Part 66

7.2K 381 4
                                        

Digo berjalan menuju pintu keluar bandara. Huuuuffft.... Sama sekali tidak diduganya, pengalihan hotel dan merger perusahaannya bisa menghabiskan waktu lebih lama dari dugaannya.

Dua bulan lebih ia dan teamnya harus stay di Vietnam untuk membereskan pembukuan keuangan dan menyusun strategi marketing agar memperoleh laba seperti yang diinginkan. Ia benar-benar sibuk membuat pikirannya habis terkuras sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.

Sekarang, saat semua urusannya sudah selesai, ia kembali dihadapkan pada realita. Realita akan sakitnya menahan kerinduan yang teramat besar pada sosok gadis mungilnya.

Ah.... Apa kabar gadis itu? Terakhir kali ia mendapat kabar bahwa gadis itu sedang murung. Bahkan disaat kesibukan padat yang dijalaninya, ia masih sempat menanyakan kabar tentang keadaan Sisi nya.

Saat mendengar berita itu, hatinya serasa meronta ingin lepas dan terbang menemui Sisi dan menenangkannya. Membuatnya ceria kembali.

Nayla dan Tristan memang selalu mengabarkan keadaan Sisi padanya saat ia menghubungi mereka berdua. Tapi Tristan dan Nayla tidak akan bisa menghubunginya terlebih dahulu karena ia tak ingin mereka berdua memberi tau Sisi tentang keberadaannya agar tidak mengganggu ditengah kesibukan Sisi mengurus bisnis baru Mama Ferro. Itu karena ia selalu mengganti nomor perdana simcardnya dengan yang baru dan membuang yang lama.

Digo masuk ke mobil yang sudah menunggu di depan lobby bandara. Pak Toto dengan sigap mengambil alih dan memasukkan bawaan Digo ke dalam bagasi mobil.

Tak berapa lama, mobil itu sudah melaju ke jalan raya.

"Pak Toto, tolong kita putar, lewat depan butik baru ya," kata Digo memerintahkan.

"Baik Den. Tempat Non Sisi kerja sekarang, ya Den?" sigap Pak Toto membelokkan mobilnya ke jalan menuju butik tempat Sisi belerja sekarang.

Pak Toto menghentikan mobilnya di dekat butik itu. Papan nama besar 'Magic Boutique' terpampang di depan rumah megah bergaya minimalis yang sekarang sudah di sulap menjadi sebuah butik.

Digo memandang ke arah butik dengan segenap kerinduan yang terpendam dan berkarat dalam dadanya.

"Jalan, Pak!" perintah Digo setelah hampir 20 menit tak juga melihat Sisi di sana.

Pak Toto menjalankan kembali mobilnya menuju rumah Digo. Sedangkan di jok belakang, Digo menyandarkan kepalanya sambil memejamkan matanya.

Saat kau jatuh lukai hati
Dimanapun itu
I'll find you
Saat kau lemah dan tak berdaya
Lihat diriku untukmu

Kapanpun mimpi terasa jauh
Oh ingatlah sesuatu
Ku akan selalu jadi sayap pelindungmu

Saat duniamu mulai pudar
Dan kau merasa hilang
Ku akan selalu menjadi sayap pelindungmu

Saat kau takut
Oh dan tersesat
Dimanapun itu
I'll find you

Airmatamu takkan terjatuh
Lihat diriku untukmu

..........

Sisi berdiri di depan sebuah rumah ber cat putih yang nampak angkuh dan dingin. Melihat dengan seksama rumah itu, memegang pagar besinya, membuat Sisi tidak dapat menahan airmata yang mengalir di pipi halusnya.

"Neng Sisi?" sapa seseorang membuat Sisi tersentak, cepat-cepat menghapus airmatanya.

"Mmm... Bi Sari?" balas Sisi mengenal siapa yang menyapanya.

"Mau masuk, Neng? Tapi Den Digo nya lagi gak ada. Keluar negeri katanya. Ini yang paling lama lho Neng," celoteh Bi Sari sambil membuka gembok pagar besi itu dan membukanya.

Sisi melangkah masuk diiringi oleh Bi Sari.

"Mmm.... Bibi mau nerusin kerja dulu, Neng Sisi mau minum apa?" tawar Bi Sari tersenyum sopan.

"Gak usahlah Bi, nanti biar aku ambil sendiri aja," sahut Sisi mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tempat ia berdiri di sana.

Bi Sari tersenyum mengangguk maklum, lalu kembali ke dapur meneruskan pekerjaannya.

Sisi berjalan pelan menaiki dua anak tangga menuju ruang tengah tempat ia sering duduk di sofa berwarna putih dan menyandarkan kepalanya di bahu kokoh seseorang.

Sisi melangkah lagi lebih dalam menengok ke sebelah kirinya. Ada kolam renang yang hanya disekat oleh dinding kaca dengan tempatnya berada sekarang. Dengan hati-hati, dibukanya pintu geser dari kaca itu, dan berjalan pelan keluar, ke samping kanan kolam renang. Ayunan itu masih ada disana. Di pojok taman kecil, di tengah kebun bunga mini.

Sisi duduk di sana dan diayunnya perlahan. Derit halusnya mengingatkannya pada pelukan dan senyum hangat cowok yang telah membuatnya hampir gila menahan kerinduan. Cowok yang selalu ada buatnya, yang selalu membuatnya kesal karena keposesifannya. Yang mencintai dan menyayanginya tulus.

Sisi menangis lagi. Lebih dari empat bulan ia tidak bertemu belahan jiwanya. Hatinya sesak.

(Bersambung)

Sorry guys.... Part ini pendek.... Tapi tenang aja, aku bakal update secepatnya untuk next part nya.

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang