Dimas sampai lebih dulu di tempat persembunyian Risa namun Ia berhenti saat mendengar Risa yang menangis.
"Dimana bu Risa?" Tanya Adele panik.
Dimas menempelkan jarinya di hidung, pertanda meminta Adele diam.
"Bu Risa di dalam"
"Yaudah kita masuk"
Dimas menggeleng, "bu Risa menangis. Dia pasti tidak mau kita lihat"
Adele mengangguk mengerti. "Kita akan menunggunya saja" ucap Adele dan duduk di salah satu tempat disana. Dimas mengikutinya.
Untuk sejenak mereka terdiam lalu tiba-tiba tertawa bersamaan.
"Apa yang kamu tertawakan?" Tanya Adele
"Sama dengan mu"
Adele mengangguk, "kembali ke tempat ini mengingatkan ku pada Empat tahun lalu"
"Kamu culun sekali" timpal Dimas
Adele mengangguk dan kembali tersenyum. "Meskipun bu Risa galak dan menyebalkan. Aku tidak ingin berhenti menjadi seketarisnya"
Dimas mengangguk "Dia menempa kita dengan sangat baik"
"Aku sangat mengaguminya." Ucap Adele dan lagi-lagi Dimas mengangguk setuju.
"Aku tidak menyangka orang seperti bu Risa bisa menangis. Ku pikir dia hanya dingin tak tersentuh"
"Aku tau ini konyol, tapi kamu tau Dimas beberapa hari ini di bandingkan dengan mengaggumi aku justru lebih menyayangi bu Risa."
"Entah apa yang terjadi dengan Bu Risa, tapi aku juga lebih menyukai nya yang saat ini. Lebih manusiawi dan hangat" saut Dimas
***
Richard meletakan ponselnya lagi. Ia berusaha fokus dengan rapat yang sedang berlangsung. Ia akan mengutuk dirinya sendiri jika Ia benar-benar pergi lagi untuk Risa,bahkan setelah ia tau apa yang Risa lakukan padanya. Namun kenyataannya Richard tak bisa menahan barang lima menit. Ia berdiri dan meninggalkan ruangan itu."Ada apa dengan kakak mu?" Bisik Mahendra ayah William juga Richard
William hanya menggelengkan kepalanya. Meskipun ia sudah menduga akan kemana Kakaknya itu.
Setelah di luar ruangan Richard pun menghubungi Adele.
"Kalian dimana? Apa Risa sakit lagi?"
*Di kantor cabang pak, tadi memang sedikit pucat. Tapi bukan itu yang menjadi masalah pak*
"Apa?"
*Ehmmm.. kami juga tidak tau. Bu risa hanya bilang tidak bisa rapat, lalu terdiam lalu pergi begitu saja dan sekarang sedang menangis*
"Baik, jaga dia. Kalau ada apa-apa kabari saya"
*Baik pak*
Richard menutup telfonnya. "Kau tidak akan ke Indonesia hanya karna wanita itu menangis!"
"Ya, tidak akan. Kau akan tetap disini. Dia hanya menangis!"
Richard terus menegaskan pada dirinya bahwa dia tidak akan pergi.
***
Isakan Risa sudah berhenti, namun meskipun begitu air matanya terus meleleh. Ia bersandar pada dinding mencoba menenangkan dirinya.Risa membuka album fotonya, Ia menatap satu-satunya foto Richard yang ia ambil diam-diam.
"Apa aku juga hanya mainan mu?" Tanya Risa dan mengusap foto Richard. Ia mengangguk dan tersenyum pilu air matanya kembali terjatuh.
"Benar, kalau kamu mencintai ku kamu pasti akan merindukan ku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Fantasía"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...