Monica merebahkan kepalanya di atas tanganya yang Ia letakan di atas meja. Ia merasa sangat lelah, bahkan jauh lebih lelah dari saat dirinya belum mengenal sosok Esme. Saat ini Monica tak tau harus berbuat apa, bahkan sekedar berharap dan bermimpi saja Ia tak berani. Ia takut harapannya justru akan membuat segalanya semakin lebih sulit dari ini. Ia bahkan tak lagi mengharapkan bahagia. Ia tak mau mengenal kembali apa itu bahagia. Ia akan membiarkan hidupnya berjalan seperti apa yang Tuhan mau. Dia tidak akan meminta ini dan itu dia tidak akan menginginkan apapun lagi. Ia sungguh merasa terlalu lelah. Monica mengambil ponselnya, Ia membaca lagi berita yang tak sengaja muncul di ponselnya tadi. Berita tentang pernikahan Richard dan Lusi yang akan di adakan kurang dari sebulan.
Mata Monica menatap kosong,bahkan untuk sekedar menangis pun Ia sudah sangat lelah. Katanya menangis akan sedikit meringankan perasaan hati, namun tidak dengan Monica. Menangis hanya akan semakin menyakiti dirinya.
...
...Richard duduk di ruang keluarga di temani oleh Willy yang sedang bermain game di sampingnya.
"Kau sudah memilih tamu yang akan kau undah di pernikahan ku? Kau hanya punya 10 tempat. Aku dan lusi sudah memutuskan untuk membuat private wedding saja" ucap Richard tanpa melihat Willy
"Tidak ada yang mau aku undang. Aku juga tidak akan datang" ucap Willy.
Richard menoleh pada adiknya lalu memukul adiknya dengan map yang Ia pegang.
"Sudah bosan hidup hah?"
"Pernikahan mu lebih nampak seperti penyembelihan manusia bagiku. Di bandingkan sebuah acara kebahagian. Dan aku tidak suka melihat pembunuhan" ucap Willy
Richard kembali memukul Willy. Tentu saja Ia tak benar-benar memukul.
"Memangnya siapa yang aku bunuh hah? Apa ada yang terluka dengan pernikahan ku? Siapa? Kamu? Kamu menyukai calon istri ku?"
Willy menatap Richard serius kali ini. "Apa jika aku menyukai Lusi kaka akan membatalkan pernikahan ini?" Tanya Willy
Richard kini terdiam. Ia mencoba mencari tahu apakah adiknya sedang berbohong atau berkata jujur.
Richard tersenyum miris, Ia tau bahwa adiknya sedang berbohong. Adiknya hanya ingin Ia tak melakukan pernikahan ini.
"Memang ada yang lebih kamu suka dari marshmellow hah?"
Willy mengangguk "susu strawberry dan jika menyukai Lusi membuat kaka membatalkan pernikahan ini aku janji akan menyukainya. Aku akan menjagannya. Aku janji"
Richard menatap adiknya dan kembali memukul ringan adiknya.
"Apa kau bodoh? Lusi tidak akan mau menukar ku dengan mu. Jangan macam-macam." Ucap Richard dan berdiri dari kursinya.
"Lalu apa kaka mau aku menjaga Monica? Aku bisa menjagannya untuk mu" ucap Willy
Richard tak membalik tubuhnya. Ia membenci nama itu. Nama yang membuat hatinya kembali luluh lantak hanya dengan mendengarnya.
"Kak.."
Richard menganggukan kepalanya. "Lakukan apapun yang kamu inginkan.. Apapun." Ucap Richard yang lalu meninggalkan Willy.
Willy memandang sedih pada Richard begitupun Ibu Richard. Ia tak tau bagaimana cara mengembalikan ke adaan ini. Jika bukan karnanya kedua anaknya tidak akan terluka seperti ini dan Ia juga tidak akan melukai gadis itu.
***
Monica berjalan lesu melewati setiap koridor rumah sakit. Ia kembali menghentikan langkahnya saat melihat Richard keluar dari ruangan sang ibu. Monica bersembunyi lalu diam-diam mengikuti Richard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Fantasy"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...