Richard berjalan menuju meja Monica dan melemparkan kotak obat begitu saja di sana.
"Pipi mu akan memar jika tidak di obati" ucap Richard
Monica menatap Richard yang masih nampak terluka.
"Saya ada urusan di luar dan akan makan siang di luar jadi kamu juga jangan telat makan" ucap Richard lagi yang kini meninggalkan monica. Bahkan tanpa sempat Monica mengatakan apapun.
Monica hanya berdiri di tempatnya mengambil kotak obat yang di berikan Richard. Ia tak ragu pada cinta Richard. Ia lah yang ragu pada dirinya sendiri,Ia sengaja menyentuh kelemahan Richard hanya agar Richard melepaskannya.
***
Monica melirik jam tangannya sudah pukul delapan malam namun Richard belum juga keluar dari ruangannya. Monica pun terpaksa mengetuk dan kemudian masuk ke dalam ruangan Richard.
"Pak..bapak belum makan malam. Apa mau saya pesankan sesuatu?" Tanya Monica.
Richard mengangkat kepalanya dan menatap jam tangannya.
"Kenapa belum pulang? Ini sudah selesai jam kerja mu" ucap Richard
"Tapi bapak belum makan" ucap Monica
Richard melepaskan kaca matanya dan menatap monica sesaat.
"Kamu mengkhawatirkan ku sebagai seketaris ku atau sebagai monica?"
Monica tak menjawab hanya diam di tempatnya.
"Kalau sebagai seketaris ku,pulang lah. Aku akan baik-baik saja. Jangan bersikap yang membuat ku menjadi salah paham"
Tak ada yang bisa Monica lakukan selain mengangguk dan memilih untuk pergi sampai ucapan Richard menghentikannya.
"Hati mu benar-benar sekeras itu? Kamu bahkan tidak tersentuh dengan pengakuan ku?" Ucap Richard
Monica masih hanya terdiam tanpa membalik tubuhnya.
"Apa benar-benar hanya aku yang terluka? Apa kamu tidak lihat bahwa aku sedang kesakitan sekarang? Apa paling tidak kamu sedikit saja kasihan padaku?"
"Aku sudah meminta untuk berhenti..jika sulit untuk mu melihat ku.." Jawab Monica dingin.
Richard tersenyum miris, Ia sungguh merasa sangat bodoh sekarang.
"Aku akan semakin sulit tanpa melihat mu."
Monica membalik tubuhnya dan menatap Richard.
"Hentikan Richard.. Kita tidak bisa seperti ini!"
"Pikirmu aku mau seperti ini?! Pikir mu ini keputusan dan keinginan ku?! Aku juga muak! Aku muak dan jijik pada diriku sendiri! Aku merasa tidak menganali diri ku! Aku memintanya berhenti tetapi yang ku lakukan berlari! Aku meminta lupa tetapi yang terus diri ku lakukan adalah mengingat! Aku juga muak seperti ini! Aku juga ingin berhenti!" Pekik Richard. Ia sungguh merasa frustasi saat ini. Ia tidak tau mengapa hatinya sakit, Ia tak tau mengapa dirinya terus menerus menginginkan monica meski monica terus menolaknya. Bahkan ketika ia tak lagi mengingat risa dalam mimpinya, Ia terus menginginkan Monica.
"Aku juga muak.. Aku ingin berhenti. Sungguh.." Ucap Richard dengan mata yang sudah kembali berkaca-kaca.
"Aku lelah dan hatiku sakit. Aku jauh ingin berhenti, lebih darimu." Ucap Richard yang suaranya semakin melemah.
Ia menatap monica dengan tatapan memohon pada monica.
"Mati adalah hal Yang paling aku takutkan di dunia ini sebelumnya. Aku tidak pernah berfikir sedikit pun untuk mati. Tapi kamu tau.. Karna mu aku sempat berfikir tentang kematian. Apakah jika aku mati ini akan membaik? Apakah mati akan jauh lebih mudah di bandingkan menjalani ini? Apa jika aku mati kamu akan menyesal dan menangis untuk ku? Mati tidak lagi menakutkan untuk ku.. Lagi pula apa bedanya sekarang dengan mati nanti? Aku akan sama-sama kesepian. Aku tidak bisa melakukan hal-hal Yang benar-benar aku inginkan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Turn (Never lose hope)
Fantasy"Sebutkan 3 permintaan mu" Monica tertawa sinis, Air matanya terjatuh bahkan disaat ia merasa sangat terpuruk orang lain tetap menganggap hidupnya hanyalah sebuah lelucon. "Apa menurut mu hidup ku lelucon? Apa menurut mu rasa sakit ku adalah mainan...