Bab 35

4.1K 378 69
                                    

Setitik air mata menetes begitu saja dari wajah Monica Yang terbaring lemah dengan selang oksigen yang masih terpasang pada hidungnya. Matanya pun masih terpejam,monica sudah sadar,meski belum terbangun. Hatinya masih sangat sakit untuk sekedar membuka matanya. Ia belum mampu menerima kenyataan bahwa Ia telah kembali walaupun rasa sakit di seluruh tubuhnya memaksa dirinya untuk sadar bahwa mimpi indahnya telah usai.

Air mata itu terus menetes, Monica menahan diri untuk tak terisak. Namun Ia tak bisa menahan air matanya. Ia bahkan sudah sangat merindukan Richard.

Monica terkejut saat ada sebuah tangan yang menghapus air matanya. Ia sudah akan membuka matanya sebelum Ia mendengar ucapan dari seseorang yang menghapus air matanya itu.

"Ca..bangunlah.."

"Ca..kamu harus bangun..kamu harus menghukumku dan membenci ku.."

"Ca..bangun..bangun ca. Aku benar-benar tidak mampu melanjutkan hidup ku kalau kamu tidak kembali pulih"

Monica merasa tangannya di ambil dan di genggam.

"Sekali lagi ca.. Sekali lagi saja. Tolong selamatkan hidupku ca. Hukum dan bencilah aku sebanyak yang kamu mau. Tapi aku mohon sadarlah.. Tolong selamatkan aku ca.. "

"Ca aku takut ca.. Aku takut sekali sekarang. Bangun ca..bangun"

Dengan jelas Monica dapat mendengar bahwa pria yang saat ini menggengam tangannya sedang menangis terisak.

Pria itu benar-benar menunggunya, pria itu bahkan menangis untuknya. Mungkinkah dirinya benar-benar salah paham. Jika Denis benar-benar ada untuknya apakah Ibu dan adiknya memiliki alasan sendiri tak karna tak ada disana?

...
...

Monica menahan diri untuk tak membuka matanya.  Hingga Ia merasa semua telah benar-benar sepi. 

Ia dapat melihat seluruh isi ruangan Yang di dominasi warna putih.  Mungkin ini adalah waktu dimana dirinya terbangun dulu Dan menjadi marah karna tak ada Yang menemaninya.  Saat itu dirinya pasti merasa begitu sakit dan terbuang.

Monica menggerakan sedikit tubuhnya dan langsung saja merasakan nyeri luar biasa. Dengan rasa sakit seperti ini bagaimana mungkin monica bisa beranjak dari tempat itu. Saat ini saja Ia sudah ingkn sekali menangis.

Tiba-tiba saja ada yang monica sadari. Bahwa orang pertama yang menyakiti tubuh itu bukanlah Denis ataupun keluarganya. Melainkan dirinya sendiri. Dirinya memaksa tubuh yang sakit itu untuk bangkit. Entah mengapa kini Ia mengerti yang di maksud Esme. Bukan marah dan menjadi dendam kepada orang lain yang Esme mau. Melainkan menjadi seseok orang yang lebih peduli pada diri sendiri. Mengapa selama ini Ia tak pernah menyadari itu, menyadari bahwa semua hal yang Ia lakukan adalah menyakiti dirinya sendiri. Selama ini semua kebaikan yang Ia lakukan tak benar-benar tulus. Karna jika Ia tulus juga Ikhlas Ia tidak akan pernah merasa sakit.

Benar,pada magisa pun Ia menyimpan dendam. Ia menyalahkan Magisa dan Ibunya sebab kematian ayahnya. Ia menyimpan perasaan itu bertahun-tahun. Perasaan yang menjadi racun dalam tubuhnya sendiri. Mengapa Ia memilih melakukan itu dulu? Mengapa Ia tak bisa mengikhlaskan kepergian ayahnya dan cukup mendoakan saja dan ya Ia lupa kapan terakhir kali Ia berdoa. Ia hanya terus mengeluh dan mengeluh. Ia hanya terus mempertanyakan hal buruk yang terjadi dalam hidupnya tanpa pernah bersyukur dengan apa yang Ia miliki.

Hari ini Monica tak ingin memilih pilihan yang sama. Ia tak akan menyakiti tubuhnya sendiri dengan pergi dari sana. Ia akan menunggu di dalam kamarnya, Ia yakin meskipun tak hari ini seseorang pasti akan datang untuk menemuinya lalu menjelaskan padanya. Lebih dari itu semua Ia ingin mengutamakan dirinya. Dirinya butuh perawatan karna kebodohannya itu.

Turn (Never lose hope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang