Part 32

7.6K 382 1
                                    

Digo baru turun dari pesawat. Perasaannya tidak tenang. Seminggu di Amrik dan bertemu orang tuanya tidak membuatnya tenang. Masih ada yang mengganjal di hatinya. Ya... Rindu! Rasa rindunya pada sesosok gadis mungil yang tak bisa ditepis dari benaknya. Dua minggu lebih ia tidak melihat ataupun mendengar suara Sisi. Bahkan kabarnya pun ia tidak tau. Keinginan untuk berada didekat gadis itu membelenggunya.

Pak Toto sudah menjemputnya. Ia segera masuk mobil dan menyuruh driver setengah baya itu menuju ke suatu tempat yang disebutkannya dengan pasti.

........

Sore itu langit cerah. Sisi melangkah perlahan menyusuri trotoar menuju ke sebuah cafe di dekat butik tempatnya bekerja.

Digo yang masih duduk diam di dalam mobil melihat Sisi memasuki cafe itu, menuju ke meja dekat pintu kaca, sehingga ia dapat melihat Sisi dengan leluasa dari tempatnya.

Sisi tersenyum lalu duduk di depan laki-laki yang belum pernah dilihat Digo.

Tidak lama kemudian datang dua orang cowok dan satu cewek bergabung bersama Sisi. Mereka tertawa lepas.

Digo melihat wajah gadis yang dirindukannya itu sedang tersenyum, menepuk bahu cowok disebelahnya, kemudian tertawa seolah ada yang lucu.

Digo masih tetap pada tempatnya hampir dua jam dengan menatap obyek yang sama. Lalu dilihatnya mereka berlima keluar dari cafe, saling melambai. Kemudian dua cowok dan satu cewek itu masuk ke dalam mobil, berlalu dari halaman cafe. Tinggal Sisi dan cowok yang datang awal yang masih berdiri didepan cafe.

Terlihat cowok itu berbicara sesuatu dan dijawab dengan gelengan oleh Sisi. Lalu Sisi menggandeng cowok itu ke arah pintu kemudi dan mendorong cowok itu masuk, menutup pintu mobil dan tersenyum manis sambil melambaikan tangannya. Cowok itupun berlalu dari hadapan Sisi.

Digo bergegas keluar dari mobilnya setengah berlari menuju tempat Sisi berdiri sekarang.

"Si," panggil Digo cukup keras untuk membuat Sisi terlonjak kaget.

"Digo?" Sisi membelalakkan mata bagusnya.

Ada kerinduan yang menguasainya, tapi Sisi berusaha untuk tetap terlihat biasa.

"Hei, kok lo disini?" tanya Sisi tersenyum.

"Kamu kemana aja sih? Dihubungin selalu gak bisa. Ke Malaysia juga gak bilang," gerutu Digo yang ingin sekali menarik Sisi dalam pelukannya.

"Sorry, gue sibuk. Banyak kerjaan akhir-akhir ini," jawab Sisi beralasan.

"Ikut aku sekarang," Digo menarik lengan Sisi masuk ke mobilnya tanpa mempedulikan protes Sisi.

Digo memerintahkan driver-nya melajukan mobilnya ke rumah.

"Pak Toto bawa aja mobilnya ke kantor, setelah itu Pak Toto boleh pulang," Digo memberikan instruksi pada driver-nya yang mengangguk-angguk mendengarkan, kemudian beranjak pergi dari hadapan Boss nya.

Sisi yang berdiri di belakang Digo beranjak mengikuti Pak Toto yang langsung ditarik oleh Digo.

"Kamu mau kemana hmmm...?"

"Pulang," jawab Sisi pura-pura tidak tau maksud Digo.

"Heh... Baru juga dateng udah main pergi aja," gerutu Digo melotot lucu.

"Ngapain juga gue disini?" cetus Sisi memalingkan muka.

Digo menarik lengan Sisi masuk ke rumahnya dan mendudukkannya di sofa.

"Sisi, aku mau minta penjelasan kamu. Kemana aja dua minggu terakhir ini? Kamu sama sekali gak bisa dihubungi," tanya Digo yang duduk disebelah Sisi dan mencondongkan tubuhnya melihat wajah Sisi.

"Gue udah bilang kan tadi, gue lagi sibuk, banyak kerjaan," sahut Sisi ketus.

Digo menggelengkan kepala tidak percaya.

"Bohong!" sentak Digo. Matanya menatap Sisi tajam.

"Kalo gak percaya ya udah, itu hak lo," Sisi mengangkat bahu berusaha cuek.

"Si, lihat mata aku, bilang yang sebenernya," Digo merendahkan suaranya tapi penuh penekanan.

Sisi menghela nafas panjang dan membuangnya keras.

"Okay, gue mau terus terang sama lo. Gue capek.... Gue capek sama sandiwara kita yang gak ada ujung pangkalnya. Mau sampe kapan kita sandiwara seperti ini? Mau sampe kapan kita bodohi orang-orang? Gue mau berhenti. Gue gak bisa ngelanjutin lagi. Kalo lo mau terusin sandiwara ini, sebaiknya lo cari cewek lain," Sisi mengambil nafas sejenak sebelum melanjutkan, "Gue nyesel udah nyetujuin permintaan lo. Maaf, gue udah gak bisa bantu lo," Sisi menutup wajahnya.

Digo memegang kedua tangan Sisi dan menariknya lepas dari wajahnya.

"Si, aku..." Digo menelan ludahnya susah payah. Ia pun ingin jujur pada Sisi tentang perasaannya, tapi ia takut Sisi menjauh.

Sisi bangkit berdiri sebelum Digo menyelesaikan kalimatnya. Menepis genggaman tangan Digo dan berlari keluar, menghentikan taxi yang kebetulan melintas dan pergi dari situ.

Digo berdiri mematung. Perasaannya kacau. Ia benar-benar tidak ingin kehilangan Sisi. Ia ingin Sisi tau perasaannya. Ia tau, ia harus menemui Sisi lagi. Ia harus berani mengungkapkan perasaannya pada Sisi.

..........

Sisi mencoret-coretkan pensilnya ke atas kertas putih. Mr Chan yang lewat di depannya menghentikan langkah mengamati coretan yang dibuat Sisi.

"Hmmm.... Good... Coretan kamu sudah makin bagus Miss Sisi...." puji Mr Chan tersenyum mengacungkan jempolnya.

"Thank you Mr Chan," Sisi tersenyum.

"Mmm... Miss Sisi, kalau kamu mau, saya bisa merekomendasikan karya kamu ke klien," tawar Mr Chan.

"Saya belum berani Mister," Sisi tersenyum kecut.

"Miss Sisi, kalau kamu tidak berani, kapan kamu akan maju? Saya memang atasan kamu, tapi saya ingin staff saya mendapatkan kesempatan kalau memang ia punya potensi. Dan saya amati kamu punya. Jadi tunggu apa lagi?" nasehat Mr Chan dengan nadanya yang melengking seperti orang marah.

Sisi tersenyum. Gak percuma ia bertahan selama ini bekerja pada seorang yang super bawel dan perfeksionis. Dan ternyata Mr Chan itu benar-benar orang baik meskipun tampak dari luar dia begitu otoriter dan seperti diktator. Dan Sisi bangga bekerja padanya.

.......

Sisi melangkah keluar dari lift. Tak sengaja ia melihat sosok tubuh yang sangat dikenalnya. Ya, itu Digo! Digo yang sedang bersandar di badan mobilnya, sedang menunggunya.

Sisi merunduk, berusaha agar tak terlihat oleh Digo. Sisi mengendap-endap setengah berlari menuju keluar butik, bergegas mencari taxi pulang.

Digo yang menunggu Sisi belum juga pulang terlihat mondar-mandir di basement.

Pak Juna, security yang mengenal Digo segera menyapanya.

"Pak Digo, jemput Neng Sisi ya?"

Digo tersenyum mengangguk.

"Lha Neng Sisi nya kan udah pulang barusan naik taxi?" beritahu security itu membuat Digo terlonjak. Setelah mengucapkan terimakasih, Digo segera masuk ke mobilnya dan tancap gas berusaha mengejar Sisi.

(Bersambung)

Pusing....pusing deh....

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang