Part 67

8.6K 391 4
                                    

Pak Toto membelokkan mobil ke halaman rumah bercat putih. Pak Giman dengan sigap membuka pintu pagar dan menutupnya kembali ketika mobil sudah masuk ke halaman.

Digo keluar dari mobil, sementara Pak Giman membantu Pak Toto menurunkan bawaan Digo dan membawanya masuk.

Digo mengawasi Pak Giman yang memasukkan bawaannya ke dalam kamar, lalu mengucapkan terima kasih. Sementara itu., Pak Toto baru saja masuk.

"Pak Toto bawa mobilnya ke kantor aja. Nanti kalo mau keluar, biar saya bawa yang di garasi aja. Dan... Ini buat Bapak," kata Digo sambil memberikan satu paper bag pada Pak Toto.

"Terimakasih Den," ucap Pak Toto dengan membungkukkan badannya, kemudian beranjak pergi.

Digo masuk ke kamarnya dan keluar lagi dengan dua paper bag yang kemudian diserahkannya pada Pak Giman dan Bi Sari yang menerimanya dengan penuh syukur.

Kemudian ia melangkah ke ruang tengah, duduk di sofa putihnya. Disandarkannya kepala dan dipejamkan matanya. Bayangan gadisnya melintas di benaknya tak mau hilang.

.........

Sisi mendengar ada lebih dari dua orang bercakap-cakap di ruang tengah. Siapa? Apa Bi Sari sama Pak Giman? Tapi siapa lagi? Pikirnya termenung sesaat. Lalu perlahan ia berdiri dari ayunan, kemudian menghapus airmatanya dan melangkah masuk melalui pintu kaca yang ia biarkan terbuka.

Sisi terpaku di dekat pintu kaca itu tidak bisa bergerak. Matanya membelalak. Perasaannya membuncah. Airmatanya menetes tanpa disadarinya. Sosok itu ada di sana. Sedang memejamkan mata, duduk bersandar di sofa panjang. Kelelahan membayang di wajah teduhnya.

Sisi terisak. Tenggorokannya serasa kering, tak bisa berkata-kata. Ia hanya berdiri mematung menatap sosok berkemeja putih dengan lengan digulung se-siku disana.

Ini halusinasi atau kenyataan? Sosok itu masih tidak bergerak. Seperti menikmati luka dalam kesendiriannya.

........

Digo merasakan sesuatu. Telinganya mendengar suara isakan lirih.

Dibukanya mata perlahan lalu menoleh ke arah suara. Ia tertegun. Pasti ini halusinasi. Ini tidak nyata! Tapi isakan itu mengingkari dugaannya. Mata basah yang membulat indah itu sedang memandangnya sekarang.

Digo berdiri perlahan dari duduknya. Mendekat pelan pada pemilik mata bening itu, seolah jika ia berjalan terlalu cepat, sosok dihadapannya itu akan menghilang.

Kini Digo berdiri tepat didepan gadis itu, dan memandangnya lekat tanpa kedip. Ia takut berkedip akan membuat gadis itu lenyap.

"Sisi?" bisiknya tak percaya.

"Digo?" gadis itu menyebut namanya lirih.

Ia tidak bermimpi! Ini nyata! Ini bukan halusinasi! Sisi ada dihadapannya sekarang!

Diraihnya tubuh mungil itu ke pelukannya. Didekapnya erat. Bahu mungil itu terguncang. Isakannya makin keras terdengar.

"Sisi... Kamu kok ada disini? Kenapa kamu nangis? Kamu baik-baik aja kan? Ada yang gangguin kamu? Atau kamu sakit? Kamu kurusan sekarang. Apa perlu kita ke dokter?" Sisi tersenyum melihat kepanikan Digo. Hmm.... Masih Digo yang sama. Masih Digo yang penuh perhatian padanya.

Sisi menggeleng tersenyum. Airmatanya masih tak mau berhenti.

Digo mengusap pipi halus yang basah itu dengan jemarinya.

"Digo," panggil Sisi lirih.

"Hmm?" Digo masih sibuk menghapus pipi putih itu dari airmata.

"Aku...aku kangen kamu," Sisi menunduk jengah.

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang