"Sisiiiiii..." suara Mr. Chan menggelegar di seluruh penjuru ruangan.
"Iya Mr. Chaaaaan...." Sisi yang sedang menyiapkan gaun-gaun yang akan dipakai pada acara malam peragaan busana segera berlari menemui Boss nya.
"Sisi, baju yang terakhir kemarin sudah disiapkan? Pak Dito mana? Kamu sudah suruh dia untuk siapkan mobil? Baju-baju ini harus sudah sampai di gedung sebelum acara mulai. Lalu Vivien mana? Dia sudah standby di gedung atau belum? Pak Tora sudah siap apa belum? Mr. Wingky apa sudah kamu hubungi kembali untuk memastikan modelnya seperti yang kita mau?" berondongan pertanyaan membombardir Sisi tanpa ampun. Sisi yang mendengarkan cuma melongo.
"Sisi! Saya bertanya sama kamu! Kenapa diam saja?" teriak Mr. Chan yang sibuk dengan perlengkapannya sendiri.
"I... Iya Mister ... Sudah kok...tapi Pak Dito nya belum naik. Saya akan hubungi lagi Pak Dito, Mister..." jawab Sisi terlonjak.
"Kenapa belum beres? Seharusnya baju-baju itu sudah berada di gedung sekarang!" omel Mr. Chan lalu menengok ke arah Sisi yang masih berdiri menunggu, "Kamu ngapain masih berdiri di situ, Miss Sisi? Ayo kerjakan!" suara Mr. Chan menggema lagi.
Sisi mengangguk segera beranjak keluar ruangan mencari Pak Dito.
Kemana sih tuh orang! Siapa yang salah... Gue yang diomelin! Gerutu Sisi dalam hati.
Pak Dito yang baru datang terlihat terengah-engah menaiki tangga.
Sisi yang melihat hanya geleng-geleng kepala.
"Pak Dito, kan bisa pakai lift. Kenapa naik tangga? Lama kan jadinya?" kata Sisi menahan senyum.
"Iya Neng... Maaf Bapak lupa kalo ada lift...," Pak Dito driver baru itu memang pelupa, padahal usianya baru sekitar empat puluhan.
"Ya udah Pak, itu baju-bajunya masukin ke mobil ya. Nanti biar Fanny yang tunjukin gedungnya," Sisi menoleh pada Fanny yang sedang memasukkan perlengkapan ke dalam tas.
Fanny terlihat mengangguk lalu mengikuti Pak Dito yang mendorong wheeled hangers yang penuh dengan baju-baju rancangan Mr. Chan menuju lift.
Sisi melangkah ke ruang Mr. Chan.
"Semua sudah siap Mr. Chan, Pak Tora sudah siap di bawah," lapor Sisi.
"Okey... Kamu bawa tas merah yang itu. O ya kacamata... Mana kacamata saya?" tanya Mr. Chan mencari-cari kacamatanya.
Sisi menahan ketawanya.
"Miss Sisi, ngapain kamu senyum-senyum seperti itu, ayo bantu cari kacamata saya!" bentak Mr. Chan melihat Sisi senyum-senyum gak jelas.
"Itu Mister, di kepala Mister... Hehehe..." Sisi tertawa tertahan melihat Mr. Chan meraba kepala botaknya tempat kacamata yang dicarinya bertengger.
"Haiiss.... Kamu ini bukannya mengingatkan malah menertawakan saya!" hardik Mr. Chan memelototi Sisi.
Sisi langsung bungkam, mengambil tas merah Mr. Chan dan mengikuti nya menuju lift.
........
Malam itu di ballroom sebuah hotel megah, karya designer-designer ternama dipamerkan.
Sisi sibuk membenahi gaun-gaun yang dipakai para model. Diantara model-model dengan perawakan tinggi semampai itu, Sisi terlihat mungil.
Sebentar lagi Mr. Chan akan tampil ke atas catwalk ditemani model-model cantik di bawah management Pak Wingky.
"Sisi, tolong dong betulin tali belakang gaunnya lepas nih," Thea menjawil Sisi yang masih melihat ke arah catwalk.
"Eh, Thea. Mmm... Sini gue betulin," dengan sigap Sisi mengambil jarum dan mulai membetulkan tali aksen di bagian belakang gaun yang dipakai Thea.
"Lo kok masih betah aja kerja sama Mr. Chan? Orang galak gitu!' tanya Thea heran.
Sisi tersenyum, " Gak kok. Sebenernya Mr. Chan baik kok. Gue banyak dibantu sama dia. Memang sih kelihatannya galak, tapi maksud dia baik. Dia yang nge-bimbing gue, ngajarin gue gimana cara bikin desain baju yang bagus," Sisi membela Boss-nya.
"Si, retsletingnya susah nih," seru Liora yang menghampiri Sisi dengan tergesa.
"Itu ada Fanny, dia bisa kok bantuin," tunjuk Sisi ke Fanny.
"Gak ah, gue mau nya sama lo aja," geleng Liora memperhatikan Sisi yang sedang membuat jahitan akhir pada tali gaun Thea.
Sisi tersenyun dan segera berdiri, membantu Liora menarik retsletingnya yang masih sedikit terbuka.
"Si, gue sama Thea naik dulu ya... Thank's udah bantuin kita," kata Liora tersenyum tulus kemudian menarik lengan Thea untuk naik ke catwalk.
Sisi tersenyum, menunduk membereskan alat-alatnya.
Mr. Chan sudah naik ke panggung diiringi para model-model cantik. Gemuruh tepuk tangan memenuhi seluruh ruangan.
Sisi memasukkan peralatan Mr. Chan ke dalam tas merah dan peralatan lainnya dalam tas satunya. Sisi membawa kedua tas itu menuju parkiran mobil di basement.
Setelah meletakkan tas yang dibawanya, Sisi kembali masuk ke dalam lift untuk membereskan baju-baju yang selesai diperagakan.
Mr. Chan masih menikmati pesta yang diadakan sesudahnya dengan para designer dan model-model juga para tamu undangan ketika Sisi menghampirinya.
"Mr. Chan, semua sudah masuk mobil, apakah saya sudah boleh pulang?" tanya Sisi sambil melihat jam tangannya.
"Of course Miss Sisi, you can go home now!" Mr. Chan mengibaskan sebelah tangannya, sedangkan tangan yang satu memegang gelas.
Sisi mengangguk dan mundur beberapa langkah hendak berbalik. Namun .....
Bruukk.....
Sisi terhuyung-huyung hampir jatuh ketika sepasang tangan menahannya.
"Sisi?" seru seseorang yang menahan tubuhnya dan menegakkannya kembali.
"Lo?" Sisi terbelalak melihat siapa yang menolongnya.
"Kok lo bisa ada disini?"
"Lo juga, kenapa disini?" Sisi bengong. Ternyata orang itu....
"Hmmm Mr. Digo, are you allright?" tanya Mr. Chan.
"O ya... I'm fine, thankyou...," jawab Digo tersenyum pada Mr. Chan lalu memfokuskan perhatiannya pada Sisi.
"Lo gak pa pa?" tanya Digo melihat keadaan Sisi.
"Mmm... Gue gak pa pa, kok! Mmm.... Gue permisi dulu," Sisi sedikit mengangguk dan setengah berlari menuju lift.
"Lho... Sisi!" panggil Digo melihat Sisi setengah berlari masuk ke dalam lift.
Digo bergegas menyusul Sisi yang sudah masuk ke lift.
"Ngapain lo ngikutin gue?" tanya Sisi mengernyit. Pintu lift sudah tertutup dan lift kini menuju ke basement hotel.
"Nggaaak... Mmm gue... Gue cuma mau mastiin lo gak pa pa aja," jawab Digo asal sambil menggaruk kepalanya. Tadi dia cuma refleks ngejar Sisi aja, gak ngerti apa alasan dia ngejar Sisi.
Pintu lift terbuka. Basement! Sisi melangkah keluar. Matanya mencari-cari Pak Dito.
"Pak Tora, Pak Dito nya mana?" tanya Sisi menghampiri driver Mr. Chan yang sedang nungguin Boss galaknya.
"Lho udah balik Neng! Sama Neng Fina sama Neng Vivien," jawab driver itu.
"Waduuuh..... Kok gue ditinggalin sih?" keluh Sisi.
"Ya dikirain Neng Sisi bareng sama Mr. Chan?" ucap Pak Tora tanpa dosa.
"Mana udah malem gini," keluh Sisi bingung.
"Gue anterin lo!" tiba-tiba Digo menarik tangan Sini menuju mobilnya.
"Eh, lo apaan sih? Gak usah, gue tunggu Mr. Chan aja gak pa pa," jawab Sisi.
"Mr. Chan masih lama, mungkin lewat tengah malam baru pulang. Udah gue anter aja kenapa sih?" Digo membuka pintu mobilnya dan menyuruh Sisi masuk.
Sisi menurut. Daripada pulang pagi, Nayla bisa ngomel-ngomel!
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...