Part 28

9.1K 397 2
                                        

Sisi berdiri bersedekap di dekat kolam renang. Ini masih pagi buta. Matahari masih lelap di peraduannya. Masih belum mau membagikan sinar hangatnya.

Sisi melirik jam tangannya sekilas. Masih jam 04.18! Masih sangat pagi. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Kok sudah bangun?" sebuah suara mengagetkan Sisi.

"Galang?" Sisi melihat siapa yang menyapanya.

"Iya...gue gak bisa tidur. Gak tau kenapa? Padahal semalam gue kekenyangan. Seharusnya sih bisa pules. Apa gue kebanyakan kopi ya?" gumam Galang seolah pada dirinya sendiri.

"Kalo gue sih karena udah terbiasa bangun jam segini aja. Kebiasaan!" kata Sisi mengedikkan bahunya.

"Ngomong-ngomong nih, Digo mana?"

"Mmm... Gak tau, masih tidur kali. Waktu gue bangun, kamar dia masih tertutup."

"Oh...  Lo kerja dimana sih?" Galang bertanya basa basi.

"Gue kerja di Chan's boutique. Tau kan?" senyun Sisi.

"Lho... Itu kan deket kantor gue? Lo tau showroom mobil Harun's company kan? Itu kantor gue!" seru Galang semangat.

"Oya? Jadi Harun's company itu milik lo?" kata Sisi takjub.

Galang mengangguk mantap.

"Kapan-kapan boleh tuh kita lunch bareng," kata Galang antusias.

"Boleh," sahut Sisi tertawa.

..........

Digo terbangun. Dilihatnya jam tangan yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya. Jam 06.30! Digo melompat dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

Setelah selesai berganti pakaian, Digo keluar menuju kamar Sisi yang tertutup.

"Si... Sisi.... Kamu udah bangun?" Digo mengetuk pintu kamar Sisi pelan. Tidak ada sahutan.

"Sisi... " panggilnya sambil mengetuk lebih keras.

Lalu perlahan dibukanya pintu kamar Sisi. Tidak di kunci!

Digo hati-hati melongok kedalam mencari-cari Sisi. Gak ada! Sisi kemana? Digo panik. Ia mencari Sisi kemana-mana. Dikamar, kamar mandi, pantry, ruang tamu, dalam lemari sampe kolong tempat tidur gak ada juga.

Digo bergegas keluar dari paviliun menuju ruang makan, Sisi gak juga ditemukannya.

Tiba-tiba Digo mendengar tawa yang khas dan sangat dikenalnya. Ia mendekat ke arah kolam renang. Dilihatnya Sisi dan Galang duduk dipinggir kolam renang dengan kaki dicelupkan ke dalam air. Sepertinya sangat akrab dan santai.

Digo melihat Sisi tertawa geli saat mendengar cerita lucu Galang. Tapi Digo tidak suka melihatnya. Digo tau ia cemburu.

Segera ia berjalan mendekat.

"Sisi," panggilnya cukup keras.

Sisi dan Galang mendongak bersamaan dan tampak oleh mereka Digo berdiri menjulang di belakang mereka.

"Hei Digo," sapa mereka hampir bersamaan.

Digo merasakan darahnya makin mendidih. Tapi masih ditekannya amarah yang memenuhi hatinya.

"Bisa kita bicara sebentar, Lang?" tanya Digo menatap Galang tajam.

Galang mengangguk, berdiri dan mengikuti Digo yang berjalan di depannya menjauh dari Sisi.

"Lang, gue gak suka lo deket-deket sama Sisi kaya tadi!" cetus Digo langsung pada pokok permasalahan.

"Maksud lo apa? Gue gak ada apa-apa sama Sisi. Gue cuma kebetulan aja liat dia lagi sendirian di sini, trus gue sapa dan akhirnya kita ngobrol. Itu aja," jelas Galang. Ia tau Digo sedang cemburu.

"Tapi gue gak suka liat kalian berdua seperti tadi!" sembur Digo kesal.

"Gue sama Sisi gak ngapa-ngapain. Cuma ngobrol doang!" volume suara Galang meningkat. Ia kesal Digo menuduhnya mendekati Sisi.

"Gue peringatin ke elo, lo masih ada Thea! Jangan mainin perasaan Thea! Atau lo berhadapan sama gue! Gue gak peduli lo itu sahabat gue, yang perlu lo ingat jauhi Sisi dan jangan bikin Thea sakit hati!" Digo berusaha keras menekan emosinya.  Ia meninggalkan Galang dan menarik lengan Sisi yang sedang berdiri melihatnya dan Galang bicara.

........

Sisi mengibaskan tangan dan melepaskannya dari cengkeraman Digo begitu mereka sampai di paviliun.

"Sakit tau!" seru Sisi mengurut pelan pergelangan tangannya yang sakit akibat tarikan Digo.

Digo menatap tajam ke arah Sisi. Didekatinya Sisi yang masih mengelus pergelangan tangannya yang sakit hingga tak berjarak.

"Kamu mau apa?" tanya Sisi curiga.

"Aku gak terima kamu dekat-dekat sama Galang!" desisnya marah.

"Tapi kan dia sahabat kamu! Aku cuma ngobrol sama dia. Dia kan sudah punya Thea. Lagi pula sekarang sudah gak ada teman-teman kamu kan. Kamu gak perlu sandiwara lagi," cetus Sisi.

Digo terdiam sejenak mencerna ucapan Sisi terakhir.

"Tapi kelakuan kalian tadi tidak sepantasnya. Disini kamu pacar aku, jadi gak bisa seenaknya ngobrol dan tebar pesona sama cowok lain!" wajah Digo kini tinggal dua senti dimuka Sisi.

Wajah Sisi merah menahan malu dan marah mendengar kata-kata Digo.

"Lo gak bisa nuduh gue kaya gitu! Gue gak ngelakuin apa-apa yang ngerugiin lo. Gue bukan tipe cewek yang suka tebar pesona! Gue gak terima lo ngatain gue..." Sisi belum menyelesaikan kata-katanya ketika tiba-tiba Digo menciumnya dengan kasar.

Sisi terkejut dan berusaha mendorong dada Digo. Tapi Digo sedang dikuasai amarah. Ia mendorong tubuh mungil Sisi ke tembok dan menguncinya di sana.

Sisi masih berusaha melepaskan diri ketika Digo mengubah ciumannya yang kasar menjadi penuh kelembutan.

Sisi merasakan kepalanya pusing. Perubahan sikap Digo mengguncang seluruh akal sehatnya. Bukannya mendorong Digo menjauh dan melepaskan diri, Sisi malah mengulurkan tangannya, mengalungkannya di leher Digo. Menikmati kelembutan yang diberikan Digo.

Digo makin memperdalam ciumannya. Ia tidak lagi mencengkeram pundak Sisi, tetapi memeluknya erat. Membenamkan sebelah tangannya dalam rambut halus Sisi dan tangannya yang sebelah lagi mengusap pipi Sisi lembut.

Sisi terengah-engah namun Digo tidak juga melepaskannya. Dan Sisi pun juga tidak peduli. Ia hanya memejamkan matanya rapat-rapat meresapi setiap perhatian dan sentuhan Digo terhadapnya.

Tangan Digo meluncur turun memeluk pinggang Sisi dan menariknya melekat ke tubuhnya.

"Sisi," Digo membisikkan nama Sisi ditengah ciumannya yang memabukkan.

Bisikan yang bukan mengalir tapi meresap keseluruh syaraf Sisi.

Sisi tersadar, ia tidak bisa menerima ini semua. Ia tau posisinya. Ia tau kenapa ia di sini sekarang.

Sisi mendorong perlahan dada Digo. Wajahnya terasa panas. Sepanas ciuman mereka yang baru saja berakhir.

Digo sejenak merasakan kehilangan pegangan. Menatap wajah Sisi yang tertunduk.

(Bersambung)

Aaaaarrrgh... Nge-flat banget yaaa.....
Idenya dooong.... Biar romantis gimanaaa???

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang