Part 14

7.3K 438 0
                                        

"Sisi," tiba-tiba terdengar seseorang menyapa Sisi.

Sisi spontan menoleh.

"Kak Gio?" Sisi masih mengenali teman Nayla yang pernah dikenalkan pada nya.

"Hai... Apa kabar Si? Sama siapa?" tanya Gio setengah menyelidik.

"Oh, ini sama temen gue, Kak. Kenalin ini Digo. Digo, ini Kak Gio temennya Nayla. Kaya nya kalian pernah ketemu pas di rumah ya? Cuma belum kenalan," Sisi mengenalkan keduanya yang langsung berjabat tangan.

"Si, boleh minta nomor hp sama pin lo gak?" tanya Gio berharap.

"Boleh kok," Sisi menyebutkan nomor hp dan pin-nya yang langsung disimpan Gio ke hp miliknya.

"Gue misscall ya Si," kata Gio yang diiyakan Sisi.

Digo yang sudah selesai makan memperhatikan Sisi dan Gio yang tukar tukaran nomor hp. Ada rasa kesal melihat Sisi ber-akrab ria dengan Gio.

"Sisi, kita pulang yuk. Keburu malam," ajak Digo yang sudah membayar makanannya.

"Okey... Kak Gio, gue balik duluan," kata Sisi melambaikan tangan pada Gio.

Digo yang melihat itu langsung menggandeng tangan Sisi menariknya berlalu.

"Kita duluan Bro," kata Digo basa-basi.

Digo dan Sisi segera masuk mobil dan berlalu dari tempat itu meninggalkan Gio yang masih menatap kepergian keduanya.

......

Sisi duduk di pinggir tempat tidur. Ingatannya kembali pada saat makan malam dengan Digo, ketika dengan mudahnya Digo menyuapinya.

Sisi menghela nafas. Kenapa Digo begitu ngotot memperhatikannya? Memastikan ia mau makan meski harus dibujuk dan disuapi.

Lalu ingatan Sisi beralih saat keluar dari UGD beberapa hari lalu. Digo dengan sukarela menggendongnya masuk mobil. Dan Sisi sempat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat saat dengan tak sengaja wajah Digo terasa sangat dekat dengan wajahnya sampai ia mampu merasakan hembusan nafas Digo.

Lintasan-lintasan ingatan itu terus bermain di benaknya.

..........

Digo setengah terbaring memeluk gulingnya. Mengingat kembali saat Sisi bertemu dengan Gio. Digo bisa merasakan dan melihat sorot mata Gio yang menatap Sisi itu bukan tatapan biasa. Digo yakin bahwa Gio menyukai Sisi.

Digo gak rela kalo Sisi bersama Gio. Digo gak ingin kehilangan mood boosternya.

Entah sejak kapan Digo punya perasaan seperti ini terhadap Sisi mengingat perkenalannya dengan Sisi terhitung baru.

Tapi Digo selalu merasa hanya Sisi yang bisa membuat hari-harinya jadi penuh warna.

Apa ini yang namanya cinta? Masa secepat itu? Bagaimana dengan Sisi sendiri? Apa Sisi juga merasakan hal yang sama dengannya. Apa Sisi bisa menerima kalo tiba-tiba ia menyatakan perasaannya pada Sisi? Apa setelah ia mengutarakan semuanya, Sisi tidak akan menjauhinya? Ia tidak mau Sisi jauh. Ia tidak mau kehilangan Sisi.

Digo tidak mengerti kenapa ia begitu takut kehilangan Sisi, padahal pertemuannya dengan Sisi bisa dihitung dengan jari. Tapi kenapa perasaannya sudah begitu kuat.

Digo memejamkan matanya, berharap ketakutannya tidak terjadi.

(Bersambung)

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang