Jam baru menunjukan pukul 4 pagi namun Richard sudah berdiri di depan rumah Monica, tak mengetuk hanya terus menatap ponselnya.
Monica dengan wajah masih mengantuk keluar dari rumahnya. Matanya mencari sosok pria yang membangunkannya lewat telfon.
Senyum Richard mengembang sempurna saat melihat Monicanya.
"Ada apa?" Tanya Monica dengan suara sedikit panik.
Richard menggeleng "aku hanya ingin melihat mu sebelum pergi"
Monica menghela napasnya kesal,"ku pikir ada sesuatu. Kamu kan harus segera ada di korea. Kita bisa ketemu nanti Rich"
"Apa kamu mau ikut dengan ku?"
"Jangan ngaco.. Banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan selama kamu pergi" ucap Monica.
Richard mencebik,Ia menganggukan kepalanya. Apa pula yang Ia harapkan dari Monica. Monica tak seperti dirinya yang menggila,Monica nampak baik-baik saja bahkan sekalipun Ia harus pergi lama. Tak seperti dirinya yang bahkan sudah rindu.
"Ehmm.. Aku berangkat" ucap Richard lemas dan akan pergi. Namun tangannya di tahan oleh Monica.
"Mau aku buatkan sarapan dulu?" Tanya Monica
Richard menggeleng "aku bisa sarapan di pesawat. Aku kesini untuk melihat mu"
Hati wanita mana yang tak tersentuh jika ada pria yang tulus mengatakan itu padanya.
Monica tersenyum lembut dan dengan berani memeluk Richard."Kamu menggemaskan sekali.. Apa kamu selalu seperti ini dengan kekasih mu yang lain hmm?"
Richard membalas pelukan Monica dan menggeleng. Monica mengankat wajahnya dan tersenyum tipis.
"Bohong"
"Aku bahkan tidak peduli mereka ada dimana" tambah Richard
"Jaga diri,jaga mata ya di sana. Bawa proyek yang besar saat pulang nanti" ucap Monica
Richard mengangguk,Ia membenarkan rambut Monica.
"Maaf membangunkan mu""Lucu sekali mendengar seorang Richard Mahendra meminta maaf" ledek Monica
Richard ikut tersenyum,Ia mengusap pipi Monica.
"Apa kamu habis menangis?"tanya Richard
Monica sedikit terkejut mendengar ucapan Richard. Semalam Ia memang menangis hingga terlelap.
"Tidak.."
"Matamu sembab"
"Itu karna aku baru bangun tidur"
Richard menganggukan kepalanya. "Jangan menangis sendiri..kamu punya aku. Kamu punya kekuasaan untuk menghubungi aku kapanpun.."
Senyum Monica semakin melebar meskipun hatinya terasa perih. Semakin Ia merasa bahagia Ia justru semakin takut.
"Bahkan meskipun kamu sedang rapat penting?"
"Euhm.. Bahkan meskipun aku harus meninggalkan proyek triliunan pun"
"Jangan ya.. Jangan lakuin.." Ucap Monica
"Kenapa?" Tanya Richard
"Euhm..karna aku ngga mau sama kamu lagi kalau kamu miskin"
Richard tertawa kecil, Ia mengecup kening Monica cukup lama.
"Aku anggap ucapan mu sebagai motivasi" ucap Richard dan melepas pelukannya begitupun Monica.
"Aku berangkat ya.."
Monica mengangguk "hati-hati"
Tangan Richard mengusap rambut Monica sekali lagi sebelum Ia meninggalkan Monica. Ia berjalan mundur dan terus melambaikan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Fantasy"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...