"Udah deh, Nay. Ntar wedding dress nya gue yang design deh... Mau ya... Gue bakal bikinin yang specta buat lo. Pokoknya lo gak bakalan kecewa deh," rayu Sisi ke Nayla yang tidak ingin merepotkan Sisi.
"Ya udah deh... Tapi ntar lo tunjukin dulu design nya sebelum di buat ya," kata Nayla akhirnya.
"Makasih ya Nay.... Gue jamin lo suka sama design gue," kata Sisi girang.
"By the way, acara besok gimana? Lo dateng sama Digo atau bareng gue sama Tristan?"
"Belum tau Nay. Digo juga gak bilang apa-apa tuh?"
"Kenapa lo gak nanya sih?"
"Apa Digo gak diundang ya Nay? Tapi gak mungkin sih, secara Digo itu kan sahabatnya, masa iya gak diundang?"
"Makanya lo tanya gih sana."
Sisi ragu-ragu. Ia ingat pertengkaran semalam. Meskipun pada akhirnya mereka berdua baikan lagi, tapi tetap menyisakan kekesalan yang belum hilang. Meskipun Digo menyuruhnya untuk melupakan pertengkaran yang sebenarnya tidak perlu itu, tetapi bagaimana cara melupakan kejadian yang sudah mereka jalani?
Belum sempat Sisi mengeluarkan ponselnya, tiba-tiba ponselnya sudah berdering lebih dulu. Digo menghubunginya.
"Hallo," sahut Sisi melirik pada Nayla yang senyum-senyum meleletkan lidahnya.
"Si, bisa keluar? Jalan yuk! Aku lagi bete nih."
"Kemana?"
"Kemana aja asal sama kamu."
"Huuuuffft... Gombalnya mulai deh."
"Hehehe... Aku jemput sekarang ya."
"Digo...hallo...Digo... Iiih... Main di matiin aja... Emang selalu bikin kesel nih orang!" gerutu Sisi yang disambung tawa Nayla.
"Hahaha.... Kesel apa kesel? Paling juga digombalin dikit udah klepek-klepek!" cibir Nayla mengerlingkan matanya.
"Apaan sih lo, Nay. Nggak ya. Enak aja!" Sisi mengerucutkan bibirnya dan berjalan masuk ke kamarnya.
"Hei... Si... Lo mau kemana?" teriak Nayla melihat sepupunya ngeloyor ke kamar.
"Siap-siap lah... Bentar lagi Digo dateng, mau ngajakin jalan. Emang lo gak jalan sama Tristan?" sahut Sisi melongok dari balik pintu kamarnya.
"Nggak. Tristan lagi nganter Mamanya check up ke lab."
Sisi mengangguk lalu menghilang masuk ke kamarnya.
.......
Digo membawa Sisi ke luar kota. Ke Villa tempat ia menyatakan perasaannya pada Sisi. Villa tempat ia mencium Sisi pertama kalinya.
Digo menghempaskan tubuhnya ke sofa berwarna krem itu dengan santai. Udara sejuk semilir menerpanya melalui jendela villa yang terbuka. Sementara Sisi duduk di sofa tunggal yang membelakangi jendela.
"Kok jauh-jauh gitu sih duduknya?" gerutu Digo melihat Sisi memainkan ponselnya.
Sisi melirik Digo sekilas. Lalu menunduk kembali fokus pada layar ponselnya.
Digo berdiri, merebut ponsel Sisi dan melihatnya.
"Hmm.... Ferro ya? Indonesia-Jepang sekali sms berapa? Tapi kalo aku bbm aja jarang dibales..." gerutu Digo cemberut.
"Iih...Digo balikin!" seru Sisi kesal.
"Enak aja... Aku dicuekin cuma gara-gara sms dari Ferro? Ckckck.... Tunangan aku ini lebih perhatiin orang lain daripada tunangannya sendiri ya?" sindir Digo melirik Sisi.
"Sms Ferro itu juga baru hari ini, Digo. Kamu kan hampir tiap jam bbm aku," kata Sisi merengut.
"Iya deh... Yang dianggep adik sama Ferro... Nih," Digo mengulurkan ponsel Sisi. Ia kembali duduk ke tempatnya semula.
Sisi menerima ponselnya, memasukkannya ke dalam tas nya dan berdiri, pindah ke dekat Digo duduk.
"Ih... Tunangan aku ngambekan deh," Sisi mencubit pipi Digo gemas.
"Kamu sih gara-gara nya," Digo mengerucutkan mulutnya. Matanya melirik Sisi.
"Iya maaf. Udah dong ngambeknya," Sisi menyandarkan kepalanya di bahu Digo dengan manja.
Digo melirik Sisi gemas, tapi ia menahan dirinya untuk tidak memeluk atau mencium Sisi.
"Honey... Ngambeknya jangan lama-lama dong.... Iya deh aku salah, gak akan aku ulangin deh... Senyum dong, Honey.... Jangan cemberut terus..." kata Sisi membujuk Digo dengan suara manjanya.
Digo sudah tidak tahan lagi. Ia tidak bisa terus-terusan pura-pura ngambek kalo Sisi bertingkah seperti ini.
Perlahan digo tersenyum lebar, meraih bahu Sisi dan merebahkan kepalanya ke dada bidang nya.
"Udah gak ngambek lagi nih?" tanya Sisi tertawa kecil mencubit hidung Digo gemas.
"Ya mana bisa aku ngambek lama-lama sama kamu?" senyum Digo mengacak rambut Sisi.
"Makasih ya, Honey. Kamu udah baik banget sama aku. Mmm... Honey, besok sore kan acara tunangannya Galang sama Thea, kamu dateng gak sih?" tanya Sisi menatap Digo.
"Kenapa?"
"Ya kalo kamu gak datang, aku berangkat sama Nayla, sama Tristan lah," kata Sisi melingkarkan lengannya ke pinggang Digo.
"Terus di acara itu banyak cowok-cowok yang ngeliatin kamu, deketin kamu, gitu? Gak bisa ya! Kamu harus dateng sama aku! Kamu gak boleh dateng tanpa aku!" seru Digo menggelengkan kepalanya.
"Kamu nih sebenernya cemburu apa egois sih? Kalo kamu yang deket-deket cewek lain, gak pa pa.... Tapi kalo aku cuma ngobrol aja ama cowok lain, kamunya marah-marah," cibir Sisi melirik Digo.
"Siapa juga yang deket-deket cewek lain? Denger ya Sisi sayang, gak ada cewek lain di hidup aku kecuali kamu dan Mama. Yang lainnya aku gak peduli!"
"Masa?"
"Iya!"
"Bener?
"Masih gak percaya juga?"
"Kalo sampe kamu deket-deket cewek lain, aku ngambek ya?"
"Kamu juga jangan deket-deket cowok lain!"
"Iih... Aku gak pernah deket-deket cowok selain kamu! Kalo mereka yang deketin aku ya bukan salah aku dong," ujar Sisi tersenyum. Kejahilannya muncul.
"Nah... Nah... Itu tuh... Kamunya gak deketin, tapi cowoknya deket, kamunya diem aja. Gak berusaha menghindar," sungut Digo.
"Hahaha.... Dasar tukang ngambek!" Sisi mencubit hidung Digo keras-keras hingga mengaduh kesakitan.
Digo membalas cubitan Sisi hingga Sisi berteriak kesakitan.
Digi tersenyum senang. Hubungannya dengan Sisi kembali normal. Ke-betean-nya hilang sudah. Selalu begitu dari dulu.
(Bersambung)
Mau dibikin konflik apa dibikin tamat ya?
Thank's buat kalian yang udah vote cerita aku.... Happy reading yaaa....
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...