Sisi turun dari mobil Digo.
"Makasih ya, lo udah traktir gue makan dan nganter gue pulang," ucap Sisi tersenyum tulus.
"Sama-sama. Gue juga mau berterimakasih sama lo karena udah bikin gue gak bete lagi, lo udah bikin gue terhibur," kata Digo menahan senyum.
"Tuh kan, mulai deh... Kenapa sih lo selalu nganggep gue kaya badut?" tanya Sisi cemberut.
Digo tertawa. Rasanya gemes liat Sisi cemberut gitu. Pipinya jadi keliatan tambah chubby.
"Gue gak bilang lo kaya badut kok. Gak tau ya... Sejak gue kenal sama lo, gue ngerasa kalo ketemu lo itu semua beban kerjaan gue, ke bete an gue, bahkan kadang kemarahan gue itu ilang gitu aja," kata Digo sok serius.
"Ya sama aja kan?"
"Ya gak sama dong. Kalo badut kan mukanya sengaja dibikin lucu, kalo kamu mah gak usah dibikin lucu juga udah lucu," Digo tertawa.
"Tuh.... Ngeledeknya makin parah aja kan?" Sisi makin manyun.
"Hehehe.... Kalo kamu cemberut kaya gitu bukan lucu, tapi bikin gemes!" ucap Digo bersedekap menatap Sisi.
"Ih... Apaan sih? Ya udah gue masuk dulu ya. Lo ati-ati di jalan. Dan.... Sekali lagi makasih buat traktiran dan tumpangannya," Sisi tersenyum pada Digo lalu berbalik berjalan menuju pintu rumahnya.
"Sisi," panggil Digo.
Sisi menoleh menatap Digo.
"Jangan bosen gue gangguin ya," kata Digo.
Sisi tersenyum dan mengangguk kecil, lalu masuk ke rumahnya.
........
Sabtu pagi ini cerah. Sisi keluar dari rumahnya menuju ke taman kompleks rumahnya untuk jogging.
Rambut panjangnya diikat ekor kuda memperlihatkan lehernya yang putih bersih.
Sisu berlari mengitari taman. Ditelinganya terpasang headset putih senada dengan baju yang dipakainya.
Satu setengah jam kemudian, Sisi berjalan menuju rumahnya. Dilihatnya sebuah mobil berwarna silver terparkir di depan rumah.
"Mobil siapa tuh? Apa mobil baru Tristan ya?" gumam Sisi heran dan segera mempercepat langkahnya ke rumah.
Sisi masuk ke ruang tamu, "Naaay....," teriak Sisi.
"Apaan sih lo? Gak usah teriak-teriak juga gue denger keles!" omel Nayla yang keluar dari ruang tengah sambil membawa nampan berisi dua gelas es sirup.
Sisi membungkam mulutnya melihat seorang cowok duduk santai di pojok sofa.
"Eh, Si kenalin ini temen gue, Gio. Gio, ini adik sepupu gue, Sisi." Nayla mengenalkan kedua nya.
Sisi dan Gio saling berjabat tangan.
Gio memandang wajah Sisi lama.
Sisi mencoba menarik tangannya dari genggaman Gio.
"Ehemmm....," Nayla berdehem melihat Gio menjabat tangan Sisi erat.
Gio gelagapan.
"Abis jogging ya?" tanya Gio basa basi menutupi saltingnya.
"Mmm... Iya. Mmm... Gue masuk dulu ya... Gue mau mandi," kata Sisi tersenyum lalu masuk ke kamarnya.
"Sepupu lo cantik, Nay!" komentar Gio, matanya mengikuti Sisi yang melenggang masuk.
"Jangan macem-macem lo! Mau dikemanain cewek-cewek lo yang seabrek itu!" cetus Nayla galak.
"Hahaha.... Lo masih galak aja sama gue? Kenapa sih antipati banget sama gue?" Gio tertawa ngakak.
"Gimana gue gak antipati kalo lo nya menyandang gelar playboy kelas kakap gitu!" jawab Nayla mencibir.
"Eh gak gitu juga kaleee... Lo nya aja yang ngeliatnya dari kacamata apa," Gio tersenyum jahil.
"O ya? Emang lo gombalin cewek-cewek itu, lo pacarin mereka, lo PHP in mereka, itu lo liat dari kacamata apa? Kacamata kuda? Atau... Kacamata nenek lo?" sembur Nayla jengkel.
"Bhuahahaha.... Gue suka kalo lo kaya gini! Ngamuk-ngamuk gak karuan. Kan bukan lo yang gue gombalin, bukan lo yang gue PHP in, apalagi gue pacarin! Kok lo yang sewot sih? Status lo kan jelas sahabat gue, bukan cem-ceman gue," jawab Gio enteng.
"Udah ah... Lo ngeles mulu! Tumben lo inget gue? Ada apa? Pasti ada maunya nih!" selidik Nayla.
"Lo mesti nolongin gue, Nay! Ortu gue mau jodohin gue sama anak temennya. Gue gak mau lah... Secara lo tau sendiri gue kaya gimana," ucap Gio serius.
"Lo udah ketemu cewek yang mau dijodohin sama lo?" tanya Nayla.
"Udah! Dan gue gak suka!"
"Kenapa? Apa sekarang lo udah mulai pilih-pilih cewek?"
"Serius Nay, gak bercanda gue!"
"Hahaha... Iya... Iya... Serius nih sekarang... Trus kenapa lo gak mau? Emang ceweknya kurang cantik? Kurang sexy? Atau kurang apa?"
"Kurang cinta!" sahut Gio kalem.
"Haah!!?" jerit Nayla langsung menutup mulutnya.
"Ssshh.... Ngapain lo teriak-teriak? Woles aja Nay!" Gio celingukan takut orang lain dengar.
"Sorry... Sorry... Gue kaget aja lo bisa bilang cinta! Bukan lo banget!"
"Yah... Lo ngeremehin gue Nay... Oke gue emang playboy... Tapi urusan married, gue gak mau kalo asal aja."
"Terus lo udah nemuin orang yang lo suka? Maksud gue yang lo cinta?"
Gio menggeleng, "Itulah masalahnya Nay, gue belum menemukan orang yang bener-bener pas di hati gue," sahut Gio menerawang.
"Trus, maksud lo minta tolong ke gue?"
"Emmm.... Tapi.... Sepupu lo tadi cantik, Nay. Boleh gak gue PDKT ke adek sepupu lo?" tanya Gio dengan wajah serius.
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...