Part 12

8.3K 473 5
                                    

Pembicaraan bisnis itu selesai jam 12.30 tepat. Digo mengajak Sisi untuk makan siang bersama. Awalnya Sisi menolak, tapi akhirnya menyetujui setelah Digo memaksanya.

Keduanya keluar menggunakan mobil Digo.

Resepsionis dan staff hotel yang melihat Dirutnya keluar bersama asisten dari Chan's Boutique langsung kasak kusuk terheran-heran mengingat Dirut muda yang satu ini tidak pernah keluar makan siang dengan rekan bisnis nya berdua terutama cewek. Kalaupun makan siang bersama rekan bisnisnya, pasti rame-rame alias rombongan.

Tapi yang ini diluar kewajaran. Selain makan siang berdua, Pak Dirut membawa mobilnya sendiri tanpa Driver, pakai pegang tangan pula.

Siapa sebenarnya cewek itu? Gak mungkin kalo cuma asisten Mr. Chan.

Kasak kusuk itu langsung berhenti ketika Thea, manager personalia berdehem melotot mengingatkan mereka untuk kembali bekerja.

.......

Digo membawa Sisi ke sebuah resto di pinggir kota.

"Jauh amat mau makan siang aja?" komentar Sisi.

"Udah deh, nurut aja. Lo harus cobain makanan di sini, pasti nagihin!" kata Digo promosi.

"Hehehe... Lo dapet berapa persen promosiin resto ini?" tawa Sisi meledek Digo.

Digo cuma tertawa kecil menarik pergelangan tangan Sisi masuk ke dalam.

Digo memilih tempat di saung yang didirikan di atas kolam ikan koi. Mereka duduk berhadapan. Sisi melihat sekelilingnya. Taman yang ditata dengan artistik dengan kolam ikan koi yang luas, pemandangan sawah di pinggiran kota menambah keindahan yang disuguhkan untuk pelanggan resto itu.

Digo justru menikmati pemandangan lain di depannya. Wajah kagum Sisi, keimutannya membuat Sisi terlihat lebih muda dari usianya. Dan senyum yang terukir di bibir Sisi membuat Digo tak pernah bosan menatapnya.

"Ngapain lo ngeliatin gue kaya gitu?" tanya Sisi melihat Digo yang menatap nya tanpa kedip.

"Eh... Nggak... Gak pa pa," jawab Digo tergagap.

Sisi menatap menyelidik.

"Kenapa? Ada yang aneh ya sama gue?"

"Nggak! Cuma mau pastiin aja lo udah beneran sehat apa belum!" jawab Digo mengelak.

"Kelihatannya gimana?"

"Udah lebih baik. Makanya, kalo makan yang teratur. Lo sih makan gak teratur, gak bisa jaga kesehatan?" omel Digo.

"Ya gimana sih, kerjaan banyak. Semua harus dikerjain."

"Iya tau.... Tapi lo tetep harus jaga kesehatan," kata Digo sabar.

"Iya deh... Iya Pak Direktur...." sahut Sisi tersenyum melihat Digo yang geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

Makan siang itu mereka isi dengan saling ledek, saling cibir, dan saling berbagi tawa.

......

Digo menurunkan Sisi di depan butik.

"Makasih atas makan siangnya," kata Sisi tersenyum manis.

"Sama-sama. Makasih juga lo udah mau nemenin gue makan siang," jawab Digo membalas senyum Sisi.

"Okey, hati-hati di jalan ya Pak Direktur Utama," canda Sisi.

"Awas ya lo panggil Pak Direktur Utama lagi, gue akan....akan...."

"Akan apa?" tanya Sisi mencibir.

"Eh nantangin? Sini kalo berani, masuk mobil lagi!" tantang Digo tersenyum jahil.

"Mau ngapain?" tanya Sisi yang dengan polosnya menjulurkan kepalanya ke dalam, melewati kaca jendela mobil yang diturunkan.

Digo langsung menarik hidung Sisi sampai Sisi berteriak kesakitan.

"Aaaaaw.... Sakit tau!" jerit Sisi meringis refleks menepis tangan Digo dan mengusap hidungnya yang memerah.

"Hahaha.... Makanya jangan nantangin!"

Sisi mencibir masih mengusap hidungnya.

"Ya udah, gue cabut dulu ya... Bye!" Digo melambaikan tangannya pada Sisi dan menjalankan mobilnya kembali, berlalu dari situ.

Sisi memutar tubuhnya melangkah masuk ke kantornya.

.......

Digo masuk ke ruangannya, menghempaskan tubuhnya di kursi. Wajahnya terlihat sumringah. Senyumnya tak lepas dari bibirnya.

Selalu seperti ini kalo habis ketemu Sisi.

Gadis berwajah innocent itu selalu bisa membuatnya keluar dari rutinitasnya. Selalu mampu membuatnya seperti orang sinting yang senyum-senyum sendiri.

Dan yang lebih parah lagi, semua berkas berkas di atas meja kerjanya bergambar sama, gambar wajah Sisi.

Digo menutup map di hadapannya, berdiri dan berjalan keluar ruangan.

"San, berkas-berkas yang di meja tolong dikirim ke rumah saja. Suruh Pak Toto antar ke rumah saya. Saya mau keluar, mungkin nanti gak balik. Kamu cancel aja meetingnya," perintah Digo pada Sandra sekretarisnya.

"Baik Pak," sahut Sandra mengangguk.

Digo melangkah memasuki lift yang membawanya turun dan keluar dari tempatnya bekerja.

(Bersambung)

Sebuah Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang