Bab 86

3.6K 395 28
                                        

Suasana di mobil Monica saat ini nampak sangat hening.  Tak ada yang berani mengatakan satu hal pun. Monica pun tak bicara, ia hanya terus menatap ke arah jalanan yang mulai basah karna hujan.

Sepertinya langit ikut merasakan apa yang Monica rasakan. Sekuat tenaga Monica menahan untuk tidak menangis. Meskipun semakin Ia pikirkan semkin menyakitkan. Ia pikir setelah semua yang Ia rasakan Ia tidak akan pernah lagi terluka. Ia pikir Ia dan Richard akan selalu bahagia.

Tapi Ia lupa jika Ia hanya seorang Monica, di cintai oleh Richard adalah sebuah ke ajaiban. Mengapa Ia masih saja tak bersyukur dan bertingkah ini dan itu. Semua ucapan yang Richard ucapkan benar dan karna itu benar itu jauh lebih menyakiti Monica.

Monica kembali merasakan mual, Ia menyentuh perutnya dan semakin merasa sedih. Mungkin Richard tak siap, mungkin Ia juga belum bisa menjadi seorang ibu yang baik. Tapi Ia rindu anaknya, rindu anak yang bahkan belum sempat ia lahirkan. Perasaan Yang tidak akan di pahami oleh siapa pun.  Ia bahkan tak bisa membagi perasaan ini. 

"Bu.. " panggil Adele dengan sangat hati-hati.

Monica menoleh kepada Adele.

"Kita sudah sampai.."

Monica menatap gedung tinggi di hadapan. Kemudian menghela napasnya. Terlalu banyak melamun membuatnya tak sadar bahwa telah sampai.

Monica tak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya turun dari mobilnya, di payungi oleh Dimas untuk masuk ke dalam kantor.

...
...

Seharian ini Monica lebih banyak diam. Ia juga tak menjawab telfon dari Richard, Ia tidak mau memakan apapun. Hatinya terlalu kacau hari ini.

"Adele.." Ucap Monica yang sudah berdiri di dekat meja Adele.

"Iya bu.."

"Aku ingin pulang lebih cepat.."

"Baik bu saya akan minta dimas siapkan mobil" ucap Adele. Dimas pun sudah berdiri dari tempatnya.

"Tidak usah.. Saya ingin sendiri. Kalian tolong bantu pekerjaan saya. Kalau ada sesuatu tolong atasi dulu. Jangan hubungi saya jika tidak benar-benar urgent" ucap Monica

"Tapi bu.. Bapak minta saya.."

Monica memotong ucapan Adele yang Ia sendiri sudah tau.

"Saya yang akan bicara dengan Richard.. Kalian kerjakan saja tugas yang sudah saya berikan." Ucap Monica dan berlalu begitu saja.

Adele dan Dimas saling menatap. Mereka tentu saja bingung apa yang harus mereka lakukan. Ketika kedua atasannya memerintahkan dua hal yang sangat berbeda.

"Sudah biarkan..mungkin mereka sedang bertengkar" ucap Dimas yang menghampiri meja Adele.

"Apa kita perlu menghubungi pak Richard?"

Dimas mengangguk. "Hubungi saja.."

Adele menghela napasnya. Jujur saja Ia cukup takut untuk mengabari hal ini.

...
...

Tempat yang di pilih Monica saat ini adalah makam sang ibu. Sudah 15 menit Monica di sana. Namun tak ada yang Ia lakukan selain menatap nisan sang ibu. Monica terus menghela napasnya.

Banyak sekali yang Monica ingin katakan. Namun Monica sendiri takut untuk mengatakannya. Ia takut mengucapkan dengan mulutnya sendiri bahwa Ia mulai merasa menyesal memilih Richard. Mungkin saja jika saat itu ia tidak kembali kepada Richard ibunya tidak akan pergi.

Air mata Monica perlahan mulai terjatuh. Ia mulai merasa bahwa Richard tidak benar-benar mencintainya. Ia juga takut bahwa Richard mulai menyesal menikahinnya. Richard bahkan tetap berada di singapur meski tau bahwa saat ini Ia sedang merasa tidak baik.

Turn (Never lose hope)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang