Part 63

8K 363 4
                                        

Siang ini sangat terik. Sisi berjalan cepat menuju cafe di seberang butik dan masuk dengan mengedarkan matanya menyapu seluruh sudut cafe.

Di meja pojok tampak seseorang tersenyum lebar melambai pada Sisi. Dan Sisi pun menghampiri orang tersebut.

"Hai... Sudah lama?" tanya Sisi. Nafasnya ngos-ngosan.

"Lumayan... Udah habis segelas milkshake nih. Ini gelas kedua."

"Sorry, nyelesaiin kerjaan dulu. Hmmm... Ada apa nih? Gimana kabar istri lo? Trus Tante Lita gimana? Baik-baik aja kan?" tanya Sisi membuat Ferro tertawa mengacak rambut Sisi gemas.

"Kebiasaan! Kalo nanya satu-satu, Non."

"Hehehe... Ya habisnya gue ngerasa surprise banget lo nemuin gue sekarang. Padahal lo kan belum lama balik ke Tokyo?"

"Gue di suruh Mama nyampein misi sama lo," kata Ferro menyeruput milkshake keduanya.

"Tante Lita? Ada apa sih?" Sisi menumpukan sikunya ke meja, memusatkan perhatiannya pada kata-kata Ferro.

"Mmm.... Gimana mulainya ya?" Ferro mengusap tengkuknya kebingungan.

"Udah cerita aja. Darimana aja boleh,"ujar Sisi tidak sabar.

"Lo diminta bantuin Mama buka butik di sini, Si. Mama bilang, daripada rumah kosong, mending di pake buat usaha. Trus Mama inget sama lo. Mama bilang lo kan bisa bantuin buat ngelola butiknya. Kalo lo setuju, Mama pasti seneng banget."

Sisi mengerjap sekali. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Lo gak sungguh-sungguh kan?"

"Emang tampang gue keliatan main-main ya, Si?" sahut Ferro menatap Sisi tajam.

"Jadi? Beneran? Tapi apa gue bisa? Apa Tante Lita gak salah pilih orang? Ini butuh modal gede loh, Fer. Gue takut ngecewain Tante Lita," kata Sisi pelan.

"Si, Mama itu maunya kamu yang pegang butiknya. Lagipula, kata Mama, butik ini buat alasan Mama bisa sering-sering ke Indonesia."

Sisi menatap Ferro bingung. Ia butuh teman untuk mempertimbangkan semuanya.

"Mmm... Fer, kasih gue waktu buat mikirin ini, ya."

"Oke deh... Tapi jangan kelamaan! Gue kan gak bisa lama-lama ninggalin Cilla," kata Ferro nyengir. Ia memang harus memberi waktu Sisi untuk berfikir. Dan semoga Sisi tidak akan menolak.

.........

Di cafe, Nayla, Tristan dan Digo sedang mendengarkan cerita Sisi mengenai rencana Mama Ferro untuk membuka butik dan berharap Sisi mau mengelolanya.

"Bagus dong, Si. Lo bisa wujudin keinginan kamu. Ya meskipun bukan butik lo sendiri, tapi gue rasa ini sudah mendekati keinginan lo kan?" Nayla memberikan dukungannya.

"Iya Si, gue tahu lo sudah lama kan menginginkan punya butik sendiri? Anggap aja ini merupakan satu langkah maju untuk ngeraih mimpi-mimpi lo selama ini," Tristan memberikan pendapatnya senada dengan Nayla.

Sisi manggut-manggut, lalu melirik Digo yang cuma diam. Dahinya berkerut sedang berpikir.

"Honey, kalo nurut kamu gimana?"

"Kenapa kamu gak buka butik milik kamu sendiri aja? Kalo soal modal, gampang kok," sahut Digo merasa tidak rela Sisi dekat-dekat dengan Ferro meskipun ia tau Ferro sudah menikah, dan hanya menganggap Sisi sebagai adiknya saja. Tapi perasaan berat itu menggayutinya.

Nayla dan Tristan menahan nafas. Mereka tau Sisi pasti menolak usulan Digo. Mereka sudah pernah mengajukan usulan yang sama sebelum Ferro menyampaikan hal ini pada Sisi. Tapi Sisi dengan tegas menolak. Sisi mau meraih impiannya sendiri selama ia mampu.

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang