Richard mendekat dan mengenggam tangan Ibu Monica masih dengan berlutut.
"Bangunlah.." Pinta Ibu Monica. Richard pun menurut. Ia masih menggenggam tangan Ibu Monica.
"Kamu akan menjaganya?"
Richard menganggukan kepalanya dengan mantap.
"Meskipun nanti dia akan membuat mu marah atau kesal. Kamu tidak akan meninggalkannya?" Tanya Ibu Monica.
"Tidak akan.. Hanya ketika waktu ku habis di dunia baru aku akan pergi" ucap Richard.
Monica menatap Richard tak percaya. Air matanya pun ikut tumpah. Ia sungguh tak tau apa yang sedang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Fantasy"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...