"Rumah lo di mana?" tanya Digo, matanya fokus ke jalan raya.
Sisi menyebutkan alamatnya.
"Lo kerja sama Mr. Chan?" tanya Digo menoleh ke Sisi sekilas.
"Iya," angguk Sisi. Diam lagi.
"Udah lama?"
"Lumayan."
"Rancangan dia bagus sih! Tapi yang gue denger, dia galak ya?" tanya Digo lagi.
"Hmmm.... Tapi sebenernya dia baik kok. Malah gue diajarin gimana bikin sketsa desain yang bagus," bela Sisi.
"Emang lo suka nge-desain baju?"
"Suka banget! Gue pengen bisa nge-desain sendiri. Punya butik sendiri. Ini gue lagi ngumpulin duit buat usaha sendiri. Yaa... Walaupun kecil-kecilan. Masa sih seumur hidup gue harus ikut orang mulu! Ups..." cerocos Sisi yang beberapa saat kemudian menutup mulutnya dengan telapak kanannya.
"Kenapa?" tanya Digo yang melihat Sisi menutup mulutnya.
"Gak... Kenapa gue ngomongin keinginan dan hidup gue ke lo ya?"
Digo tersenyum geli. Digo suka melihat cara Sisi memandang kehidupan. Cewek satu ni unik banget!
"Ya gak pa pa kan?" sahut Digo yang gak rela suasana hening lagi.
"Tapi gue kan baru kenal sama lo. Gue kan gak tau lo itu siapa?" balas Sisi.
"Emang kalo mau jadi temen lo, deket sama lo, harus bikin surat lamaran dilampiri riwayat hidup sama surat kelakuan baik dari kepolisian gitu?" ledek Digo.
"Ih... Emang mau ngelamar kerja pake riwayat hidup sama surat kelakuan baik?" Sisi tertawa kecil.
"Ya habis lo jawabnya gitu sih! Emang lo termasuk orang yang sulit berteman ya? Atau.... Termasuk golongan orang yang gak percayaan sama orang lain?"
"Bukan gitu! Cuma.... Hehehe... Cara kenalan kita gak biasa aja..." Sisi tersipu mengingat gimana dia kenal Digo.
"Hahaha... Lo tau gak kalo lo itu lucu?"
"Emang gue badut apa?" Sisi manyun.
Suasana kaku itu mencair sudah. Gelak tawa memenuhi mobil Digo.
Gak terasa mereka sampai di depan rumah Sisi.
"Udah nyampe. Makasih ya udah nganterin gue pulang... Bye," ujar Sisi tersenyum pada Digo.
"Sama-sama... Eh... Si.... Berarti mulai sekarang gue boleh jadi temen lo kan?" tanya Digo menahan Sisi.
Sisi tertawa mengangguk, lalu turun dari mobil Digo, melambaikan tangannya mengiringi melajunya mobil Digo di kegelapan malam
...........
Sisi mengepak baju-bajunya. Ia sudah mengantongi ijin Mr. Chan untuk cuti dua hari setelah menulikan telinganya dengan teriakan dan omelan Mr. Chan yang dengan terpaksa mengijinkannya cuti karena gak tega melihat wajah memelas Sisi.
"Naaaay....." teriak Sisi.
"Ngapain sih lo teriak-teriak? Kebiasaan banget deh!" omel Nayla masuk ke kamar Sisi.
"Nay, lo udah selesai packing belum!" tanya Sisi melihat wajah cemberut Nayla.
"Udah dari tadi keles! Lo aja yang ribet! Tuh, Tristan udah nungguin di depan dari satu jam yang lalu!" Nayla bersedekap melihat Sisi menjejalkan alat make up nya dalam tas yang sudah menggembung.
"Iya iya... Bawel... Huuuuh.... Bakalan jadi obat nyamuk nih gue..." gerutu Sisi melirik Nayla yang senyum-senyum mendengar gerutuan Sisi.
Sisi menyeret bawaannya menuju mobil Tristan dan memasukkannya ke bagasi.
Tak lama bertiga mereka meluncur keluar kota.
Sepanjang perjalanan Nayla dan Tristan asyik bercanda sementara Sisi yang duduk sendirian di jok belakang tampak cemberut karena bosan.
"Sisi, ngapain lo diem aja sih? Biasanya lo paling ribut kan?" tanya Nayla mengusik Sisi yang sedang bosan.
"Males jadi obat nyamuk! Bosen!" jawab Sisi manyun.
"Makanya cari pacar! Lo sih terlalu pemilih. Udah berapa cowok lo tolak?" ledek Nayla mencibir.
"Eh dengerin ya, gue bukannya sok pemilih atau apa, tapi emang gue belum sreg aja sama cowok-cowok itu!" jawab Sisi kalem.
"Ya itu sama aja pemilih Sisi..." bantah Nayla.
"Terserah lo! Udah ah, gue mo tidur. Selamat pacaran lo berdua!" Sisi menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata. Dipasangnya headset ke kupingnya.
Nayla cuma geleng-geleng kepala dan Tristan tertawa kecil.
.........
Udara pegunungan yang sejuk menerpa wajah Sisi yang masih tertidur.
"Si, bangun! Udah nyampe nih... Sisi... Bangun dong... Sisi... Ayo bangun..." Nayla menggoyang-goyangkan tubuh Sisi, sementara Tristan sibuk menurunkan tas-tas mereka ke villa mungil Tristan.
Sisi menguap dan meregangkan otot-ototnya lalu memicingkan matanya. Perlahan-lahan matanya membulat dan senyumnya terkembang.
"Udah sampai? Udah sampai Nay?" serunya kegirangan seperti anak kecil yang diberi lolipop.
"Ih... Udah dari tadi keles, lo nya aja yang molor susah dibanguninnya!" cibir Nayla.
Sisi tersenyum mengecup pipi Nayla, kemudian mereka berdua turun dari mobil.
"Nay, kamu sama Sisi tidur di kamar itu ya, aku di sini!" tunjuk Tristan ke sebuah kamar yang terletak di sebelah kamarnya di lantai dua.
Nayla dan Sisi masuk ke kamarnya.
"Lho tas gue kok udah ada di sini?" tsnya Sisi heran.
"Tristan yang nurunin dari mobil! Lo nya molor terus sih!" ledek Nayla.
Sisi melemparkan tubuhnya di kasur yang empuk sementara Nayla duduk di pinggirannya.
"Aaahh..... Akhirnya... Bisa liburan jugaaa..." gumam Sisi memejamkan matanya sambil senyum-senyum gak jelas.
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...