Digo merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu, saat dia menggendong dan mendudukkan Sisi ke dalam mobilnya di depan rumah sakit.
Jantungnya berdetak kencang. Bagaimana cemasnya ia melihat Sisi kesakitan? Bagaimana khawatirnya ia menunggui Sisi yang sedang diperiksa oleh dokter? Betapa dekatnya ia dengan Sisi tadi? Semua kejadian flashback melintasi ingatannya bertubi-tubi.
Ada apa ini? Apa yang terjadi dengannya? Dengan hatinya?
Seumur hidupnya belum pernah merasakan perasaan yang seperti ia alami sekarang.
Bahkan sekarang pun rasanya ia ingin kembali ke rumah Sisi hanya untuk memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.
Dokter mengatakan Sisi baik-baik saja, hanya gejala maag karena makannya tidak teratur. Tapi kenapa ia begitu cemas? Toh ia dan Sisi hanya berteman. Bahkan perkenalan mereka pun belum lama. Tapi kenapa ia sangat perhatian terhadap Sisi?
Digo mengacak-acak rambutnya. Pusing memikirkan semuanya.
.........
Sisi baru saja menapakkan kaki keluar dari lift ketika ia mendengar lengkingan suara.
"Miss Vivien, seharusnya kamu mengantarkan baju-baju itu kemarin siang! Kenapa sore baru sampai ke tangan Madam Terry?"
Sisi melangkah masuk ke ruang Mr. Chan. Dilihatnya Mr. Chan berkacak pinggang di depan Vivien yang tertunduk memainkan kuku jari tangannya.
"Aaah.... Miss Sisi sudah datang.... Saya mau kamu pergi ke alamat ini,dan temui direktur utamanya untuk membicarakan kelanjutan kerjasama kita," Mr. Chan memberikan secarik kertas ke Sisi.
Sisi menerimanya dan segera berlalu sebelum ia ikutan kena semprot Mr. Chan yang hobby latihan vokal dengan suara tingginya itu.
Sisi mencari driver di basement. Kosong! Huuft... Alamat kena semprot juga nih...
Tiba-tiba hp-nya berbunyi. Mr. Chan!
"Ya hallo, Mr. Chan. Ini saya di basement. Driver nya gak ada semua," kata Sisi.
"......."
"Iya mister, baik..."
"........"
"Baik mister," Sisi mematikan hp nya. Si Boss enak aja main perintah, apa katanya tadi? Pokoknya saya gak nau tau, kamu sudah harus berangkat sekarang! Nah lo...
Sisi segera mempercepat langkahnya keluar gedung. Begitu dilihatnya sebuah taxi melintas, segera di stopnya dan Sisi pun segera naik.
.....
Sisi membaca sekali lagi. Memastikan bahwa ia tidak salah alamat. Ini bukan sebuah gedung perkantoran, tapi sebuah hotel bintang lima! Ngapain Mr. Chan memerintahkannya kemari? Dengan ragu-ragu Sisi melangkah masuk, menuju ke bagian resepsionis di lobby hotel.
"Selamat pagi Mbak, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis cantik itu menyapa Sisi dengan senyumnya.
"Mmm... Ini Mbak, saya mau ketemu dengan Dirut di sini bisa?"
"Sudah ada janji?"
"Mmm... Saya kurang tau, tapi saya diperintahkan Mr. Chan dari Chan's Butique untuk kemari menemui Dirut di sini," jelas Sisi.
"Okey, sebentar saya tanyakan sekretaris beliau dulu," resepsionis cantik itu dengan sigap segera menghubungi seseorang melalui telepon.
Beberapa saat kemudian resepsionis itu menutup telepon nya dan tersenyum pada Sisi.
"Mbak, mari saya antar. Bapak Dirut sudah menunggu di ruangannya," resepsionis itu mempersilakan Sisi mengikutinya.
Sisi mengangguk dan mengikuti menuju ke lantai 12.
Setelah mengantarkan Sisi ke depan ruangan Dirut dan mengenalkannya pada sekretaris sang Dirut, resepsionis itu meninggalkan Sisi yang masih mematung.
"Silakan Mbak, Pak Dirut sudah menunggu," sekretaris itu membuka pintu sebuah ruangan dan mempersilakan Sisi masuk, dan meninggalkan Sisi di situ.
Sisi melangkah masuk. Di depannya Direktur utama hotel berbintang itu masih menunduk sibuk menandatangani berkas di hadapannya.
"Selamat pagi, Pak," sapa Sisi pelan.
Direktur itu mendongak melihat Sisi dan terbelalak.
"Sisi?" serunya kaget.
"Digo?" Sisi terlonjak melihat bahwa Digo lah Direktur Utama hotel megah itu.
"Ternyata asisten Mr. Chan itu lo?" tanya Digo tertawa.
"Dan ternyata Direktur Utama Starlight Hotel itu lo? Eh... Pak Digo?" kata Sisi tak percaya.
"Udah ah... Biasa aja kali. Ngapain lo panggil gue Pak?" Digo tertawa merasa surprise melihat Sisi yang beberapa malam ini memenuhi pikirannya sekarang berdiri dihadapannya.
Digo berdiri menghampiri Sisi dan menuntunnya duduk di sofa, dan ia sendiri menyusul duduk di sampingnya.
"Gimana maag lo? Masih sakit?" tanya Digo. Matanya menatap Sisi penuh perhatian.
"Udah sembuh kok! Lo nya aja yang lebay... Pake dibawa ke rumah sakit segala," cibir Sisi.
"Ya lo nya kesakitan gitu, gimana gue gak panik coba?" Digo tertawa.
Sisi tersenyum menanggapi.
"Okay... Sekarang gue kan dapet misi dari Mr. Chan untuk membicarakan kelanjutan kerjasama antara Starlight Hotel dengan Chan's Boutique," kata Sisi mengawali pembicaraan bisnis yang diwakilinya.
Digo hanya tersenyum menatap Sisi yang berbicara panjang lebar mewakili Mr. Chan untuk kerjasama bisnis mereka.
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfikceKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...