Sisi dan Nayla sudah siap menunggu jemputan Tristan dan Digo. Mereka berdua duduk di ruang tamu. Nayla sedang membaca majalah terbarunya, sedangkan Sisi sibuk memainkan ponselnya.
Tak lama kemudian, Tristan datang menjemput Nayla dan meninggalkan Sisi yang masih menunggu Digo.
Sisi melirik jam tangannya berkali-kali. Digo kemana sih? Kok gak muncul-muncul? Batin Sisi mulai jenuh.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Sisi segera bangkit dan membukakan pintu. Dilihatnya Digo berdiri dihadapannya membawa setangkai mawar berwarna merah dan memberikannya pada Sisi.
Sisi tersenyum manis menerima bunga dari Digo dan mengecup pipinya sekilas.
Digo tersenyum lebar, mengulurkan lengannya mengajak Sisi berangkat ke acara pertunangan Galang dan Thea.
Suasana di gedung tempat pertunangan Galang dan Thea sudah ramai. Sudah hampir semua undangan hadir. Digo berjalan masuk, tangannya berada di pinggang Sisi.
Ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Banyak cowok yang menatap Sisi-nya dengan pandangan kagum. Ingin sekali rasanya menyembunyikan Sisi dari pandangan cowok-cowok itu. Tanpa sadar, Digo menarik Sisi lebih mendekat dengan tangannya yang masih setia bertengger di pinggang Sisi.
Sisi merasakan sentakan nafas cewek-cewek yang ada di sekelilingnya melihat kedatangan Digo. Malam ini Digo terlihat sangat menawan dengan setelan jas warna hitam rancangan designer ternama.
Sisi merasa tangan Digo menarik pinggangnya posesif.
Sisi menoleh melihat Digo yang sedang memandangnya dengan senyumnya yang khas.
"Aaahh... Digo, lo muncul juga akhirnya..." sebuah suara riang menyapa. Suara yang akhir-akhir ini membuat Sisi kesal.
"Hai Irene," senyum Digo membalas seadanya dan menoleh pada Sisi dengan tatapan mesra.
Sisi tersenyum manis membalas tatapan Digo, kemudian dengan manja Sisi melingkarkan lengannya menggamit lengan Digo mesra.
Irene yang melihat kemesraan dua orang dihadapannya hanya melongo.
Digo menarik Sisi mendekati Galang dan Thea.
"Congratulation Bro," kata Digo menjabat tangan dan memeluk Galang dan Thea.
"Thank's," sahut Galang menepuk pundak Digo.
"Lo keterlaluan ya Digo! Bisa-bisanya lo dateng telat?" omel Thea sebal.
"Hahaha... Emang yang lo butuhin disini Galang apa gue?" tawa Digo melihat Thea yang kesal karena ia terlambat datang.
"Lo kan sepupu gue, Digo... Seharusnya lo gak telat. Lo bisa bantuin gue apa gitu...nerima tamu kek atau apa... Lo ini bener-bener kelewatan ya! Gue ini sepupu lo! Lo boleh deh cuek, dingin sama cewek mana aja... Tapi kita ini sodara... Sepupu dekat... Masa lo cuekin gue juga?" omel Thea sementara yang diomeli cuma senyum-senyum menatap gadisnya dan tidak menanggapi kata-kata sepupunya.
Galang dan Sisi saling menatap sejenak kemudian tersenyum lebar menahan tawa melihat Thea yang marah-marah karena Digo bersikap seolah-olah tidak mendengar cerocosannya.
Thea masih dongkol dengan sikap Digo sampai akhirnya Galang melingkarkan lengan ke pinggang rampingnya dan menariknya mendekat.
Akhirnya sampai juga di penghujung acara, setelah saling menyematkan cincin ke jari manis masing-masing, mereka berdansa. Para undangan bisa menikmati hidangan yang sudah disediakan, boleh ikut berdansa, dan ada yang hanya ngobrol dengan orang-orang yang mereka kenal.
Sisi mengedarkan pandangannya. Dilihatnya Tristan dan Nayla sedang menikmati dansa romantis mereka. Ada David dan Ilana yang langsung mengikuti Galang dan Thea turun ke dance floor. Ada Leo dan Alena yang masih dipinggir ruangan menikmati hidangan. Disudut ruangan, dilihatnya Keiko, Hyun Lei dan Irene. Irene membisikkan sesuatu pada Keiko dan Keiko mengangguk. Lalu Keiko berkata sesuatu pada Hyun Lei dan laki-laki itu mengangguk kemudian meninggalkan ruangan, entah kemana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Cerita Cinta
FanfictionKata orang cinta itu buta, tapi tidak buatku. Karena cinta itu mampu melihat apa yang orang lain tidak melihat. Kata orang cinta itu tidak harus memiliki, tapi tidak bagiku. Karena cinta itu pantang menyerah untuk menyatukan perbedaan. Dan.... Kata...