Part 29

8.4K 392 2
                                    

"Si, aku....aku... Mmm..." Digo tak tau harus berkata apa. Ciuman yang semula ia maksudkan untuk meluapkan kemarahannya kini berbalik menjadi kerinduan dan keinginan yang menggebu untuk membuat gadis dihadapannya ini mencintainya dan hanya untuknya saja cinta itu.

Sisi terdiam mematung. Apa yang terjadi? Kenapa begitu mudah ia terlarut oleh ciuman seorang Digo? Seharusnya ia marah, menampar Digo keras-keras. Tapi apa yang ia lakukan tadi? Membalas pelukan itu? Membalas ciuman itu? Apa yang terjadi? Sisi, lo ada disini karena sandiwara itu! Ingat, lo siapa dan Digo siapa? Jangan bermain api. Lo masih punya cita-cita, keinginan yang harus lo kejar dan capai.

"Sisi," panggil Digo ragu melihat Sisi yang terdiam.

Sisi menatap Digo beberapa saat.

"Digo, kapan sandiwara ini berakhir? Apa lo gak capek?" tanya Sisi menunduk.

Digo mengusap wajahnya. Sisi masih mengira semua yang dilakukannya adalah sandiwara. Andai saja Sisi tau, bahwa ia tidak sedang bersandiwara. Ia benar-benar sudah jatuh cinta pada Sisi.

"Si, aku harap kita akan menyelesaikan apa yang sudah kita mulai," Digo meraih satu-satunya cara yang masih bisa ia pegang agar Sisi tetap berada bersamanya meskipun dengan kepura-puraan.

"Gue tau. Kita sudah terlanjur masuk terlalu jauh. Sulit buat kita untuk kembali, memperbaiki yang sudah terjadi. Gue sudah bilang akan bantu lo. Dan itu akan gue lakuin. Tapi gue minta lo gak terlalu berharap gue bisa bantu lo selamanya. Karena itu gak mungkin," ucap Sisi.

Digo tersenyum.

"Bisa ber-aku kamu lagi?" pintanya lucu.

Sisi tersenyum geli lalu mengangguk.

Semudah itu? Semudah itu kemarahan menguap tergantikan senyum dan tawa? Semudah itukah sakit hati dan kecewa tergantikan sebuah pelukan?

Hati manusia itu terlalu pelik untuk dipahami. Terlalu dalam untuk diselami. Dan terlalu luas untuk dijelajahi.

........

Cafe masih tampak lengang ketika Nayla dan Sisi datang. Nayla langsung mengajak Sisi naik ke lantai dua.

"Si, coba pikirin lagi. Lo bisa pakai tempat ini untuk memulai mewujudkan cita-cita lo," bujuk Nayla.

"Gue tau maksud lo baik, Nay. Tapi semua itu perlu persiapan. Perlu modal yang gak sedikit. Dan gue masih berusaha untuk itu," jawab Sisi tersenyum.

"Kalo masalah lo di modal, gue bisa pinjemin lo kok," sahut Nayla mendesak Sisi.

"Makasih Nay, nanti kalo gue butuh bantuan, lo pasti orang pertama yang gue hubungi," putus Sisi. Ia tetap pada pendiriannya.

Seorang staff cafe muncul memberitahu Nayla bahwa ada seseorang yang mencarinya.

Nayla dan Sisi segera turun untuk menemui tamu tersebut.

"Lho, Galang?" seru Sisi begitu mengetahui tamu yang mencari Nayla itu Galang, salah satu sahabat Digo.

"Sisi? Kok lo disini?" tanya Galang merasa surprise.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Nayla heran.

"Ini namanya Galang, Nay. Pemilik Harun's company yang showroomnya ada di deket tempat kerja gue," jelas Sisi memperkenalkan Galang.

"Lebih tepatnya, gue sahabatnya Digo. Dan gue kenal Sisi juga karena Digo." Galang menjabat tangan Nayla hangat.

Nayla tersenyum mengangguk tanda mengerti lalu mempersilakan tamunya masuk ke ruangannya.

"Silakan duduk. Mmm... Jadi apa yang bisa kami bantu?" tanya Nayla sopan.

"Saya akan mengadakan acara untuk pembukaan kantor cabamg kami yang baru di dekat sini. Dan saya dapat rekomendasi bahwa menu yang disediakan di sini unik, tidak mengecewakan dan terjangkau. Jadi, saya bermaksud untuk memesan catering untuk acara nanti dari cafe anda. Bagaimana?" tanya Galang tersenyum.

"Sebenarnya, kebanyakan resep cafe kami itu hasil kreasi Sisi. Dia suka bereksperimen," Nayla memberitahu Galang yang tertawa mendengarnya.

"Harusnya sudah bisa ditebak. Waktu acara reuni minggu lalu, masakan dia emang paling enak sih," sambut Galang sambil mengacungkan jempolnya.

"O ya? Pasti seru acaranya," kata Nayla tersenyum.

Sisi masuk dengan membawa tiga gelas minuman dingin dan meletakkannya di meja.

"Ayo diminum. Ini kreasi terbaru gue loh... Namanya Lovely Rainbow. Cobain dan.... Kasih komentarnya yang jujur! Jangan basa basi doang," ujar Sisi mempersilakan.

Galang mengangkat gelas yang berisi sirup frambozen, agar agar hijau dan kuning, potongan buah kiwi dan nanas, lalu ditambahkan punch leci berwarna biru.

"Dari bau dan tampilannya menarik," komentar Galang mengamati apa yang dipegangnya.

"Keliatannya seger, Si!" kata Nayla menambahi.

Galang dan Nayla mencicipi minuman yang diberikan Sisi.

"Seger, ada rasa manis, asem. Enak nih," seru Galang.

Nayla mengangguk setuju, membuat Sisi tertawa senang.

.......

Digo uring-uringan. HP Sisi tidak aktif. Dirumah juga tidak ada. Rumahnya kosong. Berkali-kali Digo menelpon jawabannya sama, tidak aktif! Sisi kemana sih? Kenapa gak bisa dihubungi?

Digo terdiam sejenak, kemudian ia mencari nomor di kontaknya. Aah... Tristan! Mungkin dia tau dimana Sisi sekarang.

Digo membuat panggilan dan beberapa saat kemudian ia sudah mendapatkan sebuah alamat.

Digo bergegas mengambil kunci mobilnya dan segera menuju ke sebuah alamat yang diberitahukan Tristan.

Digo sekarang berdiri didepan sebuah cafe yang tidak terlalu besar, tetapi tertata sedemikian rupa sehingga nampak enak dan pas buat nongkrong anak muda ataupun tempat kumpul dan makan keluarga. Suasana yang akrab tampak dari luar cafe. Nay's Cafe!

(Bersambung)

Digo ke cafe Nayla?
Bakal ketemu Galang gak ya?
Bakal marah-marah gak jelas lagi gak ya?

Jangan lupa vote nyaaaa.....

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang