Part 56

8.9K 376 3
                                        

Digo menghentikan mobilnya di depan rumah. Mematikan mesinnya dan menahan Sisi yang hendak turun. Ia terlalu bahagia malam ini. Masih merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi padanya malam ini.

Digo menoleh, mendapati Sisi disampingnya menunduk dengan sebelah tangannya masih dalam genggamannya, sementara sebelah tangannya lagi mempermainkan tas tangan kecil di atas pangkuannya.

Digo menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Ini sebuah kemajuan pada hubungannya dengan Sisi.

Digo menunduk menatap cincin yang terbuat dari emas putih dengan taburan delapan berlian kecil berjajar di atasnya melingkar dengan indah di jemari lentik yang digenggamnya. Seolah tak ingin melepaskan, ia mengeratkan tautan jemarinya. Perasaannya masih melayang-layang. Senyumnya tak pernah lepas dari wajahnya... Kecuali saat Sisi dipeluk Ferro dan dekat dengan Stefan, oh ya.... Satu lagi... Saat Sisi berbicara akrab dengan Galang! Hmmm.... Ia masih saja posesif. Tapi bukannya cemburu itu tanda cinta ya?

Beberapa lama suasana dibiarkan hening. Sisi perlahan mengangkat kepalanya dan menoleh memandang Digo yang saat itu juga sedang mengamatinya dengan seksama.

"Kamu cantik banget malam ini, Si," kata Digo lirih. Matanya lekat menatap lurus menembus mata Sisi, langsung menghunjam jantungnya.

"Kamu juga ganteng banget malam ini," sahut Sisi tersenyum manis.

"Rasanya belum puas deh liat kamu." kata Digo lagi sambil menepikan helaian anak rambut yang menjuntai di wajah Sisi dan menyelipkannya dibelakang telinga gadis itu.

"Besok kan masih ada waktu," ujar Sisi tertawa pelan.

"Kenapa kamu gak pindah ke rumah aku aja, sih?" cetus Digo tersenyum menggigit bibir bawahnya dengan tatapan yang membuat para cewek meleleh dibuatnya.

"Ih... Kenapa juga kamu punya ide kaya gitu?" balas Sisi mengerlingkan matanya, membuat Digo ingin melarikan gadisnya ke kutub utara atau kemanapun asal ia bisa berdua dengan Sisi, sehingga ia dapat menikmati senyum dan kerlingan itu sendiri. Hanya untuknya sendiri!

"Kenapa dengan ideku? Bagus kan?"

"Bagus dari mana?"

"Ya bagus. Supaya aku bisa melihatmu setiap saat. Setiap aku menginginkannya," ibu jari Digo mengusap jemari yang masih dalam genggamannya.

"Ih... Maunya..." cibir Sisi.

"Ya jelas mau aku lah... Lagian kita kan udah tunangan, wajar kan kalo aku mulai berfikir lebih jauh lagi?" kerling Digo penuh arti.

"Maksud kamu berfikir lebih jauh lagi?" Sisi mengernyit berusaha mencerna kata-kata Digo.

"Ya namanya orang udah tunangan, ujung-ujungnya kan pasti ke pernikahan, Sisi Sayang," Digo mencubit gemas hidung Sisi.

"Tapi... Kaya-nya kecepetan deh kalo mikirnya sekarang," ujar Sisi menurunkan volume suaranya.

"Sisi, orang itu kalau habis tunangan ya pasti arahnya ke pernikahan dong. Gak buru-buru juga sih, pelan tapi pasti muaranya ke pernikahan juga," kata Digo tersenyum melihat Sisi tersipu.

"Tapi.... Aku mau Nayla duluan yang nikah..." gumam Sisi hampir berbisik.

Digo meraih kepala Sisi dan membawanya bersandar di dadanya.

"Aku harap Nayla akan segera menikah, karena aku gak sabar untuk bawa kamu ke rumahku. Agar aku bisa selalu jagain kamu, selalu bisa liat kamu dan akan selalu ada buat kamu," kata Digo mengusap rambut Sisi lembut.

"Kenapa kamu harus jagain aku? Aku kan bisa jaga diri. Aku bukan cewek yang lemah, yang harus selalu dijagain,"gerutu Sisi menjauhkan kepalanya dari dada bidang yang selalu membuatnya nyaman saat bersandar disana.

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang