Digo makin gelisah. Ia tidak melihat Sisi lagi di ruangan besar ini. Nayla dan Tristan juga gak ada. Apa maksud kedua orang tuanya menjodohkannya dengan gadis pilihan mereka?
"Pada kesempatan ini, selain merayakan ulang tahun Digo, sebagai hadiah ulang tahunnya, kami memberikan kejutan pesta pertunangan ini."
Digo menoleh cepat, memandang tajam ke arah Papa-nya yang masih berbicara di sebelahnya.
Digo mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Seluruh undangan menyambut gembira pernyataan dari Papa-nya. Tapi dari sekian banyak orang, tetap tak ditemukannya sosok Sisi disana.
Wajah Digo mengeruh. Kegelisahannya menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berbicara.
"Baiklah, untuk mempersingkat waktu, pertunangan ini akan kami mulai. Irene, silakan," Papa Digo memanggil seorang gadis yang memakai dress warna biru laut dengan potongan rendah pada bagian dada, bertabur manik-manik berwarna biru juga.
Gadis yang dipanggil Irene keluar dari balik backdrop panggung. Berjalan mendekat dengan perlahan dan naik ke panggung. Gadis itu tersenyum mengangguk.
Digo menatap gadis itu tajam dengan perasaan tidak suka yang sangat kentara.
Papa dan Mama-nya bergeser ke tengah, menarik Digo pindah ke dekat gadis bernama Irene itu.
Digo membuang muka. Ia tak mau melihat gadis itu. Hatinya berontak.
Papa dan Mama-nya saling melempar senyum penuh arti sementara ia menatap sebal keduanya.
"Baiklah, sekarang waktu yang di tunggu-tunggu. Yaitu acara saling memasangkan cincin."
Terdengar suara MC yang bergaung di telinga Digo, serasa memekakkan telinganya. Ia tetap tidak mau menatap gadis itu.
"Ayo, Sayang. Kamu pasangkan cincinnya," desak Mama nya mendorong Digo untuk berbalik.
"Tapi Ma..." Digo mencoba untuk protes.
"Digo, ini hadiah ulang tahun dari kami. Bukti tanda cinta kami buat kamu. Terserah kamu mau menerima atau tidak. Tapi setidaknya kamu melihat dulu pilihan kami," potong Papa-nya menepuk-nepuk pundaknya.
"Seharusnya Papa Mama bicara dulu sama Digo," sungut Digo.
"Ya namanya surprise, Sayang. Kalo di bicara in dulu ya bukan surprise dong," ujar Mama-nya sambil terus mendorong Digo untuk membalikkan tubuhnya.
Digo dengan malas membalikkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya. Lalu diambilnya nafas panjang sebelum membuangnya dengan keras. Dibukanya perlahan matanya dengan kepala menunduk.
Lalu dengan perlahan pula diangkatnya wajahnya melihat gadis yang akan ditunangkan dengannya yang sekarang berdiri di hadapannya dengan anggun.
SISI?!!!
Digo membelalakkan mata bulat-bulat. Ia melihat gadisnya berdiri dengan senyum termanis yang pernah ia lihat. Jantungnya seakan hendak melompat dari tempatnya.
"Sisi?!" seru Digo langsung memeluk erat gadis dihadapannya. Kelegaan memenuhi seluruh ruang hatinya. Airmatanya tanpa sadar menetes, mengalir tanpa diperintah.
Sisi melepas pelukan Digo, menatap wajah itu lama dan mengusap airmatanya.
"Ih, cowok kok nangis?" ledek Sisi setengah berbisik.
Digo tersenyum mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu mencubit hidung Sisi dengan gemas.
"Awas ya udah ngerjain aku!" kata Digo dengan suara rendah.
"Jadi? Gimana Digo? Kamu tetep gak mau bertunangan dengan pilihan Mama dan Papa?" tanya Mama-nya tersenyum lebar menggoda anak tersayangnya.
"Kalo yang ini sih mau banget Ma," seru Digo tertawa merangkul Sisi dan mengecup pucuk kepalanya dengan sayang. Hatinya terasa penuh. Guyuran kebahagiaan kini menenggelamkannya diantara gemuruh tepuk tangan para tamu yang hadir.
![](https://img.wattpad.com/cover/26818570-288-k869225.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanficKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...