Digo menggandeng Sisi menuju lobby bandara. Pak Kosim sudah siap dengan mobilnya. Dengan sigap Pak Kosim memasukkan koper-koper majikannya ke bagasi dan mengantarkan mereka ke rumah si Boss.
Sesampai di rumah, Sisi duduk di sofa, sementara Digo memasukkan kopernya ke kamar, lalu keluar lagi dan duduk di sebelah Sisi.
"Si, berarti sudah gak ada lagi yang perlu dikhawatirkan lagi kan?" tanya Digo tersenyum melihat Sisi. Tangannya dilingkarkan ke bahu Sisi.
Sisi tersenyum manis.
"Selama aku bisa bikin kamu lebih baik, dan kamu fokus dengan kerjaan kamu," kata Sisi menegaskan.
Digo tersenyum, mengusap batang hidung Sisi dengan punggung telunjuknya dan menatap Sisi penuh arti.
"Kamu mau ngapain?" tanya Sisi bisa menebak apa mau Digo.
"Boleh?" tanya Digo jahil.
Siai menunduk tersipu.
Digo melingkarkan lengannya ke pinggang Sisi dan menariknya mendekat, lalu diangkatnya dagu Sisi dan Digo mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Sisi.
Tiba-tiba jari telunjuk Sisi menghalangi niatnya.
Digo mengernyit melihat Sisi tersenyum menjauhkan wajahnya.
"Kenapa?" tanya Digo melihat Sisi melepaskan diri dari pelukannya.
"Udah siang. Laper!!" kata Sisi yang bangkit berdiri menjauhi Digo.
"Tapi kenapa kamu jauh-jauh gitu?" tanya Digo curiga.
"Takut diterkam harimau!" sahut Sisi asal sambil terkekeh geli.
"Sisiiiii...... Sumpah ya, kamu itu bikin gemes tau gak?" Digo cemberut.
"Kamu mau anter aku pulang gak?" tanya Sisi berjalan ke pintu.
"Ogah!" kata Digo ketus. Bibirnya manyun.
"Ya udah, aku pulang sendiri bisa kok," ujar Sisi santai, lalu menarik tas trolley nya ke pintu.
Digo berdiri menyambar kunci mobilnya dan mendekat ke Sisi yang sudah berdiri siap membuka pintu.
"Iya...iya... Aku anterin... Tapi... " Digo membungkuk cepat dan...
CUP!!
Sisi terbelalak memegang bibirnya yang baru saja di kecup Digo.
"Digooooo....." teriak Sisi kesal.
Digo terkekeh senang lalu mengangkat trolley Sisi ke bagasi mobil, lalu diantarkannya Sisi pulang sesudah mereka makan siang di cafe Nayla.
.......
Nayla menatap serius ke arah Sisi. Tangannya ditopangkan ke dagunya. Sisi sedang mencoba baju kembali baju bridesmaid-nya plus heels setinggi 12 cm.
"Si, lo gak takut jatuh pake heels itu? Tinggi banget loh...setahu gue nanti lo di sana bakalan sibuk loh," Nayla mengingatkan.
"Maka dari itu Nay, tapi mau gimana? Emang harus pake sepatu ini," sahut Sisi mengangkat bahu.
"Lo sudah tau siapa bestman nya?"
Sisi menggeleng.
"Terus Cilla sekarang dimana?"
"Katanya sih nanti sore sekalian jemput gue, langsung ke hotel. Besok make up nya di hotel," Sisi melepas heels dan gaunnya, mulai mempersiapkan apa yang akan dibawanya ke hotel sore nanti.
"Seneng ya Si, ngeliat Ferro akhirnya nikah juga. Inget gak waktu kuliah dulu dia sering dikejar-kejar cewek... Malah banyak cewek yang iri sama lo karena bisa dekat sama Ferro. Kalo diingat-ingat, aneh juga sih lo bisa gak naksir sama Ferro?!" Nayla memutar kembali cerita jaman kuliah dulu. Kedekatan Sisi dengan Ferro sang ketua senat membuat cewek-cewek di kampus gerah. Bagaimana bisa seorang mahasiswi baru begitu dekat dan akrab dengan ketua senat yang terkenal cakep, pintar, tajir, tapi super cuek terhadap cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...