Lalu Digo memiringkan badannya menghadap Sisi. Ditepuk-tepuknya pipi Sisi pelan.
"Si, lo pingsan? Si... Sisi..." ucap Digo pura-pura panik,"Waduh... Gimana nih? Apa gue kasih nafas buatan aja ya?" katanya di dekat telinga Sisi.
Sisi yang mendengar itu bergidik ngeri. Wajahnya terasa panas. Tapi ia masih menahan diri untuk tidak membuka matanya.
Digo yang melihat pipi Sisi merona semakin yakin Sisi pura-pura tidur.
"Si... Bangun Si... Gue harus bener-bener segera bertindak nih... Gue harus ngasih nafas buatan segera sebelum terlambat," kata Digo menahan ketawa, lalu mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Sisi. Sebelah tangannya memegang pipi Sisi.
Sisi yng merasakan nafas Digo semakin dekat ke wajahnya segera membuka matanya.
Didapatinya Digo menatapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Sisi cemberut menutupi rasa malunya ketahuan pura-pura.
"Kenapa sih lo? Kaya-nya lagi marah ya?" tanya Digo setelah tawanya reda.
"Tanya aja sama diri lo sendiri!" jawab Sisi ketus.
"Lho... Gue salah apa nih?" tanya Digo memicingkan mata.
"Salah apa? Siapa yang bilang kalo kita berdua ada hubungan? Siapa yang bilang ke Mr. Chan? Lama-lama gue bisa stress tau gak?" sembur Sisi.
"Lho... Kenapa? Kan biar lebih nyata aja. Kenapa harus stress sih?"
"Ih nyata apanya? Yang ada semua orang taunya gue ada hubungan khusus sama lo."
"Trus? Kalo semua orang taunya lo pacar gue kenapa?"
"Ya...ya...ya...gimana gue bisa dapet pacar coba. Cowok-cowok yang mau deketin gue jadi pada kabur deh," sahut Sisi asal.
Digo terdiam beberapa saat, mencerna kata-kata Sisi tapi segera mengulas senyum lebarnya.
"Lo kan udah setuju bantuin gue?"
"Iya, tapi gak disebarin juga keles," kata Sisi manyun.
"Udah, biasa aja. Mulutnya gak usah dimaju-majuin kaya gitu, bikin gemes tau!" sahut Digo menatap gemas wajah Sisi.
"Sekarang lo anterin gue pulang. Gue capek ngomong sama lo. Gak ngerti ngerti juga lo," Sisi memalingkan wajahnya menutupi debaran jantungnya yang mulai bertingkah karena tatapan Digo.
"Okey, gue anterin lo pulang, tapi setelah kita makan," putus Digo.
"Gue gak laper!"
"Kita gak pulang!"
"Gue bisa naik taksi!"
"Gak bisa! Pokoknya lo ikut gue!"
Sisi mendelik. Digo tersenyum menang.
Akhirnya Digo menjalankan kembali mobilnya menuju tempat makan favoritnya di pinggiran kota.
Sisi yang tau kemana Digo membawanya cuma diam bersedekap.
.....
Sisi sibuk membantu fitting Rafika dan Gio di ruang fitting bersama Fanny dan Mr. Chan ketika Vivien memanggilnya.
"Si, ada telpon dari klien," panggil Vivien sambil melirik Mr. Chan.
"Siapa?" tanya Sisi setengah berbisik.
"Gak tau. Dia nyari lo," Vivien angkat bahu, mendekat menggantikan pekerjaan yang sedang dilakukan Sisi.
Sisi segera keluar dari ruang fitting dan mengangkat telpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...