Part 25

9.7K 441 2
                                    

Hari yang di tunggu tiba. Acara reuni kali ini diadakan di Villa milik David.

Digo sudah mempersiapkan segala keperluannya selama di sana. Rencananya mereka menginap dua malam. Dan seharusnya Jumat siang ini ia dan Sisi sudah berada di Villa. Tapi berhubung Sisi baru bisa pulang kerja jam 17.00, terpaksa mereka berangkat setelah Sisi pulang kerja, itupun masih dengan perjuangan diberondong macam-macam pertanyaan oleh para sahabatnya yang tidak percaya bahwa ia punya pacar!

"Ini reunian macam apa sih kok sampe nginep segala?" tanya Sisi saat mereka dalam perjalanan ke villa milik David.

"Jadi gini lho, kita itu udah sahabatan sejak masih kecil. Sejak masih SD. Kebetulan orang tua kita berlima itu temenan. Sejak SD sampe SMU kita barengan. Kita pisah pas kuliah, tapi kita janji bakal meluangkan waktu paling nggak sekali dalam setahun untuk ngumpul kaya sekarang ini. Makanya, meskipun disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, kita tetap sama komitmen kita untuk wajib meluangkan waktu kumpul bareng setahun sekali," Digo menjelaskan.

"Okey, dan kenapa gue diajak? Supaya lo gak jadi bulan-bulanan sahabat-sahabat lo. Betul kan?" Sisi tertawa manis.

"Tapi untuk lebih menghayati peran, sebaiknya lo ganti istilah lo gue dengan aku kamu," kata Digo menghentikan tawa Sisi.

"Hah?! Tapi... Eh... Gue... Mmm aku...ih... Susah Digo," Sisi tergagap.

"Ya makanya dibiasakan dong. Nanti kalo mereka curiga gimana? Kamu pasti bisa deh," ujar Digo yang sudah ber-aku kamu dengan luwesnya menyemangati Sisi.

Sisi menatap Digo ragu.

"I...iya deh... Gue...eh...aku coba," Sisi terlihat gugup.

Digo mengelus kepala Sisi lembut, seolah memberi ketenangan pada Sisi.

"Coba kamu gak ngebantah terus, pasti kamu sudah terbiasa sekarang," ucap Digo tersenyum. Tangannya yang tadi mengelus kepala Sisi sekarang berpindah menggenggam jemari Sisi sementara tangan sebelah nya sibuk dengan setir.

Sisi yang merasakan ketenangan oleh genggaman tangan Digo hanya diam saja.

Mobil Digo memasuki pekarangan villa yang luas. Sisi menatap villa di hadapannya dengan takjub. Villa itu besar, tinggi menjulang, megah dan bergaya klasik.

Seseorang berlari kecil menghampiri mobil mereka.

Digo membukakan pintu buat Sisi dan memberikan kunci mobilnya pada orang itu yang nampaknya sudah mengenal Digo dengan baik.

Orang itu membawakan barang bawaan mereka masuk.

Digo menggamit pinggang Sisi, membawanya menuju sebuah ruangan besar. Di salah satu sudut terdapat grand piano berwarna hitam mengkilat. Di tengah ruangan sudah tersedia makan malam di atas meja panjang yang mewah. Sedang di sudut lainnya ada empat pasang manusia yang pasti sahabat-sahabat Digo dan pasangan masing-masing.

"Naaah... Ini yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga..." ujar salah satu cowok berkulit putih berwajah aristokrat itu sambil tersenyum lebar.

Digo menghampiri mereka dan memeluk sahabat-sahabat nya satu persatu.

"Oya, kenalin nih, ini cewek gue. Namanya Sisi," Digo memperkenalkan Sisi pada para sahabatnya.

Sisi menjabat satu persatu para sahabat Digo.

David, cowok putih yang menyapa Digo pertama kali saat memasuki ruangan tersebut. Cowok bertubuh tinggi, putih, dan berwajah aristokrat itu punya tunangan bernama Ilana, cewek semampai, putih dan cantik seperti boneka barbie.

Galang, cowok berkulit kuning dengan alis tebal, suka bercanda dan punya pacar cantik bernama Thea, Manager Personalia di Starlight hotel yang juga sepupu Digo.

Leo, cowok berwajah imut yang sama sekali tidak sesuai dengan namanya, punya tunangan bernama Alena, cewek manis berlesung pipi.

Hyun Lei, cowok berdarah Korea yang gak perlu diragukan lagi kegantengannya, punya cewek bernama Keiko, gadis keturunan Jepang yang besar di Indonesia.

Sisi merasa canggung dengan keberadaannya disitu meskipun semua menerimanya dengan sangat baik.

Digo yang menyadari kecanggungan Sisi segera mendekat, meraih pinggang Sisi dan menariknya lebih rapat.

"Sini, jangan jauh-jauh dong Sayang.," kata Digo tersenyum menenangkan kegugupan Sisi.

Sisi melihat senyum Digo yang segera menularinya. Sisi tersenyum melihat Digo dengan tatapan berterimakasih.

"Huuuffft.... Digo... Digo... Lo itu sekalinya punya cewek posesif amat?" celetuk Galang yang disusul tawa yang lain.

"Iya nih, kok bisa ya Digo yang cuek sama cewek sekarang jadi romantis gini sama Sisi? Emang lo apain, Si?" ceplos David mengerling ke arah Sisi.

Sisi tersenyum salah tingkah mendengar pertanyaan yang gak di duganya.

"Udah...udah... Mending sekarang kita makan dulu, setelah itu istirahat. Acara buat besok kan padat tuh. Lagian Digo sama Sisi juga baru datang, pasti capek kan?" Leo menengahi.

Mereka segera menuju meja makan untuk makan malam bersama. Acara makan malam itu berlangsung heboh. Hampir seluruh pembicaraan mengarah ke ketakjuban mereka karena akhirnya Digo punya pacar!

Digo mengajak Sisi menuju ke paviliun yang sudah disediakan untuk mereka. Satu ruangan dengan dua kamar tidur.

"Mmm.... Kok yang di sini cuma kita doang? Yang lainnya tidur di mana?" tanya Sisi heran melihat paviliun yang besar dengan segala perlengkapannya sementara hanya mereka berdua yang menempatinya.

"Mereka juga sama kaya kita, masing-masing pasangan dapat satu paviliun. Kenapa? Kamu mau tidurnya rame-rame gitu? Camping dong namanya?" Digo tertawa geli.

"Ya bukan gitu. Maksud gue..."

"Kamu... Sisi... Gak pake lo gue," Digo memotong perkataan Sisi.

"Ih... Iya...iya... Bawel amat sih? Gak ada orang ini..." gerutu Sisi manyun yang membuat Digo gemas menatapnya.

"Sering-sering aja tuh bibir dimajuin gitu... Bikin tambah gemes tau!" goda Digo membuat Sisi jengah.

"Ih... Masa orang manyun di gemesin," sahut Sisi sekenanya dengan tetap memasang wajah cemberutnya.

"Terus aja gitu, jangan salahin kalau aku cium kamu karena terbawa suasana!" ancam Digo jahil.

"Ih... Apaan sih?" Sisi memalingkan wajah meronanya dari Digo.

"Kok apaan? Beneran itu mah... Kamu mau coba?"

"Nggak...nggak... Udah ah mana kamar gue?" elak Sisi menutupi tersipunya.

"Aku kamu, Sisi sayang," Digo tertawa lalu menunjukkan kamar Sisi dengan dagunya.

Sisi bergegas membuka pintu kamar yang di tunjukkan Digo dan buru-buru masuk.

Huuuh.... Digo bikin jantung gue serasa loncat dari tempatnya. Bisa-bisa gue terlarut sama sandiwara ini. Iiih.... Romantis banget sih Digo memperlakukan gue di depan sahabat-sahabatnya? Gue sampe hampir meleleh dibuatnya. Sisi merutuki dirinya sendiri.

(Bersambung)

Pas kehabisan ide, keingetan mimpi gue kemaren... Hehehe...
Jangan lupa vote & comment nya.... Makasih....

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang