Mama dan Papa Digo menatap lurus pada putra mereka satu-satunya.
Melihat kegelisahan Digo, mereka saling pandang.
"Siapa nama gadis itu? Pacar kamu?" tanya Papa nya dengan suara berat.
"Sisi, Pa," sahut Digo pelan melirik sekilas pada orang tuanya, lalu menunduk lagi.
"Sisi? Hmm.... Kamu sudah yakin dengan pilihan kamu?" tanya Papa nya lagi.
Digo mengangguk mantap.
"Mama pengen ketemu gadis itu, Digo. Mama pengen tau seperti apa cewek yang bisa bikin kamu sampe seperti ini," kata Mama nya menatap Digo.
"Dia gak bisa seenaknya bolos buat nemuin Mama sama Papa seperti anak-anak orang kaya yang taunya cuma minta duit orang tuanya. Dia kerja, Ma. Kalo Mama pengen tau, aku ada kok fotonya," kata Digo membuka ponselnya menunjukkan hasil foto candid nya.
Orang tuanya menerima ponsel Digo dan melihat foto Sisi di situ.
"Tapi kami tetap ingin ketemu dia, Digo," kata Mama nya tetap pada pendiriannya.
"Ya sudah begini saja, nanti waktu Mama Papa ke Singapore atau Malaysia, kamu bisa ajak pacar kamu ketemu sama kami kan? Gimana? Masa gak bisa?" Papa Digo menengahi.
"Baik, Pa. Digo usahain. Tapi kenapa Mama Papa gak ke Indonesia aja?" tanya Digo masih menawar.
"Digo, dimana-mana yang muda yang datang ke orang tua. Meskipun ini jaman modern, tapi adat itu seharusnya tidak di ubah. Itu yang di sebut menghormati orang tua," omel Mama nya menatap dalam pada anak semata wayangnya.
"Iya Ma, maksud Digo kan sekalian Mama Papa nengokin Digo di Indonesia. Sudah berapa tahun Mama Papa gak pernah ke Indonesia. Selalu Digo yang kesini nemuin Mama Papa," Digo membela diri.
"Sudah...sudah... Kok malah ribut sih? Ayo dimakan, Digo! Kasihan tuh dagingnya cuma dipotong-potong tapi gak di makan," lerai Papa Digo.
"Jadi? Gimana Ma,Pa?" tanya Digo memastikan.
"Ya kita lihat nanti, Digo. Kami belum tau seperti apa pacar pilihan kamu itu," sahut Papa Digo melirik istrinya yang mengangguk setuju disebelahnya.
"Kapan Papa Mama ke Singapore?" tanya Digo setengah mendesak.
"Belum tau. Nanti kami kabari. Kamu siap-siap aja," sahut Mama nya membuat Digo makin tidak tenang.
Makan malam itu berlalu dengan surutnya selera makan Digo karena ketidak pastian yang diberikan orang tuanya atas hubungannya dengan Sisi. Meskipun tidak dipungkiri ada sedikit kelegaan karena Mama Papa nya juga tidak menolak Sisi.
.......
Pagi menjelang siang itu Sisi membantu Nayla mengawasi para staff Nayla yang sedang menyiapkan catering di acara pembukaan showroom baru milik Galang yang berada di dekat cafe Nayla.
Rencananya satu menu baru yang bakal ada di menu Nay's Cafe akan disajikan dalam pembukaan cabang baru dari Harun's company.
Sisi sudah membuat test food dan Galang menyukainya.
Sisi mondar-mandir memastikan semuanya siap dan berjalan baik.
Para tamu sudah mulai berdatangan. Sisi memeriksa kembali kesiapan masakannya. Semua sudah disajikan di sebuah meja panjang.
Galang berjalan mendekati Sisi.
"Si, gimana cateringnya sudah siap kan? Acara sudah hampir mulai," tanya Galang.
"Sudah kok. Tenang aja, urusan catering, serahin ke gue. Lo fokus aja sama acara lo," jawab Sisi menepuk bahu Galang menenangkan.
"Gue percaya sama lo.... Oke... Gue kesana dulu, Si. Tamu-tamu udah banyak yang datang," kata Galang meninggalkan Sisi yang kembali mengawasi para staff Nayla yang mondar mandir menyempurnakan hidangan yang sudah siap tersaji.
Sisi berjalan menghampiri Nayla yang berdiri di pinggir ruangan.
"Semua sudah siap kok Nay. Kita tinggal nambahin aja kalo ada yang habis," lapor Sisi.
"Bagus deh. Gue nervous, Si. Soalnya baru kali ini ada yang nyewa jasa kita buat acara sebesar ini. Mana yang dateng orang penting semua lagi," kata Nayla menghembuskan nafas kuat kuat.
"Sisi?" tiba-tiba Thea mendekati tempat Sisi dan Nayla.
"Eh, Thea. Kenalin Nay, ini Thea pacar Galang. Thea, ini Nayla sepupu gue," Sisi mengenalkan keduanya.
"Kok lo ngenalin gue sebagai pacar Galang sih? Kenapa bukan sepupu Digo?" goda Thea melirik Sisi.
"Oooh... Lo sepupu Digo?" tanya Nayla yang mengerti kode yang diberikan Thea.
"Apaan sih kalian? Udah deh gak usah sekongkol. Gue tau lo berdua kode-kode an," gerutu Sisi manyun.
Thea dan Nayla tertawa geli bersamaan.
"Digo belum pulang ya Si? Kok sampai kemaren belum masuk kerja? Gue hubungi hp nya juga gak bisa," tanya Thea menatap Sisi.
"Gue gak tau. Udah hampir dua minggu dia gak ngabarin gue. Sibuk kali," jawab Sisi mengangkat bahu mencoba cuek.
"Lo gak coba telepon Digo?" tanya Thea menyelidik.
"Dia pergi aja mendadak, cuma bbm doang. Kaya nya sibuk banget. Ntar kalo gue telpon, malah ganggu dia," sahut Sisi memberikan alasannya.
"Eh, itu kan David sama Ilana? Kita samperin yuk, Si?" ajak Thea menarik lengan Sisi, tapi Sisi menahannya.
"Lo aja Thea. Gue gak ikut, gue kan lagi kerja," kata Sisi menolak dengan halus.
"Sebentar doang Si, masa lo gak mau sih?" kata Thea pelan.
"Ya udah, tapi bentar aja ya. Mmm.... Nay, gue tinggal bentar ya," kata Sisi lalu mengikuti Thea menyapa David dan Ilana.
Sebentar kemudian Sisi sudah kembali berdiri disamping Thea.
"Lo kok cepet, Si? Gak pa pa kali lo nyapa mereka dulu. Tapi... Siapa sih mereka?" tanya Nayla keponya kambuh.
"Ooo.... Mereka sahabat-sahabatnya Digo," jawab Sisi.
"Si, kok pas ditanya soal Digo tadi sama Thea, jawaban lo gitu amat? Emang lo gak kangen ya sama Digo? Hampir dua minggu lho, Si?" tanya Nayla yang merasakan ada yang aneh pada Sisi.
"Gue gak mau terlalu berharap, Nay. Gue berusaha melihat realita aja kok," kata Sisi membuat Nayla mengerutkan dahinya bingung.
"Maksud lo apa sih? Gue gak ngerti deh," tanya Nayla benar-benar tidak mengerti maksud Sisi
"Nanti deh gue ceritain Nay, dirumah tapinya." ujar Sisi menambah rasa penasaran Nayla.
Nayla melirik pada Sisi yang belakangan ini jadi agak aneh. Jadi sering melamun. Bahkan sekarang pun Sisi sedang melakukannya.
Nayla mengalihkan pandangan ke acara pembukaan. Gunting pita sudah selesai dilakukan. Sekarang acara sambutan dan ramah tamah dari tuan rumah, disusul dengan acara makan bersama secara prasmanan sambil mendengar alunan lagu dari band yang disewa Galang untuk acara peresmian kantor cabangnya.
..........
(Bersambung)
Sebenernya Sisi kenapa yaaa....??

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...