Perasaan Monica membaik setelah mendengar alasan dari Denis,tidak seharusnya Ia seperti ini sejak awal. Denis tak salah apapun padanya Ia sendiri yang salah paham.
Monica melirik ke arah meja Esme,Ia pasti sudah termakan omongan tak penting Esme itu. Denis tak mungkin mengkhianatinya.Dengan perlahan Monica menyesap kopinya yang masoh sedikit panas itu. Ia hanya perlu bertahan sedikit lebih lama lagi di tempatnya. Denis sedang mengusahakan yang terbaik untuknya.
***
Hari berlalu begitu saja, Denis sudah sempat memperkenalkan Clara dengan Monica. Meskipun clara tak suka pada Monica namun Ia tak menunjukannya secara terang-terangan. Sedangkan monica sendiri tak merasa bermasalah dengan Clara setidaknya sampai dengan hari ini.Monica berlari memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya sudah terdapat beberapa orang, Denis dan Clara pun ikut berada di sana. Mereka semua memasang wajah cemas kecuali monica yang tak tau apa yang terjadi.
“Jadi dimana barang itu?”
“Sudah saya titipkan pada bu Monica” Ucap Pria muda dengan suara bergetarnya itu.
“Benar itu monic?” tanya sang Direktur
“Barang?” tanya Monica bingung.
Pria muda itu mengangguk dan mencoba mengingatkan Monica, “Itu loh bu paket yang tadi pagi saya kasih’
“ah..” Monica mengangguk dan mengerti barang apa yang di maksud.
“Jadi dimana Monica? Kita butuh itu sekarang karna itu adalah hadiah untuk klien prioritas kita dan sengaja di pesan langsung dari jepang”“itu sudah saya kasih ke bu clara ..”
“Saya belum menerimanya, saya habis menemani pak Denis rapat di luar” ucap Clara cepat.
Monica menoleh kaget pada Clara, Ia sungguh tak berbohong telah memberikannya pada Clara.
Denis menatap Clara juga Monica, begitupun Monica yang mengharapkan pembelaan dari Denis.
“Denis, dimana Clara hari ini? Apa benar dia ikut kamu?”
Denis terdiam sesaat, Ia sungguh tak tau harus menjawab apa. Sebenarnya Clara tak ikut dengannya. Namun Ia tidak mungkin membiarkan kekasihnya mendapatkan masalah.
“Denis”
Denis menatap Monica juga Clara bergantian, Monica mencoba meyakinkan Denis bahwa ini bukan kesalahannya. Sesungguhny Denis tau itu.
“Clara pergi denga saya pak” jawab Denis.
Dengan penuh keterkejutan Monica kembali menatap Denis, Ia memang sudah terbiasa di nomor sekiankan, tapi bagaimana mungkin sampai hati melakukan ini padanya.
“Bagaimana ini Monica?”
Dengan mata berkaca-kacanya Monica menatap Denis, Ia ingin sekali marah pada Denis ataupun membela dirinya namun entah mengapa dirinya tak bisa melakukan itu, Ia masih terus merasa bahwa Denis pasti memiliki alasan mengapa melakukan itu padanya.
“Saya pasti sudah lupa dan menghilangkannya..” ucap Monica
Denis membuang pandangannya dari Monica, Ia sungguh tak sanggup melihat Monica mengakui salah atas apa yang bukan menjadi salahnya.
“Monica! Kamu tuh udah berapa lama sih kerja di sini hah?”
“maafkan saya pak” ucap Monica
“Saya ingin bicara empat mata dengan mu Monic, yang lain boleh keluar” ucap Direktur.
Denis,Clara dan Pria muda itu keluar dari ruangan, tentu saja Denis melakukannya dengan terpaksa.
.
.
Setelah kurang lebih Monica di dalam ruangan direktur akhirnya Monica di izinkan keluar. Denis sudah menunggu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Fantasia"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...