Ruangan itu tampak hangat. Meja panjang tertutup taplak putih di sudut ruang dipenuhi dengan gelas-gelas kristal dan aneka minuman dan makanan.
Grand piano hitam sudah bertengger megah di dekat meja panjang.
Alunan musik lembut terdengar saat Sisi dan Digo memasuki ruangan itu. Thea dan Keiko sedang berbincang sementara David dan Ilana sedang tertawa-tawa di ujung meja cocktail. Digo mengajak Sisi menuju grand piano. Digo duduk dan mulai memainkan tuts-tuts nya. Sisi yang berdiri di dekatnya seolah terbius mendengar lagu yang dimainkan Digo. Sisi tidak hafal syairnya, tapi ia tau lagu itu menyimpan kenangan akan mama papanya. Tanpa sadar airmata sudah menggenangi pelupuk matanya. Digo yang melihat mata Sisi berkaca-kaca segera menghentikan permainan pianonya dan berdiri memeluk Sisi.
"Kamu kenapa?" tanya Digo menghapus airmata Sisi yang perlahan turun.
Sisi menggeleng berusaha tersenyum.
"Gak pa pa kok. Cuma keingetan mama sama papa. Lagu yang kamu mainkan barusan, itu lagu favorit mereka," Sisi menundukkan kepalanya.
"Maaf," kata Digo lebih menyerupai bisikan. Tangannya menggenggam jemari Sisi erat.
"It's ok! Aku gak apa-apa," Sisi tersenyum mengerti.
Digo mengajaknya menjauh dari piano itu, mengambilkan Sisi segelas minuman.
"Okey, acara bisa kita mulai sekarang," David membuka acara malam itu.
"Yang pertama, kita akan dengarkan permainan piano dari Digo, kemudian Hyun Lei dan Keiko. Lalu sebagai tuan rumah malam ini, David dan Ilana akan mengawali dansa yang akan diikuti oleh semua, dan setelah itu baru kira makan malam diteruskan acara santai," Leo memberi penjelasan acara malam itu.
Digo menuju piano itu, duduk dan mulai memainkan lagu-lagu klasik yang membuai mereka semua.
Sisi duduk di sudut sofa menikmati dentingan piano Digo.
Galang yang melihat Sisi lalu mendekat dan duduk disebelahnya.
"Gue boleh duduk sini kan?" tanya Galang tersenyum.
"Boleh kok, pake ijin segala?" sahut Sisi membalas senyuman Galang.
"Lo kerja apa masih sekolah?" tanya Galang kepo.
"Gue udah kerja," sahut Sisi.
"O ya? Masih kecil udah kerja?" tanya Galang bercanda.
"Hehehe.... Dulu Digo malah mengira gue masih SMP," Sisi menimpali gurauan Galang.
"Hahaha... Tapi emang bener sih. Kalo diliat-liat lo emang cocok jadi anak SMP. Imut banget," tawa Galang yang merasa Sisi itu orang yang memyenangkan.
"Mmm.... Tiap taun reuniannya kaya gini ya?" tanya Sisi ingin tau.
"Nggak sih, tergantung tuan rumahnya aja. Tapi kalo David yang jadi tuan rumahnya pasti ada acara kaya gini. Kita-kita udah hafal banget. David itu doyan banget dansa. Cocok banget sama Ilana. Mereka itu udah kaya tea set aja tau gak! Klop banget," seloroh Galang yang disusul tawa geli Sisi.
Digo yang baru saja selesai memainkan piano segera menuju ke tempat Sisi duduk. Ketika dilihatnya Galang sedang ketawa bareng Sisi, Digo merasa kesal. Kenapa Sisi bisa seakrab itu sama Galang? Padahal dengan yang lain tidak!
"Hai Bro... Lagi ngobrol apaan?" tanya Digo tersenyum basa-basi menatap Galang dengan tatapan menusuk.
"Eh...elo... Gue cuma ngobrol aja sama cewek lo... Gak ada maksud apa-apa," kata Galang nyengir.
"Lo gak sama Thea?" tanya Digo tajam.
"Tuh, Thea lagi sama Keiko dan Alena. Lagi ngomongin urusan cewek," sahut Galang ringan, lalu menoleh tersenyum lebar pada Sisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...